22 - DE LARA

985 72 2
                                    

Rachelia dan Jean segera menyusul Vero ke rumah sakit setelah mereka berdua selesai ulangan. Rachelia dan Jean kaget ketika dengar Keilan masuk rumah sakit karena Deva.

"Kenapa bisa begini?" tanya Jean.

"Keilan perkosa Dilara dirumahnya"

Jawaban singkat Vero buat Rachelia dan Jean kaget. Kenapa bisa Keilan sejahat itu sampai memperkosa Dilara? Tindakan Keilan udh termasuk kriminal.

"Gila! Gila! Gila! Keilan bodoh banget sih sampai perkosa Dilara?! Kalo psikis Dilara terganggu gimana? Dilara bisa trauma" ucap Rachelia.

"Kalo gue gak ikut mungkin Keilan udh mati di tangan Deva. Deva pukulin Keilan kayak orang kesetanan" timpal Vero.

"Wajar aja Deva begitu, coba bayangin Lia di perkosa sama Keilan pasti lo juga begitu kayak Deva" ucap Jean.

"Mulut lo Jean!" sewot Rachelia.

"Bakal gue tusuk si Keilan udh sentuh my baby Lia" ucap Vero.

Rachelia yang dengar ucapan Vero langsung peluk lengan Vero dengan manja. Kalo begini Rachelia jadi makin cinta sama Vero.

"Dih bucin!" ledek Jean kesal.

Dokter yang memeriksa kondisi Keilan keluar ruang UGD. Keilan memang masih di UGD belum dipindahkan ke kamar inap.

"Gimana dokter sahabat saya?" tanya Vero mewakili Jean dan Rachelia yang pasti sudah gak sabaran mau dengar kabar kondisi Keilan.

"Tulang rusuk sebelah kanannya patah lalu di bagian kepala Bagian tengkorak ada yang retak dan di bagian dada mengalami luka lebam yang lumayan parah. Untungnya saudara Keilan sudah melewati masa kritisnya tinggal menunggu proses pengobatan saja"

Mereka bertiga yang mendengar penjelasan dari dokter bergidik ngeri. Rachelia dan Jean penasaran bagaimana Deva memukul Keilan sampai sebegitu parahnya?.

"Saudara Keilan akan dipindahkan ke ruang kamar inap kalo begitu saya permisi"

"Silahkan dokter, terimakasih"

Vero menghela napas panjang, kasian banget si Keilan harus menanggapi luka separah itu karena ulah Keilan sendiri. Keilan berani perkosa Dilara karena di butakan oleh cinta.

Keilan tidak bisa menerima dengan ikhlas kalo Dilara bukanlah miliknya.

"Kasih tau orangnya Keilan?" tanya Jean.

"Gausah lagian mereka juga gak peduli sama kondisi anaknya, orangtua macam apaan begitu. Dih kesel gue!" decak Rachelia.

Vero elus rambut Rachelia dengan lembut "Udh dong jangan marah-marah gitu terus nnti kulit wajah kamu bisa keriput sayang"

Rachelia tatap Vero sinis "Terus kenapa kalo aku jadi keriput dan jelek? Kamu mau putusin aku?"

"Gak gitu sayang, kamu tuh suka banget emosian gak bagus begitu sayang. Kamu disini aja sama Jean aku mau urus biaya administrasi Keilan dulu"

Rachelia menghentakkan kakinya kesal setelah Vero meninggalkan dia berduaan sama Jean.

"Lo jangan galak-galak sama Vero nnti diputusin sama Vero nangis loh" ucap Jean sambil menepuk bahu Rachelia.

"Habisnya Vero ngeselin banget sih! Kan gue jadi kesel sama dia tau"

Rachelia memang kadang sulit mengontrol emosinya, dia bisa lepas kendali dan berujung marah-marah kayak gini. Semua sahabatnya pernah jadi korban marah-marah Rachelia.

Kini mereka bertiga sudah berada di kamar inap Keilan. Keilan sudah sadar walaupun badannya masih sulit untuk bergerak.

"Enakkan dibogem sama Deva? Ya pasti enak dong! Bodoh sih lo!" ucap Rachelia.

