6 - Funeral

526 35 1
                                        

"Hai! Kamu dari Indonesia ya? Aku Fiony."

"Ah, iya... Aku Vano."

"Kamu cari apa?"

"Aku lagi nyari alamat ini."

"Oohhh, aku anterin ya?"

"Iya, makasih ya.."

***

"Kamu ke sini kuliah? Atau kerja?"

"Kerja. Kebetulan baru dipindah ke sini."

"Wah keren, aku kira kamu masih kuliah hahaha!"

"Keliatan muda banget ya? Hahaha!"

***

"Makasih ya, Fiony. Untung aku ketemu kamu. Kalo nggak, aku udah nyasar gak tau sampe mana hahaha!"

"Iya sama-sama. Oh iya, kalo ada apa-apa hubungin aku aja. Ini id line aku!"

"Ah, iya, makasih banyak ya!!"

"Aku pergi dulu ya, Vano! Bye!!"

"Eh, Fiony, sebentar!!"

"Fiony!!"

"Jangan pergi dulu, Fiony!"

"FIONY!!"

Ternyata cuma mimpi.

Cuma mimpi?

Itu kenangan pertemuan kami yang tidak disengaja. Andai aku tidak nyasar saat itu. Mungkin aku tidak akan mengenalnya.

"Van? Kenapa?"

Aku melihat Lyn yang buru-buru menghampiriku.

Tiba-tiba ia langsung memelukku pelan.

Tidak ada ucapan yang keluar dari mulutnya. Jantungku yang tadi berdebar cepat mulai melambat.

Aku melihat pantulan diriku di cermin. Lagi-lagi air mataku keluar tanpa kusadari. Pantas saja Lyn langsung memelukku.

Aku menarik napas panjang, membuangnya perlahan.

"Makasih, Lyn," ucapku sambil melepaskan pelukannya.

"Kalo belum siap, kita gak usah pergi dulu. Mereka pasti ngerti kok."

"Gakpapa Lyn. Tadi cuma mimpi aja."

Aku melihat jam, ternyata sudah pukul 12 lewat.

"Gue mau siap-siap dulu. Kita cari makan di luar?"

"Gue udah pesen tadi. Ada di meja makan."

"Hah? Mesen? Lu emang bisa Bahasa Jepang?"

Ia menggeleng.

"Terus?"

"Translate lah. Ada teknologi tuh dipake."

"Hmm iya iya. Ya udah, ayo makan."

Aku pun bangkit dari tempat tidur dan menuju ke meja makan bersama Lyn.

Kami makan berdua seperti keluarga pada umumnya. Apakah aku salah jika masih berharap dia adalah Fiony?

Ku rasa iya. Tapi aku tidak bisa melupakan Fiony.

***

"Udah siap?" tanyaku pada Lyn.

Dia mengangguk.

Aku pun melangkah meninggalkan apartemenku. Menyusuri jalan yang Fiony kenalkan padaku dulu. Aku masih ingat betul jalan menuju rumah Fiony. Ingin rasanya ke sana bersamanya sekali lagi. Oh Tuhan, kenapa kau mengambil orang yang ku cintai sekali lagi? Ini terlalu cepat.

Fall In Love AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang