Pukul 4 pagi aku sudah siap menuju bandara. Aku sangat bersemangat. Bahkan aku tadi bangun sebelum alarm berbunyi.
Aku melangkah keluar kamar dengan kunci mobil di tangan. Membuka pintu perlahan supaya ayahku tidak bangun. Aku sungguh tidak sabar bertemu dengan Fiony. Meskipun saat ini kami hanya teman, tapi hubungan kami sangatlah dekat.
Perjalanan yang cukup jauh menuju bandara membuatku harus berjalan sedini mungkin. Jangan sampai Fiony menungguku. Harus aku yang menunggunya.
Bandara di pagi hari cukup sepi. Tidak banyak orang yang dapat ku lihat sesampainya di sini. Tapi ketika aku melihat sekeliling, mataku tak sengaja menangkap seseorang yang tak asing.
"Lyn?"
Apa aku harus menghampirinya? Tapi dia pasti akan marah seperti kemarin. Toh kami juga tidak perlu berinteraksi di luar kan? Kami sebenarnya tak saling kenal juga. Tapi sedang apa dia di sini? Tidak mungkin dia menunggu Fiony kan?
Aku melihat papan kedatangan. Pesawat Fiony harusnya sampai sebentar lagi. Aku tak sabar bertemu dengannya.
*Ting*
"Aku udah sampe nih. Sekarang lagi nunggu koper. Bentar ya!"
Aku berdiri dengan senyum yang merekah. Begini ya perasaan menunggu seorang gebetan datang? Tak lama aku melihat seorang gadis berjalan sambil menarik koper di tangan kirinya. Aku melambaikan tanganku dan langsung dibalas olehnya.
"Haii!" sapa Fiony dengan senyuman manisnya.
"Hai! Mau langsung ke hotel?"
"Boleh, aku taro barang dulu. Abis itu mau jalan-jalan."
"Gak mau tidur dulu? Aku aja tidur dulu."
"Udah cukup tadi di pesawat."
"Ya udah, yuk!"
Aku membawakan kopernya dengan inisiatif. Fiony mengikutiku di samping. Belum jauh berjalan, kami tak sengaja berpapasan dengan Lyn. Ia menatapku dan Fiony dari atas sampai bawah bergantian.
"Cewek lo?" tanya Lyn ketus.
"Bukan," jawabku singkat.
"Kalo papi tau, bisa abis lo."
Lyn langsung meninggalkan kami begitu saja. Aku melihat ke arah Fiony. Ia juga melihatku dengan tatapan bingung.
"Siapa?"
Aku terdiam sejenak. Haruskah aku menceritakan kepadanya? Jika iya, apakah artinya aku menutup jalanku sendiri untuk mendapatkan hatinya?
"Kok diem? Siapa dia?"
"Anak bos aku."
"Anak bos tapi kok begitu sama kamu? Ada hubungan apa?"
"Gak ada apa-apa..."
"Mata kamu kemana? Bohong ya kamu?"
"Adududuh!!" Fiony mencubit perutku.
"Jawab jujur dulu."
"Iya iya... Aku dijodohin sama dia. Tapi aku gak mau."
"Kenapa gak mau?"
"Aku maunya nikah sama orang yang aku suka."
"Siapa? Aku kenal gak? Bukan dia kan?"
"Buset buset, santai kak nanyanya. Satu-satu dong. Kamu kenal kayaknya. Bukan dia sih."
"Siapaaaaaa????"
"Aaaaaawww... Sakit Fiooo!!" lagi-lagi ia mencubit perutku.
"Siapa gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall In Love Again
RomansaMenikah tanpa rasa itu menyakitkan. Setiap kali aku mencintai, semuanya menghilang begitu saja.