17 : Enervate

75 17 0
                                    

Hi loves!
Maaf ya karena ndan update-update. Btw ada banyak yang diurus di rl jadi nggak sempat update abang Agus hehe..

Jadi keliatan mini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jadi keliatan mini..
Oke langsung saja baca ya..

Scroll bawah...

..
.

.

Dari semua orang yang memiliki hati dengki pada Yoongi salah satunya adalah Jimin. Pria itu menjadi sangat membenci sepupunya semenjak Yoongi datang kerumah untuk pertama kali dan membuat atensi ayahnya terpusat pada pria itu.

Jimin iri, tentu saja. Yoongi lebih seperti putra sungguhan dari pada dirinya.

Membuang puntung rokok yang ia hisap pagi ini. Jimin kembali meraih kemejanya yang semalam teronggok menyedihkan di lantai. Menatap sisi ranjang sebelahnya yang membuat atensinya teralihnya sebab seseorang disana tengah terbangun.

"Kau mau kemana?" tanya seseorang itu dengan suara sayu. Melingkarkan lengannya pada pinggang Jimin sembari memberikan belaian kecil.

"Kau tidak perlu tahu." katanya ketus sembari mengancingkan kancing kemejanya. "Uangmu sudah aku transfer lalu jangan mencariku." lanjutnya menarik lengan wanita itu dan beranjak berdiri meninggalkan kamar yang semalam dia sewa.

Menaiki sedan antik yang ia beli seharga 600 juta US dollar. Mengendarai dengan kecepatan 90 km/jam menuju rumah. Jimin ingat ada yang perlu diambil di kamarnya. Sebuah cek dan rekening tabungan yang tertinggal.

Selama dua bulan ini ia tidak berada di rumah. Baginya rumah itu seolah tidak membuatnya hangat, tidak ada kenyamanan. Pun Hasung, tidak mencarinya. Jimin pernah berpikir jika benar kalau dia ini adalah anak angkat seperti yang dibicarakan para pembantu rumah saat dia masih kecil.

Memarkirkan mobilnya tepat di depan teras rumah. Membiarkan pelayan pria memarkirkan mobilnya ke garasi setelah memberikan kunci. Memasuki rumah dengan langkah cepat menuju ke pintu tempat dimana ruang kerja ayahnya ada.

"Pa.. Kau ada di dalam?"

"Oh Jimin-ssi, Hasung-ssi baru saja pergi."

Jimin menarik nafasnya, sejujurnya batinnya tengah perih setelah pelayan wanita berkata jika tuan mereka tengah pergi. Saat Jimin ingin sekali diperhatikan, ayahnya itu selalu tidak ada dirumah.

Memberikan isyarat pada pelayan itu setelah ia menerima panggilan dari seseorang. Jimin memutar tubuhnya, melangkah menjauh.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Like Tulips in Spring (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang