11 - DE LARA

1K 91 0
                                    

Sudah seminggu ini Deva sulit menghubungi Dilara. Di sekolah Deva juga tidak bisa bertemu dengan Dilara karena Kania terus mengawasinya.

Deva datang kerumahnya disana juga tidak ada Dilara, tetangga nya bilang kalo Dilara sudah seminggu tidak pulang ke rumah.

Dilara hilang bagaikan di telan bumi. Deva pikir Dilara menginap di rumah Sena atau Bianca tapi setelah Deva ikuti mereka berdua Deva juga tidak melihat Dilara ada disana.

Deva frustasi harus bagaimana lagi untuk bertemu dengan Dilara dan meminta maaf pada Dilara.

"Kamu kemana sih sayang?" gumam Deva pelan, otaknya terus-terusan memikirkan Dilara.

Saat ini Deva sedang duduk sendirian di pinggir kolam renang, ia bingung harus minta tolong sama siapa untuk mencari keberadaan Dilara?

"Kamu ngapain sendirian disini?" tanya sang papa. Damian Liem.

Damian duduk disamping Putri tunggalnya, dia rasa Deva sedang ada masalah karena seminggu ini wajah anaknya begitu kusut.

"Lagi pengen sendiri aja"

"Kamu ada masalah apa? Papa perhatiin belakangan ini kamu lesu banget kayak ada beban"

Deva diam sejenak. Dia sudah tidak tahan harus menyembunyikan hubungan nya dengan Dilara didepan orang-orang.

"Cerita sama papa kali aja papa bisa bantu kamu menyelesaikan masalah. Apa ada hubungannya sama Kania?"

Deva menggeleng. Ini bukan tentang Kania tapi tentang Dilara.

"Aku selingkuh di belakang Kania"

Jawaban Deva buat Damian kaget bukan main. Selingkuh? Berani sekali anaknya main belakang sama perempuan lain di belakang Kania.

"Kamu begini karena Kania tau kamu selingkuh terus dia minta putus?"

"Kania gatau pa, selingkuhan aku ngehindar karena seminggu yang lalu aku dan dia berantem karena Keilan"

Deva masih saja membawa nama Keilan di dalam permasalahannya dengan Dilara. Menurut Deva, semua ini gak akan terjadi kalo gada Keilan.

"Keilan? Keilan sahabat kamu?"

"Iya pa, Keilan suka sama selingkuhan aku sampai aku sama dia berantem juga di sekolah"

Lagi dan lagi Damian dibuat kaget dengan cerita Deva. Anaknya berantem sama sahabatnya sendiri karena Keilan suka sama selingkuhan Deva. Secantik apa sih perempuan itu sampai buat Deva dan Keilan menyukai gadis itu?

"Namanya siapa?" tanya Damian.

"Dilara Learyn, adik kelas aku"

Nama yang cantik pasti orangnya juga cantik, pikir Damian. Damian tidak bisa langsung marah sama Deva, dia harus dengar dulu alasan anaknya tega mengkhianati Kania.

"Udh berapa lama dan kenapa kamu tega mengkhianati Kania?"

"Aku sama Dilara udh 6 bulan pacaran, alasannya karena aku cinta sama Dilara tapi aku udh pernah ajak Kania putus tapi dia gamau" jawab Deva.

"Cara kamu salah karena disini kamu menyakiti hati dua wanita sekaligus yaitu Kania dan Dilara. Papa gak pernah memaksa kamu untuk terus bersama Kania yang penting adalah kebahagiaan kamu" ucap Damian.

Deva menghela napas lega karena papa nya tidak memaksa dirinya untuk berpisah dengan Dilara. Ini yang buat Deva bersyukur memiliki orangtua seperti Damian dan Deyana.

"Aku mau bicara langsung sama Kania tapi aku masih takut pa, papa tau sendiri kalo Kania orangnya nekad"

"Gausah takut. Itu resiko yang harus kamu tanggung karena kesalahan kamu sendiri, kalo kamu sayang sama Dilara kamu lindungi dia dari Kania"

Damian rangkul Deva. Dari kecil dia selalu mengajarkan anaknya untuk berani tanggung jawab atas kesalahan yang dia lakukan.

"Papa jadi penasaran sama Dilara"

Deva tersenyum, dia sangat merindukan gadis cantiknya. Dia ingin peluk tubuh Dilara dan tidak akan pernah dia lepaskan lagi.

"Dilara gadis yang cantik pa, tingkah laku dia yang lucu dan sikapnya yang lemah lembut buat aku jatuh cinta sama dia sampai aku lupa kalo aku udh punya pacar" ucap Deva.

"Aku jahat karena sudah menjadikan dia yang kedua tapi aku gada pilihan lagi. Aku gamau kehilangan Dilara"

Deva jadi ingat masa-masa pertama kali dia mengenal gadis cantik di kelas 11-Ipa 1 yang bernama Dilara.

"Sekarang kamu sudah tau kan harus memilih siapa?"

"Dilara, itu pilihan aku"

"Bicarakan baik-baik dengan Kania kalo kamu sudah tidak bisa bersama dia lagi tapi jangan kamu bilang kalo kamu ada wanita lain. Biarkan ini jadi rahasia kamu"

Deva mengangguk. Dia gamau ambil resiko kalo dia jujur pada Kania pasti Kania akan mencari Dilara.

"Makasih sarannya pa"

"Sama-sama nak. Udh seharusnya papa bantu kamu karena kamu anak papa"

Damian usap kepala Deva. Damian sadar kebahagiaan Deva bukan dengan Kania lagi tapi Dilara.

Di lain tempat, Dilara baru saja keluar dari pasar. Dia baru saja membeli beberapa baju karena bajunya yang lama sudah gabisa di pakai.

Bruk.

Tidak jauh dari dia, belanjaan yang dibawa oleh seorang wanita paruh baya jatuh berserakan. Dilara hampiri wanita lalu dia bantu ambil barang yang jatuh.

"Makasih ya dek"

"Sama-sama Ibu. Pakai plastik punya saya aja bu soalnya plastik punya Ibu udh bolong jadi gabisa di pakai"

"Ohiya dek makasih banyak"

Dilara masukan barang belanjaan Ibu itu ke dalam plastik yang dia bawa, ukuran plastik nya lumayan besar dan cukup untuk barang belanjaan si Ibu.

"Loh ada apa ini bi?"

Oh jadi Ibu yang dia bantu ini seorang pembantu. Buktinya majikan dari si Ibu ini datang sambil bawa barang belanjaan juga.

"Ini bu tadi plastik khusus buah bolong jadi buahnya pada jatohan semua. Untung ada si adek yang bantu saya"

Wanita berusia sekitar 40 tahun itu menatap Dilara dan tersenyum. Saat wanita itu tersenyum Dilara baru sadar kalo wanita didepannya itu mirip dengan Deva.

Dia mungkin halusinasi karena sudah seminggu ini dia blokir nomor Deva agar Deva tidak menghubungi nya lagi.

"Makasih banyak ya dek" ucap Deyana.

Deyana, mama Deva adalah majikan dari Ibu tua yang Dilara bantu. Dilara tidak tau itu mama dari Deva karena selama ini Deva tidak pernah bicara soal keluarganya ke Dilara.

"Sama-sama Ibu" balas Dilara.

Deyana terpesona dengan kecantikan gadis didepannya. Deyana tidak tau saja kalo gadis yang didepannya ini adalah selingkuhan anaknya.

"Yaudah bi kita langsung pulang aja sebelum siang nnti jalannya macet" ucap Deyana.

"Baik bu"

"Rumah kamu dimana dek? Ikut aja sama Ibu nnti Ibu antar" tanya Deyana.

"Makasih bu atas tawarannya, tapi saya bisa jalan kaki soalnya rumah saya gak jauh dari sini bu"

"Beneran? Gamau Ibu antar aja?"

"Tidak usah bu, Ibu sama bibi hati-hati di jalan ya" 

"Oh yaudah kalo gitu, kamu juga hati-hati ya. Ibu sama bibi duluan"

"Duluan ya dek"

"Iya bi"

Dilara kembali melanjutkan perjalanan nya menuju rumah. Dia pengen buru-buru sampai rumah karena kaki nya sudah pegel kepengen duduk.

DE LARA [GXG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang