07 - DE LARA

1.1K 97 0
                                    

Dilara baru saja sampai dirumah setelah adzan maghrib. Hari ini di cafe lumayan ramai sampai buat dirinya terlambat pulang.

Dirumah sudah ada Sena karena Sena akan menginap di rumah Dilara. Bianca tidak ikut karena gadis itu sedang ada acara keluarga di Bandung.

"Nih gue buatin es teh buat lo. Gue udh beres-beres rumah sama masak nasi"

Sena letakkan gelas di meja, Dilara langsung seruput es teh buatan Sena. Rasa hausnya langsung hilang.

"Makasih ya Sen udh bantu beresin rumah gue, niatnya habis pulang kerja mau beresin rumah" ucap Dilara.

"Yaelah santai aja. Daripada gue gabut mendingan beresin rumah lo lagian gue cuma sapu lantai aja" balas Sena.

Dilara beruntung bisa punya sahabat seperti Sena dan Bianca. Sahabat yang selalu ada dan selalu mendukung nya.

"Ini gue bawa makanan buat makan malam kita berdua" ucap Dilara sambil menunjuk bungkusan yang dia bawa.

"Ya ampun Dilara padahal gue juga udh masak walaupun cuma masak ayam aja sih tadi beli didepan" ucap Sena.

Sena buka bungkusan yang dibawa Dilara dan ternyata Dilara beli nasi padang.

"Asik nasi padang!! Udh lama gue gak makan nasi padang tau soalnya di dekat rumah gue gada yang jual"

"Dih! Tadi aja sok gamau" ucap Dilara sinis.

"Ya maaf kan tadi gue gatau kalo lo beli nasi padang tau" kekeh Sena.

"Yaudah gue mau mandi dulu"

Dilara langsung ke belakang sedangkan Sena bawa nasi padang yang dibeli Dilara ke dapur.

Setelah mandi, Dilara gabung bersama Sena untuk makan malam bareng. Dilara sedikit gelisah karena dari pagi sampai malam Deva tidak menghubungi nya.

"Cih! Lo harap apa sih Dilara? Disana pasti Deva lagi berduaan sama Kania. Lo cuma perusak!" batin Dilara.

Sena kaget karena tiba-tiba Dilara menangis. Ada apa dengan sahabatnya? Apa ada hubungannya dengan Deva?.

"Dilara lo kenapa?" tanya Sena khawatir. Ia peluk Dilara.

Hiks...hiks...hiks...hiks...

Sena usap punggung sahabatnya agar Dilara bisa tenang "Kenapa Dilara? Ada yang nyakitin lo? Ayo cerita sama gue?"

Dilara tidak jawab pertanyaan Sena. Dia gamau Sena tau penyebab dia menangis karena nnti Sena akan terus-terusan menyalahkan Deva.

Sena biarkan Dilara menangis sampai dia puas. Sena sadar dia tidak bisa menanyakan alasan sahabatnya menangis ketika Dilara masih menangis seperti ini.

"Udh tenang?" tanya Sena.

Dilara mengangguk. Sena hapus air mata yang masih mengalir di pipi Dilara. Nafas Dilara sudah teratur menandakan bahwa Dilara sudah tenang.

"Why Dilara?"

"Gue cuma kangen aja sama kedua orangtua gue, Sen. Gue merasa kesepian gada mereka di sisi gue"

"Sstt...lo gak boleh ngomong gitu disini masih ada gue sama Bian yang akan terus temenin lo sampai kapanpun. Gue pernah ajak lo buat tinggal bareng sama gue tapi lo gamau"

"Gue gamau terus-terusan ngerepotin lo sama Bian lagi" lirih Dilara.

Sena tersenyum, dia pegang kedua pipi Dilara "Gue sama Bian gak pernah merasa di repotin sama lo. Jujur kita berdua mau yang terbaik buat lo Dilara. Jadi jangan ngomong kayak gitu lagi apalagi kalo Bian tau nnti dia bisa murka tau"

Dilara tertawa kecil. Dia jadi membayangkan wajah seram Bianca kalo lagi marah.

"Udh jangan nangis lagi, mendingan nyantai didepan yuk sambil nnton tv" ajak Sena.

Dilara dan Sena pergi ke ruang tamu. Mereka duduk di sofa sambil nnton tv.

"Tadi pagi gue ketemu sama kak Keilan terus dia traktir gue makan" ucap Dilara sambil makan cemilan yang Sena bawa.

"Gue kaget tau liat foto lo ada di instastory akun kak Keilan. Gue pikir Deva juga udh liat" ucap Sena.

Foto? Foto apa? Perasaan dirinya gak pernah foto bareng sama Keilan.

"Foto apaan? Kok gue gatau"

"Nih fotonya, kayaknya kak Keilan sengaja deh foto lo secara diam-diam" ucap Sena sambil menunjukkan instastory Keilan ke Dilara.

Dilara lihat foto itu, itu memang foto dirinya yang lagi makan bubur ayam tadi pagi. Apa mungkin Deva tidak menghubungi nya karena Deva cemburu liat foto ini?

"Gue yakin nih Dilara pasti nama lo jadi gosip hangat di angkatan kelas 12 karena kan kak Keilan termasuk murid famous di sekolah kita" ucap Sena.

"Sena, emang beneran kak Keilan suka sama gue? Lo tau dari mana sih?" tanya Dilara.

"Beneran Dilara. Kak Keilan sendiri yang bilang sama gue dan Bian kalo dia suka sama lo tau"

"Lo sama Bian sekongkol sama kak Keilan buat deketin gue sama dia kan? Ngaku gak lo!"

"Ih gak ya! Gue sama Bian malah suruh kak Keilan buat usaha sendiri deketin lo tanpa perantara kita tau tapi lo malah tetep pilih Deva"

Dilara menarik nafas panjang, jujur sampai sekarang dia masih mencintai Deva. Dilara bingung apa dia harus buka hati untuk Keilan atau tidak?

Jika dia berpaling ke Keilan pasti Deva akan tersakiti tapi kalo dia tetap memilih Deva, Keilan juga akan tersakiti karena ternyata Dilara adalah wanita simpanan Deva.

Kalo begitu ceritanya lebih baik Dilara tidak memilih keduanya. Dia tidak mengharapkan hubungannya dengan Deva berlanjut ke jenjang yang lebih serius. Biarkan hubungan mereka berdua berjalan seperti sekarang ini.

"Jujur, gue masih cinta sama Deva. Gue gamau buka hati untuk kak Keilan sebagai pelampiasan buat lupain Deva"

"Gue tau Dilara tapi gue juga gasuka kalo lo terus-terusan dijadiin simpanan sama Deva. Secepatnya dia harus memutuskan untuk pilih lo atau Kania" ucap Sena.

"Deva akan pilih Kania" balas Dilara.

"Serius?! Deva udh ngomong kayak gitu sama lo? Brengsek banget tuh orang!"

Sena tidak menyangka ketua osis di sekolahnya berani menyakiti hati sahabatnya.

"Dia gak bilang begitu Sena. Gue cuma perempuan miskin mana mau keluarga Deva nerima gue, kalo hubungan gue sama Deva terbongkar pasti Deva bakal pilih Kania lah"

"Kalo gitu putus aja sekarang, percuma di lanjutin kalo ujungnya lo yang tersakiti disini. Lepasin Deva"

Dilara diam. Dia akan lepas Deva kalo Deva sendiri yang meminta dirinya untuk pergi dari hidup Deva.

DE LARA [GXG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang