Hari ke hari, Mika semakin akrab dengan Leyla. Ia sering membantu Leyla membuat kue di rumahnya. Setiap kali Arki melihat Mika di rumahnya ia tak pernah sekalipun mau menyapa cewek itu, antipatinya terlihat lewat wajahnya yang sepet melebihi buah salak setiap kali Mika hadir.
Namun malam ini, tatkala Mika hendak pulang ke rumahnya, Arki tiba-tiba menghadangnya di depan pintu utama. Kamunculan Arki yang mendadak itu membuat Mika terperanjat dan elus dada. Kini Arki berdiri di depannya sambil berkacak pinggang.
"Heh! Comel!"
Seakan nama 'Comel' sudah melekat di mulut cowok itu, sampai-sampai Mika sudah malas menegurnya. Mika menghela napas jengah sebelum memandang Arki. Sekarang Mika jadi makin berani pada Arki karena Leyla sudah seperti tameng baginya.
"Apa?" Mika mengangkat dagu dengan posisi tangan mengikuti gestur tubuh jangkung itu.
"Ngapain lo sering dateng ke rumah gue? Jangan pencitraan di depan nyokap gue ya!" Arki menyorotkan mata tajam seolah-olah tatapannya itu dapat membelah wajah Mika kapanpun.
"Gue gak ada urusan sama lo. Tante Leyla yang undang gue ke sini, dan gue gak ada niatan pencitraan sedikit pun!" tegas Mika.
"Lo suka sama gue, 'kan? Makanya lo mau-mau aja dateng pas nyokap gue suruh. Halah! Ngaku aja lo," tuduh Arki.
Mika mendengus. Percaya diri sekali cowok di depannya itu. Hal itu justru malah merusak image Arki di depan Mika.
"Terserah lo mau mikir apa."
Mika berlalu melewati Arki. Lebih tepatnya ia tak mau berdebat terlalu lama dengan cowok narsis itu. Ya, Mika akan menyebutnya narsis karena Arki merasa dirinya dicintai oleh semua orang. Jika para cewek tahu sifat Arki yang sebenarnya seperti apa, Mika yakin mereka akan berpikir 100 kali untuk berkeinginan menjadi pacar cowok itu.
"Mau kemana lo? Urusan kita belum selesai!" Arki mencegahnya pulang.
"Gue gak mau berurusan sama cowok narsis," ucap Mika sebelum berhasil kabur ke rumahnya.
"Apa lo bilang? Cowok narsis?" geram Arki. "Makin berani lo sama gue? Liat aja besok, lo!"
🌵🌵🌵
Mika menggeram frustasi saat ban sepedanya kempes. Lagi-lagi ulah Arki. Memangnya siapa lagi? Ban sepedanya tidak akan tiba-tiba bocor jika tidak ada orang lain yang sengaja membocorkannya. Dan yang melakukannya itu adalah Arki. Sore itu Mika terpaksa mendorong sepedanya sampai rumah. Mika berusaha memelihara kesabarannya.
Lagi dan lagi, di hari-hari selanjutnya Arki masih berusaha menguji kesabaran Mika. Mika harus menerima hukuman di kelas gara-gara ia membentak Arki secara spontan dan tanpa sadar. Sebab, cowok itu terus melempari kertas yang di bentuk bola-bola kecil di tengah-tengah keheningan kelas. Emosi Mika pada saat itu tidak stabil, makanya ia langsung berteriak. Hingga pada akhirnya, Mika harus mengumpulkan sampah dari setiap sudut sekolah sebagai hukuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral
Teen FictionGenre : Fiksi remaja, drama, romantis, angst. *** Mika percaya bahwa sesuatu yang ada di dunia ini tidak kekal. Termasuk kebahagiaan dan kesedihan. Maka dari itu, Mika selalu yakin kesedihannya pasti berlalu, dan tergantikan oleh kebahagiaan. Namun...