8 - Blunder

428 30 0
                                    

"Seriusan nih?"

Lyn mengangguk.

Aku membaca pesan itu sekali lagi.

"Aku mau bicara hal penting sama kamu. Malam ini kita ketemuan ya?"

Aku melihat nama pengirim pesan itu. 'Reno' dengan emot kucing di belakangnya. Wajah pria yang ada di meja Lyn tadi langsung melintas di kepalaku. Mungkin itu dia?

Aku menatap mata Lyn. Ia terlihat biasa saja. Aku harus melarangnya atau membiarkannya saja? Tapi dia terlihat masih menyimpan harapan kepada Reno Reno itu.

"Terserah."

"Kok terserah?"

"Ya maunya jawaban apa?"

"Terserah..."

"Ya udah itu, terserah."

"Ih nggak, maksudnya antara iya atau nggak. Terserah."

"Iya terserah, mau iya atau nggak. T-E-R-S-E-R-A-H."

"Ah gitu, gak jelas."

"Eh, antum yang gak jelas. Yang mau pergi siapa, yang nentuin siapa."

"Ya kan minta izin..."

"Ya udah jawabannya terserah, mau pergi silahkan, gak mau ya udah. Simpel kan?"

"Ah nyesel minta izin."

Lyn nampak sedikit kesal sambil berbalik menjauhiku.

"Keliatan suami istrinya sih," ucap Dey tiba-tiba.

"Yah begitulah..."

"Ngomong-ngomong, lu kalo bawel itu kan sama orang yang udah deket lumayan lama ya. Kayak sama gue atau sama siapa tuh temen lu?"

"Sam."

"Iya, Sam. Kalo sama yang lu kenal tapi kayak belum deket gitu, lu kan agak agak dingin gimana gitu. Ini lu sama Lyn lumayan bawel, kalian udah deket sejak kapan?"

"Eee... Belum lama sih. Seminggu kayaknya?"

"Hah? Seminggu? Lu nikah minggu lalu, tapi baru deket minggu lalu juga. Gimana deh?"

"Gini gini... Lu lagi ada kerjaan gak?"

"Gak ada sih."

"Kita ke pantry, gue ceritain."

Kami berdua pun pergi ke pantry. Di sana aku menceritakan semua kejadian yang aku alami. Soal Fiony, Lyn, dan perjodohan kami. Aku pikir tidak apa untuk bercerita dengan Dey. Dia termasuk orang yang bisa dipercaya untuk menjaga rahasia.

"Jadi gitu. Makanya gue tiba-tiba ada si sini jadi atasan lu."

"Huhu junior gue sekarang udah jadi atasan gue huhuhu," balas Dey sambil pura-pura menangis.

"Maaf ya kakak."

"Gakpapa adik, yang penting adik bisa kerja dengan baik."

"Amin."

"Ngomong-ngomong soal hubungan lu dengan dua perempuan itu, gimana perasaan lu sekarang? Gue yakin hancur banget sih pas denger berita itu."

"Jelas, gue uring-uringan."

"Hmm... Bu Lyn gak lu jadiin pelarian kan?"

"Nggak. Tapi gue lagi berusaha bisa bikin suasana sama dia santai aja. Toh harus hidup bareng tiap hari. Gak enak kalau awkward gitu."

"Hmm ngerti ngerti. Move on pasti susah ya, apalagi tiba-tiba banget pisahnya. Kalo menurut gue, lu harus bisa menangin perasaan lu sendiri. Maksudnya, jangan larut sama galau. Mungkin sama Bu Lyn itu emang takdir lu. Coba buat menerima keadaan. Masa lalu lu gak bisa kembali lagi. Tapi masa depan lu masih luas. Anjay keren banget kata-kata gue."

Fall In Love AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang