18 : Yore

78 17 6
                                    

"Kenapa kita ke villa?"

Eunha dia tahu dimana jalur villa keluarga berada.

Hera yang sedari tadi mengamati jalanan lewat kaca mobil hanya termenung. Mengapa Yoongi tidak menyuruh sekretaris Goo untuk mengantarkan mereka pulang kembali kerumah.

"Ah aku tahu. Mungkin Hera tidak tahu tempat ini." Eunha kembali berucap membuat ketegangan Hera sirna.

"Memangnya tempatnya seperti apa bu?"

Eunha tidak menjawab, tetapi menyuruh sekretaris Goo untuk sedikit mendekat padanya. Berbisik seolah membuat sedikit gurauan.

"Tuan memang tidak pernah membawa Nyonya Hera  kemari." Mendengar ucapan sekertaris Goo membuat Eunha mengelus dada, ternyata gurauannya tadi benar. Tidak ada salahnya jika Hera bertanya.

"Maaf Hera, aku kira kau pernah kemari. Daerah perbatasan Sejong adalah tempat nyaman untuk menenangkan diri milik mendiang ayah Yoongi. Tempat itu indah, nyaman dan tentunya sangat alami. Mungkin akan sangat bagus untukmu."

Hera tersenyum kecil, ternyata ibunya sangat pengertian. Tanpa disadari mobil yang mereka tumpangi terhenti tepat di depan teras villa. Hera juga melihat Yoongi tengah berdiri seperti tengah menunggunya.

Beranjak keluar lebih cepat. Pandangan mata Hera kini merasa takjub dengan keadaan sekitarnya, ia menyadari jika tempat ini sangat indah. Bunga tulip yang bermekaran meski di tengah musim panas.

"Bunga-bunga ini bisa bermekaran karena suhu lingkungan di daerah ini masih dingin. Jadi bunga-bunga itu bisa lebih lama bermekaran." ucap Yoongi tepat berada di depan Hera.

Eunha yang melihat keduanya hanya tersenyum dan langsung masuk kedalam villa agar tidak mengganggu keduanya. Memang tempat ini sangat indah untuk berkeliling. Villa keluarga yang luasnya setengah hektar ini memiliki danau dan taman bunga sendiri.

Yoongi tersenyum, lalu menggapai tangan Hera. "Mau ku ajak keliling?" tawarnya. Pun dengan senang hati Hera menerima ajakan suaminya.

Mereka berjalan berdampingan, saling bergandengan tangan menelusuri jalan berbatu yang dibuat sedemikian rupa. Pohon-pohon rindang membuat suasana terasa dingin seperti hutan tropis meski tengah musim panas.

"Yoongi…" Hera memanggil, matanya melihat pria itu dengan sebuah harapan. "Dari tadi kau termenung, ada yang dipikirkan?"

"Tidak, aku hanya berpikir. Kamu begitu cantik di situ."

Mendengar pujian itu membuat Hera tersipu malu. Kembali melihat ke arah danau sebab ribuan ikan menyerbu mendekatinya seperti meminta jatah makanan. Untung ia membeli roti, tadinya Hari ingin memakannya ternyata tidak jadi.

Yoongi mendekat, lalu duduk di tepi batu yang Hera pijaki. Melihat ribuan ikan itu berlomba mendapatkan remahan roti sebelum melihat bagaimana wajah Hera yang bahagia seperti ini. Dalam hatinya ia ingin melihat wanita itu lebih lama.

"Hera…"

"Hm?"

"Aku ingin bicara sesuatu.." Yoongi menjeda ucapannya, mengusap sisi kepala Hera lembut. "Tentang kematian orang tuamu. Aku benar-benar minta maaf."

Hera terdiam, masih menatap sosok di sebelahnya.

"Kamu tidak melakukan kesalahan Yoongi,  tidak usah meminta maaf."

"Kalau begitu aku minta maaf untuk surat yang kamu temui itu. Aku tidak bermaksud membuatmu kecewa." 

Hera terdiam.  Pandangannya menuju jalan setapak yang mereka lalui.  Dia tersenyum kecil.  "Kamu sering meminta maaf soal itu.." katanya ketika menghentikan langkahnya.  Hera memandang sang pria dengan raut berbinar. 

Like Tulips in Spring (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang