16. mark curiga

641 50 3
                                    

Tanpa sepengetahuan siapa pun terutama keluarga Jisung, diam diam ayah dari Chenle membantu Jisung pengobatan. Apakah keluarganya peduli? Jawabannya tentu saja tidak. Walaupun mereka tahu pun hampir dari mereka tidak peduli, terkecuali siapa ? Yup Mark Lee. Melihat adiknya yang sering keluar membuatnya bertanya tanya kenapa akhir akhir ini adiknya sering keluar. Bukan hanya sekali tapi beberapa kali, ia melihat adiknya yang bungsu itu keluar memasuki sebuah mobil yang terbilang cukup mewah. Mark yang mulai curiga pun, ingin bertanya langsung kepada Jisung secara langsung.

"Jisung, Hyung mau tanya setiap kali kamu keluar, kamu pergi dengan siapa ? Dan dimana ? Kau tau Hyung takut kamu kenapa Napa."

"Hyung, tenang saja aku hanya keluar bersama Chenle ke taman bermain." Jawabnya dengan sedikit gugup.

Mendengar jawaban dari Jisung yang kurang menyakinkan, ia terus berusaha membuat Jisung berkata jujur.

"Kau yakinkan tidak berbohong kepada Hyung ?" Tanyanya penuh selidik

"Tentu saja tidak Hyung, aku tidak pernah berbohong apalagi kepada Hyung kan. Kalau begitu hari ini aku akan pergi lagi ya bersama Chenle, bolehkan ?"
"Tentu saja tapi, apa Hyung boleh ikut ?"
"Apa Hyung tidak sibuk ?"
"Tentu saja tidak, kebetulan hari ini Hyung tidak sibuk, bisa ikut denganmu. Jadi, apa boleh Hyung ikut ?"
"Boleh Hyung. Ikut saja, tidak ada yg melarang ."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Tidak terasa, waktu berlalu dengan cepat. Saat ini Mark dan Jisung sedang menunggu Chenle menjemput mereka. Mark melihat Jisung yang tampak cemas, seperti takut ketahuan suatu hal. Saat sampai di rumah mereka, Chenle dan ayahnya kaget saat melihat keberadaan Mark yang berdiri di samping Jisung. Baru saja sampai , Mark ijin mengambil suatu barang yg tertinggal di dalam rumah. Melihat Mark masuk Chenle langsung bertanya kepada Jisung.

"Sung, kenapa Mark Hyung ikut ? Dan kenapa kau tidak mengabari bahwa Mark Hyung ikut?"

"Maaf, aku tidak sempat memberi tahu karena tadi saat aku ijin Mark Hyung, ia memaksa untuk ikut. Jadi, boleh ya Mark Hyung ikut 🥺."

Dengan terpaksa Chenle dan ayahnya membolehkan Mark ikut. Tetapi dengan satu syarat operasi Jisung tidak boleh ditunda lagi. Pasalnya, setiap pergi ke rumah sakit mereka selalu membatalkan operasi dan Jisung juga menolak melakukan terapi. Mau tidak mau Jisung harus menuruti mereka. Jika, hari ini kambuh lagi, saat atau sedang tidak bersama Mark Hyung mau tidak mau ia harus segera melakukan operasi pengangkatan sel kankernya.

Saat Mark kembali, mereka langsung menghentikan pembicaraannya dan langsung pergi. Awalnya, ayahnya Chenle memang bingung tapi setelah dipikir-pikir cuaca hari ini sangat cerah dan sangat cocok untuk pergi ke taman. Akhirnya mereka pun sampai di taman.

Mark POV

Saat aku kembali, aku merasa mereka bertiga seperti menyembunyikan sesuatu dariku. Gelagat mereka juga aneh terutama Jisung, dari saat aku menanyakan aku boleh ikut dengannya tadi hingga sekarang. Sungguh tingkah lakunya hari ini sedikit aneh. Aku sangat ingin bertanya tapi saat aku bertanya seperti ada sesuatu yg tersangkut di tenggorokanku saat ingin berbicara.

Jujur terkadang aku sangat khawatir dengan Jisung, sepertinya kesehatannya sedang menurun. Aku sering melihatnya kesakitan sambil memegang kepalanya. Aku tidak tega melihatnya raut wajahnya yg menahan kesakitan sambil memegang kepalanya. Aku hanya berharap hari ini dia tidak kesakitan lagi.

Jisung POV

Diperjalanan menuju taman aku merasakan, kepalaku sangat sakit. Tapi aku harus bisa menahannya demi Mark Hyung.
Saat paman mulai menghentikan mobilnya, aku sadar kita sudah sampai di taman. Aku sangat antusias dan tidak sabar , karena terakhir aku pergi ke taman saat bersama mamaku. Saking antusiasnya aku sampai lupa dengan sakit kepalaku yang baru saja aku rasakan tergantikan.

Aku turun dengan tergesa gesa lalu berlari menuju taman, mereka hanya melihatku sambil menggelengkan kepala mereka. Lalu tak lama Chenle berkata

"Hati hati ji, awas nanti kau terjatuh!"

Aku hanya mendengarkan tanpa membalas perkataannya, tetapi aku mulai memelankan langkahku. Chenle yang sedikit kesal lantas berlari mengejar ku.

Author POV

Kegembiraan lantas dirasakan oleh Jisung. Saat berada di taman ia merasa bebas dan tidak ada lagi suasana suram dan takut. Ia benar-benar bebas. Mark yang melihatnya di salah satu kursi yang tidak jauh dari keberadaan mereka hanya bisa tersenyum. Sudah lama ia tidak melihat Jisung tersenyum tanpa beban seperti itu, ia bahagia jika Jisung juga bahagia. Tak lama terdapat seseorang yang duduk di sebelahnya dan orang itu adalah ayah Chenle. Ia bertanya kepada Mark

"Mark, seandainya Jisung mempunyai suatu penyakit dan dinyatakan meninggal. Lalu Jisung meminta maaf kepada kalian semua karena telah hadir di kehidupan kalian, apa yang akan kamu lakukan?" Tanyanya.

Mark terdiam sebentar, dia menatap ayah Chenle sebentar. Lalu mulai tenggelam dalam pikirannya, ia mulai memikirkan apa yang akan ia lakukan. Melihat Mark yang kesulitan mencari jawabannya, ia sedikit kasihan mengingat umur Mark yang belum menginjak 10 tahun.

"Tak perlu dipikirkan, suatu saat nanti entah kapan aku akan menanyakannya kepadamu lagi. "

Mark menatapnya seolah bertanya apa maksudnya. Ia juga menuntut jawabannya dan respon pria itu hanya tersenyum sambil mengatakan tak perlu dipikirkan.

Brak

"JISUNG"

Mendengar teriakan nyaring Chenle mereka berdua langsung saja berlari menghampiri Chenle dan Jisung. Betapa terkejutnya mereka melihat Jisung pingsan dengan sedikit darah keluar dari hidungnya. Melihat hal tersebut ayah Chenle mulai panik dan segera mengendong Jisung menuju ke mobilnya yang berada diparkiran.

Ia dengan panik memasukkan Jisung di bangku penumpang disusul Chenle dan Mark dibelakangnya. Ayah Chenle melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, sekarang dipikirannya hanyalah keselamatan Jisung saja. Dia sudah tidak peduli dengan apapun, ia hanya berharap Tuhan masih memberikan waktu Jisung untuk merasakan kasih sayang keluarganya saat ini.

Rumah Sakit

Mereka dengan tergesa gesa keluar dari mobil. Ayah Chenle dengan hati hati meletakkan Jisung di brankar dan mendorongnya, para suster yang melihat itu dengan cepat mendorong brankar menuju UGD. Dikarenakan tidak boleh masuk, akhirnya mereka menunggu di ruang tunggu.
Flashback On
Chenle POV

Saat aku sedang berlarian dengan Jisung dengan mendadak dia berhenti sambi memegang kepalanya. Aku panik dengan segera menghampirinya dan menepuk pundaknya pelan.

"Jisung, kamu baik baik saja ? Aku panggilkan ayahku ya ?"

Saat aku akan memanggil ayahku Jisung menahan tanganku seolah mengatakan tidak perlu. Aku jadi tidak tega melihatnya kesakitan seperti itu. Aku berinisiatif membelikannya minuman. Baru beberapa langkah aku mendengar sebuah suara dan saat aku melihatnya Jisung sudah pingsan dengan refleks aku pun berteriak.

Flashback Off
.
.
.
.
.
.
.

Hai hai semua akhirnya aku update. Maaf ya aku udah lama gk update. Soalnya, pertama gk ada ide dan kedua aku lupa punya tanggungan cerita ini.

MAAF ~ Park Jisung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang