13 - DE LARA

1K 87 2
                                    

Sore ini Jakarta diguyur hujan deras dan sialnya Dilara tidak bawa payung jadinya dia berdiri di samping cafe sambil menunggu hujan reda.

Dia usap lengannya, dia kedinginan. Jangan sampai dia demam karena besok dia harus ujian.

Dilara liat sekeliling nya. Banyak orang yang meneduh karena hujannya lumayan deras. Tidak sengaja matanya melihat seseorang yang selama seminggu ini dia rindukan.

Deva tersenyum lebar, dia senang bisa bertemu dengan Dilara lagi. Tidak sia-sia dia menyogok Sena sampai gadis itu mau memberitahunya dimana tempat Dilara bekerja.

Flashback on.

Sena menghela napas panjang karena Deva datang lagi ke rumahnya. Dalam sehari udh 3 kali Deva datang kesini, kayak makan aja 3 kali sehari.

"Ngapain lagi sih kak?" tanya Sena sewot. Besok-besok dia bakal pasang plang didepan rumahnya dengan tulisan "buat tamu yang bernama Devara Mackenzie Liem silahkan pulang karena tuan rumah gada dirumah".

Konyol banget pikiran Sena.

"Dimana alamat cafe tempat Dilara kerja? Tinggal jawab aja susah banget sih Sena! Atau jangan-jangan lo disuruh sama Keilan ya?"

"Idih kak Deva main nuduh aja! Gue bakal kasih tau tapi gak gratis loh kak"

"Ck...bilang aja kalo lo minta sogokan pasti dari tadi gue udh dapet alamatnya gak ribet begini" decak Deva kesal.

Sena terkekeh "Yee marah-marah aja! Sogokannya murah kak cuma kasih uang jajan ke gue aja"

"Berapa?" tanya Deva.

Terlintas di otak Sena untuk porotin uang Deva mumpung ada kesempatan jadinya gak boleh di sia-siakan.

"Cuma 5 juta aja kak"

"Kirim norek lo ke whatsApp gue langsung gue tf"

Sebegitukah cintanya Devara pada Dilara sampai Deva rela mengeluarkan uang 5 juta demi alamat tempat kerja Dilara? Tapi gpp Sena bakal traktir Bianca dan Dilara nnton di bioskop.

Langsung saja Sena kirim norek ke Deva lalu Deva transfer nominal uang yang Sena bilang tadi.

"Kak!! Kok dikirimnya malah 10 juta?" pekik Sena heboh.

"Buat lo jajan selama sebulan, buruan kasih alamatnya biar gue langsung kesana"

Dengan senang hati Sena kirim alamat cafe tempat Dilara kerja.

"Udh kak"

"Oke makasih. Gue pamit"

"Makasih juga kak, titi dj ya"

Deva langsung masuk ke dalam mobilnya, dia pergi menuju alamat yang dikasih sama Sena.

Flashback off.

Deva bawa payung besar untuk pujaan hatinya, dia hampiri Dilara yang masih diam berdiri di samping cafe.

Hati Dilara berdetak kencang saat Deva berdiri disampingnya. Dia ingin peluk tubuh Deva tapi dia gengsi karena mereka berdua belum baikan.

"Hai sayang..." sapa Deva dengan senyum manisnya buat Dilara tanpa sadar juga ikut tersenyum walaupun hanya senyum tipis.

"Hai Dev..." balas Dilara.

Tangan Deva sudah gatal ingin peluk tubuh mungil Dilara tapi dia gak boleh gegabah takutnya Dilara marah.

"Ayo aku antar pulang" ajak Deva.

Dilara mengangguk, Deva rangkul dengan erat tubuh Dilara lalu mereka berdua jalan menuju mobil Deva yang ada di seberang jalan.

Hujan menjadi saksi bertemunya kembali 2 gadis yang saling mencintai.

"Silahkan masuk sayang" ucap Deva sambil membuka pintu mobil untuk Dilara. Dilara masuk ke dalam mobil kemudian di susul Deva.

Deva mengemudikan mobil menuju apartemennya. Dia tidak mengantar Dilara pulang karena mereka berdua harus bicara dan segera menyelesaikan masalah di antara mereka berdua.