Keilan tersenyum tipis. Ia khawatir dengan kondisi Dilara, rasanya dia mau menyerahkan diri ke polisi.

"Gue sebagai sahabat lo sangat kecewa Keilan. Kenapa harus begini gitu loh? Kalo begini hubungan lo sama Deva udh hancur" ucap Jean.

"Gue bakal pindah ke Inggris. Gue tau Deva sama Dilara gamau liat gue ada disini lagi" balas Keilan.

"Bagus kalo gitu, kesalahan lo gak mungkin Deva dan Dilara maafkan. Lo bejad banget Kei" timpal Vero.

"Di Inggris lo mau tinggal dimana?" tanya Jean.

"Di rumah oma gue, sekalian disana gue mau move on dari Dilara" jawab Keilan.

Inggris, tujuan utama Keilan setelah dia keluar dari rumah sakit. Disana dia akan memulai kehidupan baru walaupun bukan bersama Dilara.

***

Semenjak kejadian itu Dilara berubah jadi pendiam. Dilara selalu merasa bersalah jika berada didekat Deva.

Deva masih mau menerima dirinya walaupun tubuhnya sudah kotor disentuh oleh orang lain yang sayangnya itu adalah sahabat Deva.

Dilara harus fokus belajar agar nilainya tidak turun, dia selalu peringkat 1 dari kelas 10. Belakangan ini dia lebih banyak belajar.

"Sayang, kamu kenapa sih? Belakangan ini kamu gak pernah lagi main ke rumah atau apartemen aku bahkan kamu juga larang aku main ke rumah kamu loh" keluh Deva pada Dilara yang sedang asik baca buku di taman belakang sekolah.

"Ssstt diem deh Deva. Kamu belajar sana beberapa bulan lagi kamu lulus terus kuliah" balas Dilara cuek.

"Ck...gamau belajar kalo kamu cuek sama aku kayak gini, bete aku sama kamu sayang" ucap Deva kesal.

Ingin rasanya Deva ambil buku itu lalu dia buang agar Lara nya kembali perhatian pada dia.

"Deva jangan kayak anak kecil. Katanya kamu mau kuliah di Australia tapi kamu malas belajar begini"

"Habisnya kamu gak perhatian lagi sama aku, Lara. Kamu beda banget sama aku kayak udh gak sayang lagi"

Dilara tarik napas panjang. Dia jadi pusing kalo Deva lagi mode ngambek plus badmood begini. Dia gabisa fokus belajar karena Deva.

"Terus kamu mau apa sayang?"

"Mau kamu" jawab Deva singkat.

Sekarang malah Deva yang sibuk main hp sendiri, Dilara sandarkan kepalanya di bahu Deva. Dia kecup pipi Deva.

Deva simpan hpnya di saku, dia rangkul Dilara dengan mesra lalu dia kecup pipi Dilara tidak lupa bibir Dilara juga dia kecup.

"Aku kangen banget berduaan sama kamu sayang, kamu sibuk banget sama buku kamu itu sampai lupain aku"

Dilara biarkan Deva kecup seluruh wajahnya. Dia sadar kalo dirinya sudah acuh pada Deva beda seperti dulu.

"Aku gamau peringkat aku turun kan sebentar lagi kenaikan kelas. Kamu juga kan sebentar lagi mau lulus tapi santai banget"

"Karena aku udh pinter sayang"

Seminggu lagi Deva akan menghadapi ujian nasional. Setelah lulus Deva akan mengambil studi di salah satu universitas yang ada di Australia.

"Tahun depan kamu susul aku ke Australia ya, kita sama-sama belajar disana biar aku bisa jaga kamu"

Dilara menggeleng "Aku gamau kuliah di luar negeri takutnya gak betah apalagi disana mahal banget tau"

Deva genggam kedua tangan Dilara dengan erat, sebenarnya dia berat meninggalkan Dilara sendirian di Indonesia tapi mau bagaimana lagi karena Dilara lulus SMA tahun depan.

"Kan ada aku sayang, kamu pasti betah disana. Kita mulai kehidupan baru disana bersama anak-anak kita nanti"

Dilara diam sejenak. Dia bimbang.

DE LARA [GXG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang