Malam ini Renald sedang mengajari Rea menggambar peta, tapi sedaritadi Renald terus fokus pada ponselnya membuat Rea kesal sendiri.
"Ren ayo ih, main hp mulu," kesal Rea.
"Bentar Re, mau bales ini dulu." Renald sepertinya sedang membalas pesan dari seseorang, sepertinya itu adalah pesan dari Nara.
Rea tampak menghela nafas panjang. "Udah belom?"
"Bentar Re, dikit lagi selesai." Renald masih asik dengan ponsel-nya.
"Bodo ah Ren, aku udah nggak mau belajar gambar peta." Rea meletakkan buku gambar di atas karpet berbulu secara kasar.
Renald menatap Rea, cowok itu lantas tertawa. "Dih ngamuk."
"Mentang-mentang udah punya gebetan, kakak iparnya di lupain," cibir Rea.
Renald terkekeh. "Ya sorry, ayo gue ajarin."
Rea melipat kedua tangannya di depan dada dan memalingkan wajahnya. Ia benar-benar kesal, setengah jam Rea menunggu Renald tapi cowok itu malah asyik bermain ponsel.
Renald berusaha untuk membujuk Rea, tapi sepertinya agak susah. Rea sudah terlanjur kesal dan tidak mudah untuk di bujuk. Sampai akhirnya Bevan datang menghampiri mereka.
"Lo apain bini gue Ren?" Bevan duduk di depan Rea.
"Nih Bang ajarin bini lo gambar peta." Renald menunjuk Rea.
Bevan menatap lembut Rea. "Mau belajar gambar peta, hem?"
"Nggak, udah nggak minat belajar gambar peta." Nada suara Rea terdengar kesal.
Renald tertawa. "Nah loh, ngamuk dia Bang."
"Lo apain sih bini gue?" Bevan berdecak pelan sambil menatap Renald.
"Gue tadi keasikan bales chat-nya Nara, ya udah terus dia kesel deh ngamuk ke gue," jelas Renald.
"Ah, lo sih. Udah sana pergi, biar gue aja yang ngajarin Rea," usir Bevan.
"Kagak usah di usir, emang gue mau pindah ke sofa," balas Renald.
Renald menjulurkan lidahnya membuat raut wajahnya terlihat menyebalkan. Renald pindah duduk ke atas sofa dan kembali fokus membalas chat dari Nara.
Bevan pindah ke samping Rea, ia bisa melihat jelas jika Rea masih tampak kesal. Bevan tertawa sambil menusuk pelan pipi Rea menggunakan jari telunjuknya.
"Udah nggak usah kesel, ayo aku ajarin," ujar Bevan.
"Nggak mau, udah nggak mood!" Karena efek hamil, mood Rea gampang sekali berubah-ubah.
"Kok gitu? Jangan kesel gitu dong, dede bayinya pengen gambar peta nih." Bevan mengelus pelan perut Rea.
Rea menghela nafasnya kemudian menatap Bevan. "Ya udah, ayo ajarin."
"Gitu dong." Bevan tersenyum. "Mana buku gambarnya."
Rea mulai membuka buku gambarnya. "Gimana cara gambarnya?"
"Kayak gini." Bevan memberi contoh terlebih dahulu.
Rea mengambil alih pensil dari tangan Bevan. "Kayak ... Gini? Gimana sih?"
Rea terlihat kesusahan, Bevan memegang tangan Rea yang sedang memegang pensil. Kini jarak mereka berdua cukup dekat, bahkan Rea bisa merasakan hembusan nafas Bevan.
Jantung Rea berdebar, kini tangannya di gerakkan oleh Bevan. Bukannya fokus menggambar, Rea justru malah memandangi wajah Bevan.
"Belajar gambar peta woi, jangan mesra-mesraan!" Renald menghampiri mereka dan mendorong tubuh Bevan.
Karena tidak siap tubuh Bevan oleng dan mendorong tubuh Rea. Kini Rea berada di bawah Bevan dan bibir mereka tak sengaja menempel, dan itu semua gara-gara Renald.
"Ups ... Live streaming." Renald menutup mulutnya tak percaya.
Bevan langsung bangun dan menatap tajam Renald. "Gila lo Ren!"
Renald menyengir. "Ya udah sih sorry, nggak sengaja gue."
Bevan menghela nafasnya dan menatap Rea. "Re, maaf ya aku---"
Rea langsung berdiri dan pergi begitu saja.
"Marah dia Bang, lo sih main nyosor gitu aja." Renald menatap kepergian Rea.
"Lo yang dorong gue kampret! Lo mah, ah! Kesel gue sama lo." Bevan merasa geram dengan Renald.
***
Kini Bevan sudah berada di kamar, bahkan pintu kamar pun telah di kunci. Bevan saat ini sedang berbaring di samping Rea yang terus menatap ke arah langit-langit.
"Re ..." Bevan merubah posisinya menjadi menyamping.
"Iya kak." Rea tidak marah, tadi ia pergi karena malu dengan kejadian itu.
"Maaf soal yang tadi, aku bener-bener nggak ada niatan buat---"
Rea berbalik badan dan menutup mulut Bevan menggunakan telapak tangannya. "Aku ngerti kak."
Bevan mengenggam tangan Rea. "Maaf ya ... Jangan marah."
"Aku nggak marah." Rea menggigit bibir bawahnya. "Aku cuma malu aja, tadi aku deg-degan banget."
Bevan tertawa kala mendengar ucapan Rea yang jujur. "Gemes banget sih."
"Lagian aku istri kakak, wajar kalau kakak ngelakuin itu," ucap Rea.
"Re ... Kalau aku minta hak aku sebagai suami kamu mau ngasih? Eh tapi kalau nggak mau gapapa kok, aku nggak maksa. Ngelunjak banget ya aku jadi orang." Bevan tertawa pelan.
"Aku mau." Ucapan Rea seketika membuat Bevan tersenyum.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpihan Luka
General FictionTentang perjodohan dan juga luka. ~~~ Menikah dengan kakak kelas yang selama ini di cintainya sama sekali tidak membuat Rea bahagia. Rea pikir perjodohan itu akan membawa kebahagiaan untuknya, namun yang Rea dapat hanya luka dan luka. Lelaki itu ber...