Bel istirahat berbunyi, Rea keluar kelas bersama dengan Renald. Saat keluar kelas kedua orang itu mendapati Bevan yang sedang bersandar pada dinding yang ada di luar kelas.
"Mau ngapain Bang berdiri di situ? Mau jadi satpam kelas? Gue mau ke kantin sama pacar gue nih." Renald sengaja menggandeng tangan Rea.
"Ren, mau gue selepet lo!" Bevan mengambil alih tangan Rea, kini cowok itu menjadi pembatas antara Renald dan Rea.
Renald tertawa pelan. "Halah, baru baikan aja dah posesif."
"Tadi di kelas Renald jail nggak?" Bevan menatap Rea.
Rea tampak berpikir. "Lumayan."
"Lo jangan takut sama Renald, kalau lo di jailin jitak aja kepalanya," ucap Bevan membuat Renald melotot.
"Kampret lo Bang!" ketus Renald.
"Udah kak, ayo ke kantin," ajak Rea.
Bevan tersenyum dan menggandeng tangan Rea. Bevan berjalan di samping kiri Rea, sementara Renald berjalan di samping kanan Rea.
Bevan tidak masalah ketika Renald berjalan di samping Rea, ia yakin jika Renald pasti tahu batasan sebagai adik ipar. Saat di tengah koridor, terdengar suara-suara yang tidak enak.
“Lah itu kan kak Bevan, kok sekarang deket sama tuh cewek.”
“Lah bukannya Bevan itu pacarnya Tania ya, mereka LDR atau gimana sih?”
“Kira-kira Tania kenapa pindah ya? Jangan-jangan ada orang ke tiga.”
“Tuh cewek mukanya biasa-biasa aja sih, namanya aja gue nggak tahu.”
“Padahal gue udah pas banget sama Bevan Tania, kapal gue banget itu.”
“Pasti tuh cewek jadi PHO deh, iuh jijik banget.”
“Itu juga Renald ngapain coba jalan di samping tuh cewek? Nggak cukup kakaknya, adeknya juga di embat.”
"Bisa diem nggak, kalau nggak tahu apa-apa tuh jangan sok tahu!" teriak Renald emosi.
Semua mendadak hening, tidak ada lagi suara yang keluar dari mulut para siswi itu. Renald berhenti di tengah koridor, Rea dan Bevan juga ikut berhenti.
Bevan semakin mempererat genggamannya, ia tahu hati Rea terluka. Rea hanya bisa menunduk, hatinya mencelos kala mendengar perkataan yang tak layak tentang dirinya.
"Denger semua, gue sama Tania udah putus. Sekarang Rea pacar gue, jadi berhenti ngeluarin kata-kata sampah kayak gitu!" Bevan merasa tidak terima.
"Kalau gue denger kalian jelek-jelekin Rea lagi gue nggak bakal tinggal diam!" Sorot mata Bevan terlihat tajam, bahkan nada suaranya terdengar penuh dengan ancaman.
"Biarin aja Bang, nggak guna ngurusin mereka, namanya juga orang dengki," sindir Renald.
***
Kini Bevan, Rea, dan Renald duduk di meja paling pojok. Itu semua atas permintaan Rea, dia tidak mau menjadi pusat perhatian. Oleh karena itu Rea lebih memilih meja yang jauh dari keramaian.
"Udah, yang tadi nggak usah di pikirin." Bevan mengelus kepala Rea.
Rea tersenyum. "Aku gapapa kak, yang di bilang mereka emang bener jadi buat apa marah."
"Nggak, lo tuh bukan PHO. Jangan ngomong kayak gitu Re." Renald merasa tidak terima, ia tahu betul apa yang di pikiran Rea.
"Ren udah jangan di bahas lagi." Bevan menggengam tangan Rea yang ada di atas meja. "Makan ya."
Rea menatap baksonya tanpa minat. "Aku nggak laper kak."
"Mungkin lo nggak laper, tapi anak kita pasti laper kan. Mau ya makan," bujuk Bevan.
Rea akhirnya mengangguk. "Iya mau."
Bevan mencium sekilas pipi Rea membuat pipi Rea bersemu merah. "Ayo makan, gue suapin."
Renald pura-pura tidak melihat dan fokus memakan cilok-nya. Kedua orang itu baru saja baikan tapi tingkahnya makin mesra saja. Renald senang mereka baikan walaupun dirinya harus mengorbankan perasaannya.
"Kakak nggak makan?" Rea menatap Bevan.
"Udah kenyang." Bevan kembali menyuapi Rea.
Kening Rea berkerut. "Emang makan apa?"
"Makan cinta dari lo, pakek bumbu kasih sayang." Bevan tersenyum lebar.
Rea langsung tersedak. "Apa sih kak."
"Makannya hati-hati sayang, jadi keselek kan. Nih-nih minum lagi." Bevan menyodorkan sedotan es teh ke mulut Rea.
"Awas Bang, jangan di kecewain lagi. Kalau lo sampek nyakitin Rea lagi, gue lempar lo pakek bom nuklir," ancam Renald.
Bevan tertawa pelan. "Buset, kejam amat. Tenang, gue bakal jagain kakak ipar lo nggak usah khawatir."
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpihan Luka
General FictionTentang perjodohan dan juga luka. ~~~ Menikah dengan kakak kelas yang selama ini di cintainya sama sekali tidak membuat Rea bahagia. Rea pikir perjodohan itu akan membawa kebahagiaan untuknya, namun yang Rea dapat hanya luka dan luka. Lelaki itu ber...