4 - Gone

434 39 1
                                    

Satu minggu menuju hari pernikahanku. Benar-benar aku tidak menginginkannya. Semakin kesini perasaanku makin tidak karuan.

Fiony perlahan berhenti mengirimkan pesan untukku. Ia merasa harus segera melupakanku. Tapi aku tidak bisa melupakannya. Janjiku yang terakhir adalah mengiriminya fotoku dengan jas. Aku harap wanita yang berada di atas pelaminan ketika aku menggunakan jas itu adalah Fiony. Tapi sepertinya aku terlalu berandai-andai.

Sekarang aku berada di rumah Lyn. Kami sedang berbicara soal pernikahan minggu depan. Aku tidak memperhatikan obrolan mereka. Fokus ku alihkan kepada berita yang ada di tv. Sesekali aku mengecek ponselku. Mana tau Fiony memberikan pesan.

Haahh.... Aku ingin keluar dari sini. Berita di tv itu satu-satunya pelarianku sekarang. Setidaknya aku tidak perlu mendengar rencana pernikahan minggu depan.

"Kita beralih ke berita internasional, pemirsa. Sebuah bus meledak di kota Tokyo pagi tadi. Ledakan diduga akibat kebocoran bensin. Laporan sementara sepuluh penumpang tewas, dua di antaranya teridentifikasi WNI."

Aku seketika panik melihat berita itu. Pikiranku mendadak tidak bisa jernih. Rasa takut muncul di dalam diriku. Aku langsung mengirim banyak pesan kepada Fiony. Bahkan aku meneleponnya.

Sekali.

Dua kali.

Lima kali.

Tidak kunjung mendapat jawaban.

Aku memutuskan menelepon Viana, adiknya.

"Halo..."

Syukurlah diangkat. Tapi...

"Halo? Viana? Kamu kenapa?"

Aku mendengar suaranya Viana yang bergetar. Perasaanku tidak enak.

"Kak Vano... Ce Fio..."

"Fiony kenapa? Fiony ada di sana kan?"

"Udah tau berita tentang bus?"

Aku terkejut. Aku berharap Fiony bukan bagian dari kejadian itu. Tapi otakku tidak bisa berpikir jernih.

"Ce Fio..."

"Jangan bilang Fiony..."

"Ce Fio tadi naik bus itu..."

Kakiku lemas. Tatapanku kosong. Telingaku tidak bisa mendengar suara siapapun di sana. Air mataku mengalir dengan sendirinya.

Lyn mengambil ponselku yang masih terhubung dengan Viana.

"Halo? Kamu bilang apa ke Vano?"

"Ini siapa?"

"Calon istrinya Vano. Ada apa ini?"

"Kakak udah tau hubungan Kak Vano dan Ce Fio?"

"Kenapa emangnya?"

"Ce Fio, Korban bus meledak... Sekarang dia udah gak ada..."

Aku bisa mendengar suara Viana yang menangis. Aku masih tidak percaya. Pertemuanku dengannya di bandara haru itu adalah pertemuan terakhir kami. Bahkan dari kemarin kami belum bertukar pesan.

Kenapa takdir begitu jahat kepadaku? Pertama ibuku. Kedua hubungan asmaraku. Sekarang wanita idamanku.

Aku frustasi.

Aku telah kehilangan dua wanita yang aku cintai.

Aku ingin pergi. Kemanapun.

Sendirian.

Aku tidak mau ada siapapun saat ini.

Aku berdiri dari sofa di ruang tamu yang mewah itu. Aku pergi meninggalkan mereka semua tanpa pamit. Langkah gontai dengan tatapan sayu. Aku menyalakan mesin mobilku dan pergi entah kemana diriku membawa dengan sendirinya. Bahkan jika aku mengalami kecelakaan pun tak apa. Biarkan aku pergi menyusul ibu dan Fiony.

Fall In Love AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang