Terimakasih sudah mengikuti✨LTITS✨ dan menyimpan untuk dibaca esok, nah yang dibaca esok ini tolong jangan lupa sedekah vote ya😁 terimakasih, happy reading loves💜🖤
.
.
Jungyoo melihat sejenak ke arah pengacara Jung sebelum mengalihkan pandangannya pada amplop yang tertutup rapat. Tanda rumah sakit yang sudah usang dan hampir luntur sempat tercetak jelas sebelum terkena percikan sesuatu.
"Apa yang akan aku temukan didalam sini?" tanyanya meremehkan. Sejujurnya dia tidak suka hal semacam ini. Membuatnya penasaran.
Pengacara muda itu kini duduk di depannya, menghela nafas kecil sebelum memajukan wajahnya. "Kalau anda ingin LifeCo kan? Ah anda tidak seperti yang kubayangkan." pengacara itu merendahkannya. Tetapi Jungyoo malah tertawa. Sungguh anak hakim Jung Wooyung ini dapat ia percaya, tidak seperti ayahnya yang merepotkan.
"Yoongi adalah keponakanku yang sombong. Memangnya apalagi? Lagi pula aku tidak sejeli mata dan pikiran anak-anak muda sepertimu." Jungyoo kembali membuka amplop besar itu. Membuka lipatan suratnya dan membaca tiap barisan kata dalam kertas putih itu.
Tiba-tiba tangannya mengepal, mencengkram kertas itu dan membuangnya. Nafasnya naik turun. Jungyoo tidak mengerti, tau dia memang tidak mau mengerti. Jelas dia melihat data kelahiran anak 30 tahun lalu. "Jadi anak Eunha itu sebenarnya mati?"
Pengacara Jung meletakkan gelas kakinya. Matanya melihat interior rumah yang terlihat mewah namun sangat suram. "Sungguh anda tidak penasaran?" tanyanya. Pengacara Jung seolah memberikan kotak pandora namun tidak ada kuncinya.
"Aku tidak mau berpikir terlalu rumit. Katakan apa?"
"Aku juga tidak tahu maka dari itu aku penasaran." jawaban pengacara Jung sungguh memuakkan. Ekspresinya yang santai dengan senyuman bak mentari itu membuat perasaan Jungyoo ikut panas.
Menggebrak meja dengan keras lalu menyahut botol wine yang terjatuh, terbelah. "Kau jangan bermain-main denganku kalau tidak mau pecahan botol ini menancap di kepalamu!."
Namun sepertinya pengacara jung sangat terampil mengendalikan emosi Jungyoo. Mencengkram lembut lengan Jungyoo untuk meletakkan kembali botol wine yang terbelah itu. Sebenarnya dia juga ngeri kalau benar ditancapkan.
"Anda mau taruhan denganku?" tanyanya percaya diri. "Aku akan beri beberapa opiniku tentang siapa petinggi LifeCo, sang keponakanmu itu. Walau aku sebenarnya tidak tahu apakah kemungkinan ini benar tau salah." pengacara Jung meletakkan pecahan botol itu kembali ke atas meja.
"Tapi jika benar, apa anda mau mempromosikan saya sebagai anggota dewan menteri?"
"Baiklah." sahut Jungyoo cepat. Meski dalam hatinya ia menggerutu sebab kunci padora itu perlu dia cari meski kotaknya sudah berganti kepemilikan. "Sialan, jika kau hanya bermain-main saja. Ku pastikan kau akan mati terjatuh seperti mimpimu yang tidak kunjung datang, Jung Jehian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Like Tulips in Spring (Revisi)
FanficHera berpikir menikah dengan Yoongi seperti tulip yang mekar di musim semi. Harum, cantik dan indah. Pertemuan yang tak disangka, disaat ekspreso yang tumpah diiringi buku-buku yang berjatuhan. Lalu ditawar dengan sekuntum tulip merah yang menandaka...