"Dev ini kan bukan jalan ke arah rumah aku" ucap Dilara ketika dia menyadari jalan menuju rumahnya tidak lewat sini.

"Iya sayang aku mau ajak kamu ke apartemen, kita harus bicara Lara. Aku udh gak sanggup liat kamu terus-terusan menghindar dari aku"

Deva benar. Mereka harus bicara.

Dilara mengangguk "Oke gpp, aku pikir waktu seminggu ini juga udh cukup untuk kamu introspeksi diri"

Tak butuh waktu lama untuk mereka berdua sampai di apartemen. Deva beli apartemen ini tanpa sepengetahuan orangtuanya. Dia sengaja beli apartemen agar dia bisa punya tempat privasi saat ingin berduaan dengan Dilara.

"Aku izin mandi duluan ya" ucap Dilara saat keduanya masuk ke dalam apartemen Deva.

"Iya sayang, mandi pake air hangat aja jangan air dingin nnti kamu demam"

Diam-diam Dilara tersenyum ketika Deva perhatian dengannya. Dia masuk ke dalam kamar Deva, dia rindu kamar ini. Dia rindu saat Deva memeluk tubuhnya dengan erat di atas ranjang.

Sedangkan di dapur, Deva buat coklat panas dan sereal untuk Dilara. Menu favorit Dilara ketika sedang hujan.

Dia letakkan mangkok sereal dan gelas coklat panas di atas meja ruang tengah. Dia tunggu Dilara disini.

Dia tidak boleh salah bicara lagi yang berujung menyakiti hati Dilara. Minggu lalu adalah hal terbodoh yang pernah dia lakukan.

Dirinya beruntung tetap mempertahankan Dilara dan melepas Kania. Deva merasa aneh pada dirinya sendiri karena dia sama sekali gak sedih ketika dia mengetahui pekerjaan asli Kania.

Hatinya biasa aja, apa ini bukti kalo dia memang sudah tidak lagi mencintai Kania?

Dilara keluar dari kamar Deva, dia pakai celana training dan hoodie milik Deva walaupun agak kebesaran.

"Sini sayang duduk samping aku" titah Deva sambil menepuk sofa disampingnya.

Dilara duduk disamping Deva, Deva ambil handuk kering lalu dia gosokkan di rambut basah Dilara.

"Itu sereal nya di makan"

"Makasih Deva"

"Sama-sama sayang"

Dilara ambil sereal yang dibuat Deva lalu dia makan. Rasa sereal yang dibuat Deva jauh lebih enak daripada buatan nya sendiri padahal merk sereal nya sama.

Setelah rambut Dilara kering, Deva sisir rambut panjang Dilara dengan lembut. Dia cium aroma shampo yang dipakai pujaan hatinya.

Dilara tertawa kecil saat hidung Deva mengendus leher jenjangnya.

"Ihh Deva! Jangan usil ahh..."

"Jangan panggil aku Dev atau Deva lagi, Lara. Panggil aku sayang, rasanya aneh banget pas dengar kamu panggil nama asli aku tanpa embel-embel sayang"

"Dasar banyak mau!"

Dilara habiskan sereal dan coklat panasnya. Tubuhnya terasa hangat sudah tidak kedinginan lagi.

Deva tarik Dilara agar Dilara duduk dipangkuannya. Dia peluk pinggang ramping kekasihnya, Dilara peluk leher Deva erat.

Keduanya sama-sama diam, mereka hanya saling tatap. Deva sentuh kedua pipi Dilara, pipi yang akan berubah jadi merah merona ketika dirinya memuji Dilara.

Tangan Deva pindah ke bibir sexy Dilara, dia elus bibir Dilara dengan lembut. Bibir yang selalu mengeluarkan desahan indah ketika dirinya menyentuh tubuh polos Dilara.

Dia dekati wajah Dilara sampai bibir keduanya bertemu, Deva kecup dalam-dalam bibir sexy Dilara.

Hanya kecupan, Deva ingin menyalurkan rasa rindunya pada Dilara. Dilara pejamkan matanya menikmati kecupan hangat dari Deva.




DE LARA [GXG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang