"Lihat rusa? Besok? Hera suka ayah!"
Anak perempuan Shin itu bahagia saat kedua orang tuanya mengatakan akan jalan- jalan di pekan hari. Tidak seperti hari-hari lalu yang membosankan, ayahnya yang tidak pernah terlihat karena bekerja pagi hingga malam.
"Baiklah, kalau begitu kamu tidur lebih cepat supaya besok bisa bangun pagi."
Hera kecil berlari kearah tempat tidurnya. Menantikan malam berikutnya untuk pergi ke kota.
Lingkungan perbatasan antara kota dan desa tidak semenarik di kota yang ramai penuh dengan penduduk. Mobil bahkan kereta bawah tanah yang di penuhi.
"Hera sudah tidur?" kali ini suara sang sulung mendengung setelah pintu kamarnya di buka.
Mendengar itu membuat Hera kecil kembali bangun. Duduk dan menyalakan lampu meja kamarnya.
"Belum."
Sang sulung memasuki kamarnya, lalu duduk di kursi kayu. Anak laki-laki itu tidak berbicara sama sekali. Malah melamun.
"Ada apa?"
"Em. Besok ada les pianokan?"
"Iya."
Keduanya berbicara sebentar sebelum kembali hening. "Ya, sampai jumpa besok. Selamat tidur adikku," sang sulung berkata demikian. Melambaikan tangan sembari menutup pintu.
Hera kecil tampak bingung tapi kembali untuk tidur. Menantikan hari berikutnya untuk pergi melihat rusa di kota.
Namun, sehari sebelumnya. Kejadian tidak terduga menimpa keluarga kecil itu, tiba saat pulang seusai les piano. Kebakaran melanda. Kobaran api yang tak pernah dipikirkan akan terjadi secepat itu. Melahap semua yang ada. Tangis dan jeritan menjadi satu.
Hera membuka mata, sudut matanya mengenang air mata. Hera baru menyadari ia berada di tempat asing dengan gorden dari jendela itu terseret masuk kerena angin. Rasanya dejavu. Sama seperti saat dirinya terbangun 10 tahun lalu.
"Hera.."
Menoleh, mendapati pria yang tak asing baginya. Wajah itu sudah berubah, mengamatinya dengan seksama. Lalu menangis mendapati sosok yang dia kira pergi, kakak laki-lakinya. Shin Hoseok tengah melihatnya.
.
"Di sudah siuman. Bahkan sekarang sudah bertemu dengan bayinya." Hoseok memberi tahu, berdiri di luar ruangan intensive sesekali melihat Hera tengah memandang lekat putranya. Entah mengapa rasanya, adik kecilnya itu sekarang sudah menjadi seorang ibu.
"Ya terimakasih sudah memberi tahu."
Hoseok terdiam, seharusnya yang pertama kali dilihat adiknya adalah Yoongi tapi karena masalah Jimin belum selesai pria itu malah berniat mencarinya sebelum terjadi sesuatu.
"Maaf merepotkanmu, menyuruhmu menjaganya padahal kau juga pasien disana."
"Tidak masalah." jawab Hoseok cepat. "Aku tahu apa yang menjadi masalah diantara keluarga kalian. Hera pasti memahaminya."
"Aku akan kembali dengan cepat, sampaikan itu padanya."
"Ya."
Sedetik kemudian panggilan itu terputus. Hoseok kembali masuk ke dalam, tidak ada sesuatu yang di ucapkan selain apa yang Yoongi sampaikan. "Dia akan pulang." katanya.
Hera menatapnya, mungkin yang dimaksud adalah Yoongi. Ya, pria itu tidak hadir disini, meskipun begitu dia paham bagaimana keluarga suaminya. "Tidak apa-apa." katanya sembari meletakkan bayi itu kembali terbaring di tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like Tulips in Spring (Revisi)
FanfictionHera berpikir menikah dengan Yoongi seperti tulip yang mekar di musim semi. Harum, cantik dan indah. Pertemuan yang tak disangka, disaat ekspreso yang tumpah diiringi buku-buku yang berjatuhan. Lalu ditawar dengan sekuntum tulip merah yang menandaka...