.
."Ahjussi, main layang-layang yuk!" Sunghoon menarik ujung kemeja pria yang tengah memasangkan sepatu milik Hari. Tadi sepatu kecil itu terlepas. Mungkin terlalu kebesaran.
Hera muncul dari balik pintu, membawa makanan ringan dan minuman untuk relawan baru di panti. Tentu saja, Min Yoongi mendadak ingin menjadi relawan. Setelah percakapan bunda dengan Tuan Hasung terdengar di rungu kedua mereka, Yoongi mengajak Hera untuk keluar dari persembunyian lalu mengatakan jika ingin di beri waktu. Memang mendadak sekali.
Menangkap tubuh kecil Hari di dekapannya setelah meletakkan baki. "Sunghoon kamu jangan merajuk seperti itu.. Yoongi-ssi ini baru selesai bermain sepak bola dengan hyung-hyung mu.." Hera mencoba berbicara dengan Sunghoon, anak laki-laki itu memajukan bibirnya. Cemberut.
"Tidak apa-apa..."
Suara Yoongi menggema, pria itu mengusap lembut pucuk kepala Sunghoon sebelum meraih layang-layang merah milik anak laki-laki itu. Sesaat keduanya pergi menjauh, menerbangkan layang-layang itu jauh di atas langit. Sunghoon mudah akrab dengan orang asing. Melihat keduanya ceria membuat hatinya meleleh. Mungkin terik matahari atau ketika pria itu tersenyum?
Apa Hera tertarik? Apa dia merasa jatuh cinta? Tapi bukannya keterlaluan jika baru dua minggu? Pikiran Hera melayang-layang. Seperti layangan diatas sana. Terbang tinggi, sangat indah. Meski tak bisa melayang bebas saat tertipu angin.
"Hera melamun?"
"Ah.. " menggelengkan kepala guna membuyarkan lamunannya. Bunda yang ada di sebelahnya tertawa kecil. Apa sangat kentara jika ia tengah melihat keduanya disana.
"Hasung-ssi benar memberikannya padamu, putriku beruntung mendapatkan pria baik.."
Ucapan bunda membuat Hera termenung. Jadi memang pria itu untuknya. Mengapa jadi semudah itu mendapatkannya?
Malam menjelang Hera tidak bisa tidur, berpikir jika tak ada paksaan. Untuk apa Yoongi ingin menikah dengannya yang seperti ini. Tidak ada orang tua, sudah tinggal di panti dan tidak bisa memberikan apapun. Berbeda dengan pria itu.
Lalu tanggal pernikahan sudah di tentukan dua minggu selanjutnya. Hera benar-benar akan menikah dengan Yoongi. Tidak ada tutur kata manis dalam acara melamar, hanya setangkai tulip merah yang diberikan padanya.
Kemudian dua minggu menjadi dua bulan lalu menjadi dua minggu lagi, menuju hari bahagia. Waktu yang terasa lebih cepat dari biasanya, menghitung hari dengan jari atau coretan beruntun pada kalender selama tiga bulan lamanya. Dari awal musim semi menuju pertengahan musim semi yang hangat. Daun-daun yang melambai-lambai terkena tiupan angin, serta burung-burung gereja yang amat ricuh karena kucing liar, berterbangan bersama dua pasang merpati yang baru mengepakkan sayap.
Warna jingga di ufuk barat, menyorot indah pada keduanya yang tengah berdansa diiringi suara lembut piano dan violin. Kelopak bunga dari Bridemise kecil yang berjatuhan bersama tepuk tangan yang meriah. Gadis-gadis kecil bersama pasangannya yang berhamburan sekedar mengambil makanan manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like Tulips in Spring (Revisi)
FanfictionHera berpikir menikah dengan Yoongi seperti tulip yang mekar di musim semi. Harum, cantik dan indah. Pertemuan yang tak disangka, disaat ekspreso yang tumpah diiringi buku-buku yang berjatuhan. Lalu ditawar dengan sekuntum tulip merah yang menandaka...