02 : Demand

142 28 4
                                    

Akhirnya Hanna punya Chanel TV sendiri wkwk..

.
.

Halaman panti asuhan santa Clara penuh dengan anak-anak yang bermain di luar. Udara dingin dan hangat menjadi satu diiringi suara-suara burung gereja yang bersahutan menyambut musim semi. Semenjak musim dingin anak-anak tidak bisa bermain penuh di luar, karena kesempatan ini mereka memilih menghabiskan waktu libur di luar.

Hera pun juga menikmati sisi rumah yang di penuhi Lily dan tulip yang mekar. Cantik sekali, tidak disangka ada banyak tulip dan lily yang tumbuh disini. Ia duduk di kursi taman ditemani Hari dan Sunghoon, keduanya berada di sisi Hera sembari menikmati lukisan yang di buat kakak tertuanya sembari mencamili kukis kering yang di sediakan.

"Noona.. Aku ingin jadi pelukis seperti noona.. Kelihatannya menarik." Sunghoon mendekat melihat cat minyak yang Hera tuangkan. Anak lelaki itu menatap lekat pallet cat. Melihat cat berwarna pastel itu di tuangkan seperti ketika sedang buang air besar.

"Sunghoon jangan dekat-dekat, nanti matamu kena cat.."

Anak lelaki itu menjauh, memberikan jarak satu kaki sebelum berlari memutar. "Noona aku mau jadi pelukis!" katanya bak seperti slogan. Berulang-ulang kali hingga terhenti ketika lelah.

Tidak Sunghoon tidak berhenti karena lelah. Sama halnya dengan Hari, gadis kecil itu menoleh ketika pandangannya terganggu oleh satu mobil yang terparkir di depan pagar. "Unnie ada tamu.." katanya lirih sembari menarik belakang pakaian Hera.

Hera melihat semua anak- anak berlarian masuk, ada yang stay di tempatnya atau ada yang mengikuti pria paruh baya itu masuk pekarangan sembari membawa bingkisan yang menarik perhatian. Hera tahu tuan itu adalah donatur lama yang bunda ceritakan. Sudah tujuh tahun lalu dan sekarang kembali datang tanpa istrinya.

Hera datang menyambut, membiarkan lukisannya tergeletak begitu saja di sisi rumah panti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hera datang menyambut, membiarkan lukisannya tergeletak begitu saja di sisi rumah panti. Tersinar matahari dan tertiup angin. "Saya bantu bawakan Hasung-ssi." alih-alih diberikan, tuan itu hanya tersenyum dan memberikan isyarat kebelakang.

"Ada satu lagi di bagasi mobil. Kamu bisa bantu membawanya."

Perintah itu membuat Hera langsung menuju bagasi mobil yang mana sopir tuan itu tengah membawa satu bingkisan besar. Sunghoon ikut dengannya, anak laki-laki itu membawa bingkisan paling kecil, mengintipnya diiringi cengengesan. Mungkin itu menarik baginya, Sunghoon malah berlari meninggalkannya setelah menjulukan lidah pada Hari.

"Sunghoon jangan lari!" serunya namun diabaikan. Sunghoon yang kelewatan sangat menggemaskan. Anak hiperaktif yang seringkali membuat banyak orang repot, namun Hera dan bunda sangat menyukainya.

"Hati-hati nona.. itu berat." seseorang menyahut dari belakangnya. Seorang pria yang baru saja keluar dari sisi lain, menatapnya bersama Hari yang ada di bersama pria itu. Ah sejak kapan Hera tidak menyadarinya?

Like Tulips in Spring (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang