3 - See You Next Time

468 36 0
                                    

Satu minggu telah berlalu. Satu minggu juga, aku dan Fiony membuat kenangan yang akan sulit kami lupakan. Kenangan indah terakhir kalinya. Meskipun tidak secara resmi berpacaran, tapi perasaan kami adalah sama. Seminggu ini menjadi waktu terakhir kami bersama seolah sebagai sepasang kekasih yang berbahagia. Meskipun kami tau, takdir berkata lain.

"Fiony, makasih buat seminggu ini. Aku gak akan lupa..."

"Aku juga Vano. Terima kasih udah hadir di hidup aku. Meskipun kita gak bisa bersama, setidaknya aku bersyukur pernah ada di hidup kamu. Aku cinta sama kamu, Vano..."

Aku tidak bisa lagi membendung air mataku. Bodo amat dilihat oleh orang lain, termasuk Sam di sampingku. Aku memeluk erat Fiony seolah tak mau melepaskannya.

"Aku juga cinta sama kamu Fio... Aku gak mau lepasin kamu..."

Fiony membiarkanku menangis di bahu kanannya. Aku sadar banyak tatapan orang yang bingung denganku. Tapi aku tidak peduli. Ini terakhir kalinya bagiku bisa bersama dengan Fiony seperti ini.

"Panggilan terakhir bagi penumpang dengan tujuan Tokyo."

Aku mendengar pengumuman itu. Berat rasanya melepas Fiony. Tapi, aku tidak bisa menahannya.

"Aku pergi dulu ya, Vano... Sam, pamit dulu ya..."

Sam mengangguk sambil tersenyum ramah. Tapi aku masih belum bisa melepasnya. Fionya pergi berjalan menarik kopernya. Aku melihat punggungnya yang menjauh.

"Fiony!" panggilku sambil berlari.

Aku mencium bibirnya untuk pertama dan terakhir kalinya. Ciuman penuh cinta, bahagia, dan sedih. Cukup lama bibir kami saling menempel. Air mata mengalir di pipi kami.

"Sampai ketemu lagi..." ucapku melepaskan kepergiannya.

"Sampai ketemu lagi Vano..."

Kali ini aku berusaha ikhlas melihatnya pergi. Sam menghampiriku dan merangkulku.

"Lo udah gede, Van... Gue gak nyangka..."

Aku hanya diam sambil tersenyum kecut. Rasa sakit dan tidak rela masih menyelimutiku.

***

Sam mengantarku kembali ke rumah. Di sana Om Ryan sudah menunggu bersama ayahku. Tentu saja akan membahas soal pernikahanku dan Lyn.

"Gimana, Van?" tanya Om Ryan.

"Vano masih belum ikhlas lepasin Fiony, Om."

"Gakpapa, baru juga beberapa menit yang lalu. Nanti juga akan terbiasa."

Aku dengan tatapan kosong terus memikirkan masa depanku dengan Lyn. Di hatiku, posisi Fiony tidak bisa digantikan.

"Jadi tanggal 18 April, kalian akan menikah. Itu hari Sabtu. Masih ada 2 minggu lebih lagi," ucap ayahku.

Aku hanya bisa mengangguk lemas. Ayahku dan Om Ryan terus berdiskusi soal pernikahan kami. Aku hanya mengangguk saja meskipun tidak tau apa yang dibahas. Aku tidak bisa mendengarkannya.

"Oke, segitu dulu ya hari ini. Saya pamit dulu."

Ayahku mengantarkan Om Ryan keluar. Sementara aku masih duduk di sofa seperti mayat.

"Kenapa?"

"Vano masih belum siap, Yah."

"Iya ayah ngerti. Tapi hal yang baik akan segera kamu mulai. Ayah yakin, kamu dan Lyn akan menjadi pasangan yang bahagia."

Aku hanya diam saja tak menanggapi. Hati ini begitu kosong. Sangat tidak rela berpisah dengan Fiony secepat ini.

***

Fall In Love AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang