19 - DE LARA

869 75 0
                                    

Deva pov.

Aku berhasil mengajak Dilara untuk datang ke rumah orangtua ku walaupun awalnya dia menolak.

Aku genggam tangannya yang dingin, ya ampun menggemaskan sekali pujaan hati aku sampai menggigil begini karena mau ketemu mama dan papa aku.

Kami berdua masuk ke dalam rumah dan aku melihat mama ada di ruang tamu sambil membaca majalah.

"Assalamualaikum mama..."

"Waalaikumsalam sayang..."

Aku dan Dilara menghampiri mama lalu cium tangan mama, wajah mama sedikit bingung karena bukan Kania yang aku bawa kesini melainkan Dilara.

"Mama, kenalin ini Dilara" ucapku sambil menunjuk Dilara dan Dilara tersenyum menunduk hormat.

"Salam kenal tante, aku Dilara" ucap pacarku.

"Nama tante Deyana, mama Deva" balas mama.

Aku dan Dilara duduk disofa samping mama, aku genggam tangan Dilara lagi supaya tangannya tidak gemetaran.

Dilara itu lucu, kayaknya takut banget ketemu mama sama papa padahal dulu waktu aku datang ke rumah Kania bertemu orangtua nya aku biasa aja.

"Sahabat kamu mana sayang? Katanya kamu nginep di apartemen Vero?" tanya mama.

Aduh padahal tadi aku bohong sama mama. Mama sama papa kan gatau aku punya apartemen sendiri.

Dilara melirik ke arah aku dan aku liat dia menahan tawa karena aku sudah ketahuan bohong.

"Sahabat aku baru bisa besok kesini karena hari ini aku spesial cuma bawa Dilara aja mama" ucapku.

Mama mengangguk, aku tarik nafas lega karena mama percaya sama aku. Mama tatap Dilara dengan intens.

"Kayaknya tante pernah ketemu sama kamu tapi dimana? Tante lupa"

Serius ini mama sama Dilara pernah ketemu? Kapan dan dimana?.

Dilara tersenyum "Di pasar Tante"

"Betul di pasar! Tante baru ingat soalnya pas liat wajah kamu kayak familiar gitu loh Dilara" ucap mama sambil menepuk paha Dilara.

Duh mama tangannya nakal banget sih itu kan milik aku, tubuh sexy Dilara cuma aku yang punya hehehe. Kalo Keilan yang sentuh Dilara mungkin sudah aku patahkan tangannya.

"Kamu ngapain ke pasar sayang?" tanyaku pada Dilara.

"Belanja, waktu itu aku bantu bibi kamu karena kantong plastik belanjaan nya bolong terus ketemu sama mama kamu" jawabnya.

"Sayang?" beo Mama.

Aku dan Dilara tatap Mama. Aku harus jujur sama mama soal hubungan aku dan Dilara begitu juga dengan Kania.

"Dilara pacar aku ma, aku dan Kania udh putus beberapa hari yang lalu" ucapku.

Mama kaget "Kenapa putus?"

Aku ceritakan alasan aku putus dengan Kania dan aku juga ceritakan perselingkuhan aku dan Dilara pada mama karena papa sudah tau.

"Ya ampun! Mama gak nyangka kalo Kania begitu loh, kamu juga! Kalo cinta sama Dilara seharusnya putus dengan Kania dulu. Jangan jadiin Dilara gadis kedua kamu!"

Aku diam melihat mama marah sama aku karena itu murni kesalahan aku bukan Dilara. Dilara menunduk pasti dia takut melihat mama marah.

"Aku minta maaf tapi aku ngelakuin itu karena aku gamau kehilangan gadis cantik disamping aku ini ma"

"Ngegombal aja kamu! Pantesan Dilara bisa terpesona sama kamu!"

"Idih mama"

Enak aja bilang Dilara suka sama aku karena aku jago gombal. Dilara suka sama aku karena dia cinta.

"Maafin kelakuan anak tante ya Dilara"

Dilara angkat kepalanya lalu dia tersenyum manis, duh makin hari senyuman pacarku makin manis aja.

"Gpp tante ini juga salah aku seandainya aku gak terima cinta Deva mungkin hubungan Deva dan Kania gak akan seperti ini tante"

"Sayang kenapa ngomong kayak gitu? Aku sama Kania emang gak jodoh, mau ada kamu atau gada kamu pasti endingnya aku tetap pisah sama Kania" ucapku tidak suka, aku kesal.

Dilara menoleh ke arahku, dia remas paha kananku. Kok aku jadi tergoda ya? Dilara nakal banget nih berani goda aku didepan mama.

"Maaf sayang..."

Aku lirik kearah mama yang diam-diam tersenyum kearahku dan Dilara.

"Kalian berdua romantis banget"

Aku rangkul Dilara dengan mesra didepan mama kemudian aku kecup pipi Dilara bertubi-tubi.

"Aku cinta banget sama Dilara ma!" ucapku dengan nada lantang sampai buat pipi Dilara merah merona.

"Wah ada apa nih heboh banget?" tanya papa dari arah belakang.

Aku hampiri papa lalu ke peluk papa dengan erat, jujur aku lebih dekat dengan papa ketimbang mama.

"Dih manja! Liatin tuh Dilara pacar kamu kalo ada papa suka manja begitu" adu mama.

Dilara terkekeh, mama gatau aja aku bisa lebih-lebih manja sama Dilara kalo lagi berduaan sama Dilara.

Papa usap kepalaku dengan lembut, sebenarnya aku punya kakak perempuan tapi dia sudah meninggal ketika baru lahir di dunia ini.

Jeda 2 tahun kemudian mama dinyatakan hamil lagi dan lahirlah aku sebagai gadis terganteng di keluarga ini mengalahkan papa.

"Gadis cantik, siapa namanya nak?" tanya papa pada Dilara.

Dilara cium tangan papa "Dilara, om"

Papa melirikku karena kan pernah aku cerita soal Dilara ke papa waktu Dilara marah sama aku.

"Nama yang cantik dan cocok sama anak om yang satu ini, kamu kalem sedangkan Deva petakilan" kekeh papa.

Aku cemberut, enak aja aku dibilang petakilan padahal aku pendiam begini apalagi kalo di sekolah. Diam banget sampe guru nanya gak aku jawab.

Aku kembali duduk disamping pujaan hatiku, aku tatap Mama "Mana oleh-oleh buat aku? Katanya bawa dari Australia"

"Punya anak satu kok gada akhlak banget, tanya kabar papa dulu gitu baru minta oleh-oleh" ucap papa.

Dilara cubit pinggangku.

"Awh sakit sayang..."

"Yang sopan sama mama papa kamu"

Aku mengangguk, aku mah selalu nurut sama Dilara kalo Dilara bilang begini ya aku harus begini juga. Udh cocok jadi suami idaman kan? Bukan istri idaman ya aku gamau.

"Oh sekarang nurutnya sama pacar lagi bukan sama mama dan papa nih" cibir mama sambil melirik ke arah papa.

"Iya ma, berarti hebat nih calon menantu kita jadinya Deva gabisa macam-macam sama Dilara" balas papa.

Aku diam aja, serius cuma bisa diam liat mama sama papa ledekin aku didepan Dilara.

DE LARA [GXG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang