Setelah kedatangan keluarga dari mendiang Nyonya Park, jasadnya langsung dimakamkan di pemakaman setempat. Tangis kesedihan sampai tangis kebahagian menyelimuti pemakamannya. Tangis kesedihan karena tidak menyangka bahwa kepergiannya secepat ini dan tangis kebahagian karena sudah menyingkirkan musuh terbesarnya.
Rintik rintik hujan mulai turun menyertai pemakaman Nyonya Park. Orang orang mulai membuka payung mereka untuk tetap mengikuti prosesi pemakaman Nyonya Park. Tangis Jisung terdengar sangat keras seperti tidak rela kepergian sang ibunda tercinta. Ia merasa bahwa ialah yg menjadi penyebab utama dari semua nasib yang menimpa ibunya .
Setelah pemakaman berakhir semua mulai meninggalkan tempat pemakaman tersebut. Tetapi, tidak dengan Jisung dia masih bersikeras untuk tetap di sini. Air hujan sedikit demi sedikit membasahi tubuh Jisung. Ia menangis sambil memeluk batu nisan ibunya.
"Ma... Jangan tinggalin icung nanti siapa yg bakal nemenin Jisung ? Siapa yg akan mengajak bermain icung ? Terus siapa yg bakal jagain icung sampai icung besar ? SIAPA... SIAPA MA KENAPA MAMA PERGI ? SEHARUSNYA YG PERGI ITU ICUNG BUKAN MAMA."
Kakek Jisung dan tuan Lee berusaha menarik Jisung menjauh dari pemakaman, tapi dia terus berontak melepaskan pegangan mereka. Akhirnya, pegangan pun terlepas dan iapun kembali memeluk batu nisan ibunya. Setelah pertengkaran dan keras kepala Jisung mereka berhasil membawa Jisung pergi menjauh dari pemakaman. Kakek dan Nenek Jisung untuk sementara waktu akan menginap di rumah keluarga Lee.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Sehabis dari pemakaman mereka langsung dianter oleh maid ke kamar yg sudah ada. Setelah mandi , mengeringkan rambut dan badan tiba tiba ada seorang yg masuk ke kamar dia berjalan mendekati Jisung dan...
Plak
Plak
Kedua pipinya ditampar dan rambutnya ditarik oleh wanita itu."DASAR ANAK HARAM , KENAPA KAU TIDAK MATI SAJA HA.... GARA GARA IBUMU ITU RUMAH TANGGAKU DI UJUNG TANDUK WAKTU ITU. AKU SELALU BERTENGKAR DENGAN SUAMIKU KARENANYA."
Setelah itu dia menendang Jisung dan memukulinya dengan sepatu dengan keras. melampiaskan semua amarahnya ke Jisung yg tidak tau apa-apa. Jisung hanya bisa menangis, dia tidak membalas apapun.
"Padahal kan aku tidak tahu apa-apa. Kenapa bibi seperti menyalahkan ku ? Memangnya mamaku punya kesalahan apa sampai bibi berkata seperti itu ? Kira kira sampai kapan aku bisa terus bertahan ya ?"
Malamnya, mereka semua melakukan makan malam bersama dan dilihat dari matanya yg membengkak Jisung habis menangis. Beberapa dari mereka khawatir Jisungs saya s akan melakukan hal yg cukup nekat seperti bunuh diri mungkin. Tetapi Jisung bukan orang yg tidak menepati janji, ia pernah berjanji pada ibunya untuk tetap melanjutkan hidupnya meskipun ibunya sudah tiada.
Setelah memastikan semua anak anak tidur, mereka akan membicarakan sesuatu yg penting.
"Jadi, bagaimana dengan Jisung siapa yg akan mengasuhnya kau atau aku ? Jika kamu sebenarnya tidak apa apa tapi umur kami. Aku takut kami berdua kewalahan dengan sikap Jisung yg mungkin hiperaktif itu. Tapi jika kalian aku takut merepotkan, kalian sudah memiliki anak dan anak kalian jadi membenci kalian hanya karena kalian melimpahkan semua kasih sayang ke Jisung dan aku juga takut anak kalian jadi membenci kalian dan Jisung."
"Mungkin lebih baik kalian yg.."
" Kami akan mengasuh Jisung , aku akan mengurus semuanya supaya Jisung tidak kesepian lagi dan jika kalian mengira aku melakukan ini karena aku kasihan tidak itu semua salah. Aku ingin mengadopsi ia karena aku ingin menjadi sosok ayah bagi Jisung, ia tidak pernah merasakan kasih sayang dari seorang ayah."Belum selesai Nyonya Lee menyelesaikan omongannya sudah dipotong oleh Tuan Lee. Ia sebenarnya ingin protes tapi apa yg diucapkan suaminya itu semuanya benar, tapi ia masih ingin protes karena ego nya seperti tidak terima sampai kapanpun Jisung akan tetap menjadi anak yg tidak diinginkan oleh banyak pihak. Tetapi keluarga Park mengira Jisung itu adalah anak yg diadopsi oleh Nyonya Park. Selama mendengar semua perkataan itu ia memasang wajah kesal sekaligus tidak terima dan ia harus membicarakan tentang hal ini nantinya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Setelah memasuki kamar ia langsung menghampiri suaminya itu yg duduk sambil mengotak-atik handphonenya.
"Kenapa kamu memotong ucapan ku. Aku belum selesai bicara dan kamu juga tidak meminta pendapatku tentang kau yg ingin mengadopsi Jisung. Aku ini istrimu seharusnya kau menghargai semua pendapatku bukan malah memotong perkataan ku. Sebenarnya kamu anggap aku itu apa ? Aku ini istri mu dan aku ingin sekali saja kamu menghargai ku. Aku ingin tau rasanya dihargai itu seperti apa ? Aku tidak pernah merasakannya."
"Eheh.... Apa tadi kau bilang... APA TADI KAU BILANG KAU TIDAK PERNAH DIHARGAI ? BUKANNYA KAU YG JARANG MENGHARGAI ORANG. JIKA KAU INGIN DIHARGAI COBALAH UNTUK MENGHARGAI. Tadi kau bilang aku tidak pernah menghargai mu. Aku itu selalu menghargai mu , JUSTRU KAU LAH YG TIDAK PERNAH MENGHARGAIKU. Kau tidak pernah memberiku kesempatan untuk mengutarakan pendapatku, sekarang gantian."
"SEJAK KAPAN KAU JADI SEPERTI INI APA ITU KARENA SI JISUNG JISUNG KAU JADI BERUBAH HA... KENAPA KAU SEKARANG BERUBAH MENJADI EGOIS HA..."
"Bukannya kau EGOIS. KAU ITU EGOIS DAN SUDAH TEROBSESI KEPADAKU. BAHKAN KAU RELA MELAKUKAN APAPUN DEMI OBSESI MU ITU. Mulai dari membuat perusahaan ku bangkrut , memutuskan tali persahabatan mu , mengancam sahabatmu , sampai akan MEMBUNUHNYA BUKAN AKAN TAPI SUDAH MEMBUNUHNYA . Ketimbang kita bertengkar gara gara masalah ini lebih baik kita pergi tidur, oh ya jangan bahas masalah ini lagi keputusan ku tidak dapat di ganggu gugat."
Setelah pertengkaran tersebut mereka berdua lebih memilih untuk tidur. Masuk ke alam mimpi tapi setelah pertengkaran itu Nyonya Lee ia belum tidur. Bahkan, sekarang sudah akan tengah malam tapi dia sibuk untuk memikirkan cara membalas dendamnya dari anak dari musuhnya. Melupakan fakta bahwa anak itu adalah anak kandung dari suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAAF ~ Park Jisung
Fanfic"Maaf aku sudah merepotkan kalian semua semoga dengan kepergian ku kalian bisa bahagia." PJS . . . . . . . . "Kumohon maafkan kami dan kembali lah jangan membuat kami merasa bersalah." LHC . . . . . . . . "Kami semua pengecut, karena tidak berani m...