10 : Malais

103 23 5
                                    

Musim semi yang menghilang dengan cepat, digantikan oleh udara panas yang membuat semua kota menjadi lebih kuning. Burung-burung lebih berkicau di pagi hari dan intensitas hujan yang bertambah di malam hari.

Hera datang berkunjung setelah dua minggu lamanya dia tidak ketempat yang dia rindukan. Ada banyak persiapan yang dia ambil untuk bisa bergabung dalam pemilihan rancangan gaun musim dingin yang akan di tampilkan dalam Fashion Show Ghanel tiga di bulan Desember mendatang.

Tubuh yang tebalut dress selutut itu tampak lebih kurus dari biasanya. Hera kehilangan berat badan setelah kejadian dua minggu lalu. Setelah merasa kecewa dia memilih menyibukkan diri di butik dia bekerja, lalu pulang ke rumah sewa. Ya dia tak tinggal dengan Yoongi selama perasaanya belum membaik.

"Bunda, maaf. Belakangan ini aku tidak bisa kemari. Apa anak-anak merepotkanmu?" Hera bertanya, setelah beberapa waktu lalu di datang ke panti sekedar menggantikan bunda yang terbaring sakit. Bukan maksud Hera meninggalkan tanggung jawabnya setelah dia menikah, meski bunda tidak ingin merepotkannya.

"Tidak. Mereka semua pintar terutama Jia--"

"Bunda mau satu.." suara Hari menyahut saat meminta satu atau dua kukis yang baru saja keluar dari oven. Ya gadis kecil itu berada di sekitar mereka, menunggu kukis-kukis itu matang sembari bermain boneka.

"Masih panas Hari." Timpal Hera ketika gadis kecil itu sudah memegang dua kukis di tangan kecilnya. Merasakan panas pada kulit telapaknya membuat Hera sigap menarik satu piring kecil untuk kukis-kukis itu.

Hari membawa piring beserta kukisnya pergi, menyisakan keduanya berada di dapur. Menyelesaikan satu panggangan kukis yang belum matang.

"Nak. Kamu tidak apa-apa? Wajahmu hari ini terlihat pucat. Ada masalah di rumah?" pertanyaan tiba-tiba dari bunda membuatnya sedikit terkejut. Hera menatap bunda dengan dahi yang sedikit berkerut.

"Tidak." jawabnya singkat di sertai gelengan. Tidak dia tidak apa-apa hanya saja, "Ungh.." Hera berlari menuju wastafel. Perutnya sedikit mual akhir-akhir ini, entah kenapa. Apa karena dia yang jarang makan? Jadi asam lambungnya naik?

"Kalau sakit tidak usah kemari."

Rasanya pahit saat menelan ludah. Bunda melihatnya, tengah menyelidikinya. Hera mengabaikan itu ia bergegas mengambil air untuk dia teguk. Meletakkan kembali gelas itu dan mengusap sisa air yang ada di sudut bibirnya.

"Aku tidak apa-apa bunda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku tidak apa-apa bunda." elaknya mencoba membuat wanita paruh baya itu tak mengkhawatirkannya. "Mungkin ini hanya asam lambung ku yang naik." imbuhnya lirih.

"Apa?"

"Tidak bunda."

Bunda menghela nafasnya samar, ada yang tidak beres tapi bunda masih tetap tenang untuk segala kemungkinan dari perasaan khawatir ibu dalam hatinya. "Lihat wajahmu benar-benar pucat. Bunda akan telpon suamimu untuk menjemputmu." katanya sembari menekan tombol nyala ponsel guna mencari nomor Yoongi.

Like Tulips in Spring (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang