16 : Petrichor

102 19 1
                                    


Hera tidak tahu apapun saat masih kecil dulu,  tetapi berita dan berkas gugatan tentang ayahnya sempat ia baca di ruang kerja Yoongi tercetak jelas jika ayahnya tengah dituduh mencuri uang perusahaan sekitar 100 milyar.  Itu tidak sedikit, tetapi sangat besar. 

Hera tidak tahu benar atau tidak,  tetapi baginya ayahnya adalah seorang pekerja keras bahkan selalu mengajarkan untuk selalu mengasihi.

Apakah ada masalah internal? Mungkin ada kedengkian dari orang lain yang membuat ayahnya jatuh dalam masalah besar.

Hera menggelengkan kepalanya setelah tempat yang ingin ditujunya sudah sampai didepan mata. 

Keluar dari mobil dan sesegera mungkin untuk masuk kedalam rumah persemayaman terakhir keluarganya.  Hera jarang datang kemari dia lebih suka pergi ke pantai tempat dia menyebar abu pembakaran orang tuanya.

"Oh.." berapa terkejutnya dia saat tahu seseorang juga datang di bilik yang sama.  Di depan laci abu orang tuanya. Hera tahu sosok pria itu,  pengacara Jung Jehian yang dia temui di hari ulang tahun Hari. 

Tetapi mengapa Jung Jehian kemari?  Berdiri di depan laci abu orang tuanya dengan muka yang memerah disertai bulir air mata? Apa jangan-jangan benar jika jasad kakaknya menghilang karena ayah menyelamatkannya atau hilang karena benar-benar menjadi abu?

Hera mendekat namun sayang Jehian malah menjauhinya seolah menyuruhnya agar tidak melihatnya lebih jelas. Hera semakin penasaran lalu memanggilnya lirih, "Jung-ssi.. "

Jehian langsung menatapnya.

"Kenapa anda disini?."

Jehian Jung memalingkan wajahnya sejenak sebelum kembali menatap Hera, dengan satu tarikan nafas dia berkata, “Aku kemari ingin mengunjungi tuan Shin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jehian Jung memalingkan wajahnya sejenak sebelum kembali menatap Hera, dengan satu tarikan nafas dia berkata, “Aku kemari ingin mengunjungi tuan Shin. Ayahku adalah sahabat baiknya.”

Mendengar perkataan tersebut membuat Hera mengerti. “Pengacara Wooyoung pasti merasakan apa yang aku rasakan, kehilangan orang terdekat.”

“Kau yang paling kehilangan.”

Hera tersenyum mendengar perkataan itu. Kembali menatap guci abu kedua orang tuanya. “Sama halnya seperti rumah yang ditinggal penghuninya. pondasinya yang semakin rapuh dan atapnya yang berterbangan.” Lalu tersenyum kecil hingga menampakkan sedikit lesungnya. “Tapi, aku mendapatkan rumah yang baru. yang lebih kokoh dan membuatku merasa nyaman.”

Jehian menatap Hera dengan muka yang sedikit menampakkan rasa lega. “Mereka pasti bersyukur kau mendapatkan orang yang baik, yang bisa menjagamu.”

”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Like Tulips in Spring (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang