15. mencari

787 57 3
                                    

Mark, Sunghoon, Chenle berlari tergesa gesa, sambil mengedarkan pandangan mereka mencari keberadaan Jisung. Mereka semua gelisah, rasa penyesalan pun mulai menghampiri. Mereka takut terjadi sesuatu terhadap Jisung, sambil berharap tidak ada sesuatu terjadi pada Jisung. Sekarang, mereka semua tidak bisa berpikiran positif.

Jeno dan Haechan yang melihat mereka berlari dengan muka panik bercampur takut  mulai bertanya tanya sebenarnya apa yg sedang mereka cari. Dan secara tidak sengaja Chenle menabrak Jeno dengan segera Mark membantu Chenle berdiri dan langsung meminta maaf. Belum sempat Jeno menjawab mereka dengan terburu buru pergi mencari Jisung.

" Chan, kamu heran gk sih ?"
"Heran kenapa ?"
" Itu mereka kayak buru buru gk sih. Kayak cari sesuatu gitu."
"Iya juga gimana kita susul mereka aja, gimana ?"

Tanpa meminta persetujuan dari Jeno, Haechan langsung berlari mengejar Mark dkk. Jeno yang melihat saudaranya yg berlari mengikuti mereka, ia bergegas menyusulnya. Sedangkan di sisi lain Mark , Sunghoon dan Chenle mulai putus asa untuk mencari kemana keberadaan Jisung sekarang. Mereka mulai berpikir tempat apa yg belum mereka kunjungi sambil mengatur nafas mereka.

" Mark Hyung, kemana kita harus pergi sekarang ? Kita sudah mencarinya di semua tempat."

" Hyung sepertinya aku tahu dimana ?"

Sontak   Mark dan Chenle beralih pandang menatap Sunghoon. Tatapan mereka seolah mengatakan untuk segera memberi tahu mereka. Awalnya Sunghoon yang ditatap seperti itu diam tanda tidak mengerti.  Tapi, akhirnya dia paham dan mengucapkan satu kata yaitu 'toilet'. Segera saja mereka bergegas menuju toilet.

Di sisi lain terlihat Haechan yang sedang bersembunyi sambil mengawasi mereka. Tiba tiba datang Jeno dari belakang yang membuat Haechan hampir berteriak jika mulutnya tidak segera ditutup dengan tangan Jeno.

"Chan, kayaknya mereka  kebingungan cari seseorang gk sih ?"
" Iya juga sih. Tapi siapa ya yang mereka cari ?"

Jeno dan Haechan terus mengawasi mereka. Mendengar semua percakapan mereka. Sampai saat mereka  pergi ke toilet, tanpa persetujuan dari Jeno denah seenaknya Haechan menarik pergelangan tangannya pergi mengikuti mereka.  Rasa penasaran Haechan semakin tinggi dikala jalan yang mereka lewati mengarah menuju ke toilet.  Bukan hanya Haechan tapi Jeno juga penasaran apa atau siapa yang mereka cari. Sampai sampai mereka mencarinya di seluruh sekolah. Sebegitu pentingnya sampai mereka semua rela membolos demi mencarinya. Sebenarnya Jeno tidak habis pikir mereka dikenal sebagai anak yang rajin dan pintar rela membolos demi mencari seseorang.

Perasaan gelisah menghampiri Mark saat berada tepat di depan pintu toilet.  Mereka kaget karena di depan pintu toilet dikunci dari depan. Saat membuka pintu toilet tidak ada apapun. Satu persatu dari mereka  membuka bilik toilet.

" JISUNG....."

Teriakan dari Chenle sontak saja membuat panik dan segera menghampirinya. Terlihat Jisung terduduk di closet dengan wajah pucat dan keadaan baju basah kuyup. Mereka panik sekaligus bingung. Akhirnya, mereka bersama sama membopong Jisung menuju UKS. Saat perjalanan menuju UKS mereka sempat berpapasan dengan Haechan dan Jeno.

Hanya satu kata kaget. Saat melihat Jisung sekaligus Jeno dan Haechan kaget sekaligus terselip sedikit rasa kasian di dalamnya. Langsung saja mereka mengikuti Mark dkk membantu  membopong Jisung.

Mark POV

Pa, maaf aku gagal untuk menjaga Jisung. Maaf jika saja Chenle dan aku tetap bersikeras untuk menemaninya ke toilet mungkin hal ini tak akan terjadi. Aku cukup menyesal atas kejadian ini. Tapi aku masih bingung kenapa Jeno dan Haechan bisa ada bersembunyi di sana ? Apa mereka mengikuti kami ? Tapi sejak kapan ?

Kami semua  membawa Jisung ke ruang kesehatan.  setelah membaringkan Jisung di kasur aku langsung menemui Jeno dan Haechan.

"Le,Hoon kalian bisa jaga Jisung untuk Hyung , kan ?"
"Bisa,Hyung!" Ucap mereka penuh semangat.

Setelah mereka menghilang dari pandanganku,aku segera membawa Jeno dan Haechan pergi menjauh  dari UKS. Serasa semua aman aku segera bertanya kepada mereka.

"No,Chan kenapa kalian tadi bersembunyi di sana ? Kalian masih peduli kan dengan Jisung ?"
Aku sedikit berhati hati dengan pertanyaan ku yg terakhir. Aku juga sedikit mencurigai kalau mereka pelakunya. Tapi itu semua terbantahkan dengan jawaban dari mulut mereka.

"Kami bersembunyi di sana, karena kami penasaran apa yang sedang kalian cari. Dan dari apa yang kulihat kalian seperti orang panik."
" Iya, Hyung kami masih sedikit peduli dengannya. Karena bagaimanapun dia juga adalah adik kita, kan."
"Baiklah kalau begitu kita kembali sekarang ."
Author POV

Saat Mark dan yang lain kembali ke UKS, mereka melihat Jisung yang sedang menggigil ketakutan sambil menatap mereka semua. Mark yang bingung pun mendekati Jisung. Baru akan melangkah mendekati Jisung, ia langsung berlari pergi menjauh Mark dan yang lain. Saat Mark akan menyusul Jisung, Chenle melarangnya.

"Hyung, sebaiknya kau disini saja biar aku yang akan menyusul Jisung."

Tanpa persetujuan dari Mark, Chenle langsung berlari menyusul Jisung.  Chenle sekarang takut. Takut terjadi sesuatu dengan Jisung dan jika Jisung terjadi sesuatu, ia akan menyalahkan diri sendiri. Perasaan kalut mulai menyelimutinya saat ia kehilangan jejak Jisung . Pandangannya mulai mengedar dan ia melihat seorang anak laki-laki yang sedang duduk di halaman belakang sekolah. Dengan langkah tergesa gesa Chenle mendekatinya.

"Sung, kamu tadi dibully ya ?" Ucap Chenle sambil duduk di samping Jisung.
"Tidak."
Jawaban singkat darinya membuat Chenle semakin yakin jika ia tadi dibully lalu dikunci di toilet. Dia diam sejenak membiarkan terpaan angin menerpa wajah mereka.

"Sung, kamu jangan bohong ya, aku tau kok kamu tadi dibully. Dan aku tau kamu ke  toilet tadi bukan hanya  buang air kecil. Tapi kamu membersihkan hidungmu yang mengeluarkan darah,kan?"

Ia tidak menyangkal ucapan Chenle. Karena memang itu tujuannya ke toilet tadi. Ia merasa sungkan terhadap Chenle dan keluarganya, sebab mereka telah banyak membatunya. Ia sangat ingin membalas Budi terhadap mereka. Tapi keluarga mereka selalu menolak jika Jiang ingin sekedar membantu mereka membersihkan rumah sebagai balas Budi.

Keterdiaman Jisung membuat Chenle berasumsi bahwa apa yang dia katakan benar. Ia melihat Jisung yang sedang melamun sambil menepuk pundaknya.

"Tidak perlu khawatir, walaupun kamu merasa di benci semua orang ingatlah masih ada aku dan keluargaku yang akan menemani dan mendukungmu. Dan kamu juga tidak perlu sungkan dan takut untuk membayar semua yang telah keluargaku lakukan. Karena kami ikhlas membiayai pengobatan dan juga sekolahmu. Oh ya setelah aku mempunyai uang yang cukup aku akan membawamu pergi dari negara ini menyembuhkan penyakitmu dan tinggal bersama sebagai saudara. Dan kamu tahu ada seseorang yang ingin menjadikan kita sebagai anaknya. Tapi kita harus bersabar dulu tunggu sampai umurmu 17 tahun lalu kita akan memulai kehidupan baru bersama dengannya.  Nama dan marga kita juga akan diganti kita bersekolah di Eropa dan tidak akan mengunjungi negara ini lagi."

Jisung tidak habis pikir bagaimana Chenle sudah merencanakannya dengan sempurna dan ia juga berharap penyakitnya ini supaya  sembuh agar bisa menjalankan semua mimpinya dan Chenle. Jisung dan Chenle berada di sana sambil bercerita sampai bel pulang sekolah. Melupakan Mark dll yang sedang bingung menyelesaikan masalah di ruang guru. 

MAAF ~ Park Jisung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang