3 : tiba-tiba menantang

152 25 8
                                    

Suasana di rumah Mika begitu tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana di rumah Mika begitu tenang. Lebih tepatnya aura dalam rumah itu begitu terasa dingin. Tak ada satu pun yang berbicara ketika satu keluarga tengah menyantap makanan di atas meja makan. Ada empat orang disana. Farlo-adiknya, Tania-Mamanya, Yohan-Ayahnya, dan termasuk Mika sendiri. Mika sering merasakan ketidaknyaman makan malam bersama mereka karena suasananya begitu canggung. Tak pernah terasa hangat jika dirinya hadir di antara mereka.

Ayahnya yang berwatak tegas itu sama tegasnya dengan garis wajah yang dimiliki. Umurnya sudah masuk pertengahan kepala empat, sama dengan Tania. Yohan memiliki sikap yang dingin dan jarang sekali bicara. Cocok sekali dengan Tania yang juga pembawaannya tenang dan jarang berekspresi. Jika kalian mengira akan ada sapaan hangat atau obrolan asik di sana, kalian salah. Nyatanya setelah mereka menyelesaikan kegiatannya, satu-persatu dari mereka meninggalkan dapur. Hanya tinggal Mika dan Tania di sana.

"Biar Mika yang beresin, Ma." Mika menawarkan diri dengan sukarela.

"Tidak perlu," jawab Tania tanpa menoleh sedikit pun. Ia tetap membereskan meja makan sendiri.

Mika menghela napas dengan pelan. Meskipun dilarang, ia tetap membantu Tania untuk membereskan dapur. Ia mendahului Tania untuk mencuci piring. Mika pikir Tania akan melarangnya juga, tapi Tania malah menatapnya dengan dingin sebelum pergi dari dapur.

Lagi-lagi Mika menghela napas, kali ini agak kasar. Sikap Tania yang seperti itu sudah biasa bagi Mika. Oleh karena itu, Mika menerimanya dengan senang hati. Sikap Tania yang terkesan ketus dan dingin pada Mika bukan tanpa alasan. Karena pada kenyataannya Tania tak pernah bersikap selayaknya seorang ibu untuk Mika.

Seraya mencuci piring yang sudah numpuk, Mika tersenyum untuk menghibur hatinya sendiri. Sesekali ia bersenandung pelan. Tak membutuhkan waktu lama untuknya mencuci semua piring. Kegiatannya dilanjutkan dengan meminum susu. Hal itu ia lakukan untuk menyegarkan tenggorokannya saja.

"Tolong buatkan juga untuk Farla," pinta Tania yang tiba-tiba datang lagi. "Sekalian antarkan ke kamarnya."

Mika mengangguk nurut. Ia segera membuatkan satu gelas susu. Kemudian, ia pergi ke sebuah kamar yang ada di lantai satu. Tanpa mengetuk pintu lebih dulu Mika masuk.

Seorang gadis di kursi roda tengah menghadap ke jendela kamar yang terbuka. Entah apa yang ia lakukan di saat matanya tak lagi bisa melihat. Meski begitu, gadis yang bernama Farla Reyfanna itu menyadari siapa yang masuk ke kamarnya.

"Ngapain kamu masuk ke kamar aku?" tanya Farla ketus.

"Mama suruh kakak kasih ini ke kamu." Mika meletakkan segelas susu itu di meja belajar yang ada di samping Farla. "Di minum ya susunya."

"Berkali-kali aku bilang. Jangan pernah masuk lagi ke kamar aku. Kamu tuli ya?"

"Maaf, Farla."

"Basi. Maaf kamu itu gak ada pembuktian sama sekali. Aku benci sama kamu."

EphemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang