"Hai!"
"Chika?"
"Kaget gak?"
"Kamu kok bisa ada di sini?"
"Aku ikut program training di sini. Cuma trainingnya kok, kerjanya tetep di Indonesia."
"Terus kenapa bisa berdiri di depan apartemen aku?"
"Hehehe ada deh..."
Aku menatapnya curiga. Tidak mungkin Lyn memberitahunya. Yang tau tempatku hanya beberapa temanku di sini, Lyn, dan keluarga Fiony. Tidak mungkin Chika itu stalker kan?
"Kamu tinggal dimana?"
"Mess. Atau aku bisa tinggal di sini?"
"Heh, gak boleh. Lagian sempit, bukan buat dua orang."
"Yah, yaudah si mess aja."
"Kamu mau mampir atau langsung balik ke mess?"
"Mampir dulu!"
Jujur aku heran, kenapa Chika sepertinya sedang sangat bersemangat ya?
Aku memimpin jalan menuju ke tempatku. Chika mengekor tanpa mengeluarkan kata-kata sedikit pun. Tapi ketika aku membuka pintu, dia seperti sangat terpana.
"Kenapa segitunya?"
"Gakpapa hehehe, keren."
"Apartemen murah begini dibilang keren?"
"Bagiku sih keren."
Chika melihat-lihat isi apartemenku. Sementara itu, aku harus mengeluarkan isi koper. Ditambah tempat ini sudah berbulan-bulan aku tinggalkan. Banyak yang harus aku bersihkan hari ini. Kamar tidur, kamar mandi, dapur, semuanya.
"Perlu aku bantuin?"
"Gak usah, gakpapa."
Bukannya menolak bantuan. Tapi aku tidak enak jika tamu harus bersih-bersih.
"Gakpapa kali. Bersihin kamar mandinya ya?"
Tanpa menunggu persetujuanku, Chika langsung melepaskan mantelnya dan pergi ke kamar mandi.
Aku lanjut membersihkan kamarku. Sprei yang sudah lama menutupi kasurku harus diganti. Tak lupa juga menyapu lantai yang sudah dipenuhi debu. Untung saja kamarku kecil. Jadi bisa selesai dengan cepat.
"Chik, aku mau ngepel, tolong ambilin kain pelnya dong..."
Chika tak lama keluar dari kamar mandi dengan sebatang kain pel di tangannya. Kaosnya yang basah karena cipratan air membuat lekuk tubuhnya terlihat jelas. Aku menatapnya tanpa berkedip.
"Kenapa? Ini pelnya."
"Eh, oh iya makasih Chik."
Astaga! Kenapa aku bisa berpikir seperti itu? Aku sudah punya istri loh. Tapi, tetap saja tubuh Chika bagus sekali. Tubuhnya yang proporsional dan lebih tinggi dari Lyn membuatku terpana sebentar. Siapa sih laki-laki normal yang tidak terpukau dengan tubuhnya?
Aku melanjutkan kegiatan bersih-bersihku. Tak terasa hari semakin gelap. Bulan yang hanya nampak sebagian kecil telah bersinar. Apartemenku sekarang sudah terasa lebih bersih. Berkat bantuan Chika, kami bisa selesai sebelum jam makan malam.
"Mau makan Chik? Aku belum ada bahan, jadi mau makan di luar."
"Oh iya, boleh boleh. Tapi aku belum tau banyak tempat makan di sini."
"Tenang aja, aku ada satu tempat makan yang enak banget. Kamu harus coba!"
"Apa tuh?"
"Liat aja nanti. Yuk jalan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall In Love Again
Любовные романыMenikah tanpa rasa itu menyakitkan. Setiap kali aku mencintai, semuanya menghilang begitu saja.