Deva menunggu Dilara di parkiran mobil. Mungkin sebentar lagi gadis itu akan datang, selama seminggu ini Dilara akan terus menginap di apartemennya sekalian belajar bareng.
"Sayang..." Panggil seseorang dari arah belakang Devara.
Ini bukan suara Dilara. Saat Deva menoleh ke belakang ternyata Kania yang memanggil dirinya. Mau apa lagi dia datang kesini?
"Jaga bicara lo! Kita bukan pasangan lagi jadi gausah panggil gue sayang. Gue muak dengarnya" ucap Deva.
Kania dekati Deva lalu dia peluk tubuh Deva dengan erat. Dia rindu. Dia menyesal sudah buat Deva kecewa.
Hiks...hiks...hiks...hiks...
Kania menangis di pelukan Deva. Dia tidak bisa berpisah dari Deva, dia sangat mencintai Deva.
"Kania lepas! Lepasin gue!"
Dengan sekuat tenaga Deva dorong tubuh Kania dengan kasar agar gadis itu sadar jangan seenaknya sentuh tubuhnya lagi. Deva takut Dilara liat.
"Dev...please kembali sama aku. Aku gabisa tanpa kamu sayang, aku tersiksa putus dari kamu" mohon Kania.
Deva menatap Kania jijik. Sampai kapanpun Deva gak akan pernah kembali dengan Kania. Deva sudah punya Dilara dan selamanya hanya Dilara seorang.
"Gue gabisa dan cukup selama ini lo bohongin gue Kania. Tujuan lo kerja apa kayak gitu? Selama ini gue selalu kasih lo duit setiap bulannya"
Selama berpacaran dengan Kania, Deva rutin tiap bulannya mengirim uang 15 juta ke rekening Kania. Jadi kalo alasan Kania bekerja sebagai wanita malam karena alasan ekonomi Deva gak akan percaya.
Kania masih tetap menangis. Ia bingung harus jujur atau gak sama Deva.
"Gausah jawab karena gak penting juga buat gue, terserah lo mau kerja apa itu bukan urusan gue" sela Deva.
Kania genggam tangan Deva dengan erat, dia harus berhasil bujuk Deva supaya Deva mau kembali padanya.
"Kasih aku kesempatan satu kali aja, aku mohon sama kamu sayang. Kamu masih cinta sama aku kan?"
"Cinta?! Sorry gue udh gak cinta sama lo sejak 6 bulan yang lalu Kania!"
Kania terdiam ketika dengar ucapan Deva. Deva sudah tidak mencintai nya sejak 6 bulan yang lalu? Kenapa bisa? Padahal dia baru ketahuan bohong sekarang bukan 6 bulan yang lalu.
"Jangan bohong sama aku sayang, kamu ngomong gitu biar kita gak balikan kan?"
Deva tersenyum sinis.
"Ngapain gue bohong sama lo, gada gunanya juga. Sekarang lo pergi dari sini Kania atau gue yang pergi?"
"Oke aku yang pergi tapi aku gak akan menyerah gitu aja buat dapetin kamu lagi Deva!"
Setelah itu Kania pergi dari sana. Deva angkat bahunya cuek tidak peduli dengan ucapan Kania.
Tak lama Dilara datang, Deva bisa liat wajah lesu pacarnya. Biasanya Dilara selalu ceria tapi kenapa sekarang lesu begini?
"Sayang kamu kenapa? Kamu demam?" tanya Deva khawatir. Dia sentuh kening Dilara tapi gak panas.
"Berisik ih! Otak sama badan aku capek tau pengen bobo, aku ngantuk banget" rengek Dilara manja.
Deva kecup kedua pipi Dilara lalu dia buka pintu untuk Dilara, Dilara masuk ke dalam di susul Deva.
Dilara menghempaskan tubuhnya, dia benar-benar capek dan pengen buru-buru tidur apalagi punggung dan bibirnya masih nyeri karena Briana.
Deva mengendarai mobilnya menuju apartemen. Kasihan Dilara. Di perjalanan kedua nya saling diam karena Deva tidak mau ganggu Dilara sedangkan Dilara sedari tadi diam aja.
Deva elus rambut Dilara dengan lembut, dia sandarkan kepala Dilara di bahunya kemudian dia kecup pucuk kepala Dilara.
Dilara peluk lengan Deva dengan erat lalu dengan usilnya dia gigit jari Deva.
"Awh sayang..." teriak Deva kaget.
Dilara tertawa karena dia senang bisa jahilin Deva. Dilara memejamkan matanya, rasanya nyaman banget.
"Bobo aja sayang nnti kalo udh sampai apartemen aku bangunin kamu" ucap Deva sambil menepuk pipi Dilara.
"Gamau. Bobo nya nnti aja kalo udh di apartemen kamu biar nyenyak" balas Dilara manja.
"Nyenyak karena di kelonin sama aku kan sayang?" tanya Deva genit.
Dilara tersenyum lalu dia kecup bibir pacar tomboynya. Deva tahan tengkuk Dilara, dia cium bibir Dilara menuntut.
Dilara balas ciuman Deva, ciuman yang begitu memabukkan untuk dirinya karena Deva begitu lihai memainkan bibir dan lidahnya.
Deva hentikan ciumannya saat liat Dilara kehabisan nafas, bibir sexy Dilara bengkak karena dia.
"Dasar mesum! Bisa banget curi-curi ciuman dari aku ihh!" rengek Dilara.
"Ya kalo ada kesempatan kenapa enggak sayang? Lagian kamu juga suka kalo aku cium tau" balas Deva sambil tersenyum.
Dilara cubit paha Deva.
"Awh sayang...tangannya suka banget sih cubit-cubit aku. Jangan kdrt gitu sama aku Lara nnti aku laporin ke kak seto loh!" ancam Deva bercanda.
Dilara tertawa "Deva bodoh! Kak Seto itu khusus anak-anak bukan untuk kasus kdrt tau!"
"Eh sayang! Aku masih anak-anak loh"
"Serius? Jadi selama ini aku pacaran sama bocah dong?!" tanya Dilara dengan mimik wajah kaget.
"Iyaa sayang tapi walaupun aku masih bocah, aku udh bisa bikin bocah sama kamu" jawab Deva mesum.
"Gamau bikin bocah sama kamu, kamu suka kasar kalo lagi gairah" tolak Dilara.
Deva terkekeh "Ya Habisnya kamu bikin aku bergairah terus apalagi kalo aku dengar suara desahan kamu yang begitu sexy di telinga aku sayang"
Blush. Pipi Dilara berubah jadi merah merona karena Deva, dia mengalihkan pandangannya keluar mobil.
Deva elus rambut Dilara. Dia senang bisa mengembalikan mood Dilara. Dia gak suka liat wajah bete atau wajah lelah Dilara.
KAMU SEDANG MEMBACA
DE LARA [GXG]
Teen FictionWarning : gxg area!! Yg homophobic bisa menjauh dari sini jadi jangan nekad baca. . . . Kisah tentang Devara Mackenzie Liem yang selingkuh dengan adik kelasnya bernama Dilara Learyn. Hubungan antara Deva dan Dilara mulai terusik ketika Keilan Anggit...