Saat pagi tiba Rea perlahan membuka matanya dan beranjak duduk. Gadis itu melirik sebentar Bevan yang masih tidur. Rea turun dari kasur lalu segera keluar kamar, ia mendapati Renald yang sedang tidur dengan posisi duduk.
"Renald bangun." Rea menepuk pelan pipi Renald.
Renald terbangun, cowok itu langsung memegang kedua tangan Rea. "Rea lo gapapa kan, lo nggak di apa-apain kan sama bang Bevan?"
"Aku nggak papa Ren," ucap Rea.
Renald bernafas lega. "Syukur deh kalau lo gapapa."
"Renald maaf, gara-gara aku kamu harus tidur di lantai." Rea terlihat merasa bersalah.
Renald tersenyum tipis. "Santai aja kalik, cuma tidur di lantai nggak bikin gue mati."
"Renald, aku mau ke sekolah. Aku udah cek lemari tapi baju aku nggak ada. Seragam aku kemana?" Bohong jika Rea telah mengecek lemari, sebenarnya Rea hanya pura-pura amnesia.
Renald terlihat bingung, ia tidak bisa menjelaskan jika semua baju Rea ada di kamar Bevan. Rea menganggap Renald suaminya, tapi semua baju Rea tidak ada di kamar Renald.
Renald menatap ke arah lain berusaha untuk berpikir cara menjawab pertanyaan Rea. Hingga akhirnya Renald tampak menghela nafas berat. Jalan satu-satunya hanyalah berbicara jujur kepada Rea.
"Re dengerin gue, gue bukan suami lo. Lo itu istrinya bang Bevan." Renald mengenggam lembut tangan Rea.
Rea menghentakkan tangan Renald. "Nggak! Aku itu istri kamu."
"Coba lo inget-inget, lo cinta banget sama bang Bevan. Dia itu suami lo bukan gue," jelas Renald.
Rea memegangi kepalanya dan menangis. "Aku nggak cinta dia! Dia itu jahat ... hiks."
Renald memegang pipi Rea, hatinya terluka saat melihat Rea menangis. "Hei jangan nangis."
"Dia bukan suami aku." Rea menangis sesenggukan.
"Iya, sekarang lo tenang ya." Renald berusaha untuk membuat Rea tenang.
***
Renald dan Rea sudah siap dengan seragam sekolahnya. Begitupun dengan Bevan, saat ini mereka bertiga sedang sarapan bersama dengan Bagus dan Bila.
Pagi ini hati Bevan di buat semakin panas saat Renald menyuapi Rea makan. Bevan tidak suka Rea dan Renald bermesraan di depannya. Bevan mencengkram kuat ujung sendok yang ada di tangannya.
"Panas ya Van? Cemburu? Sabar ya." Bagus menepuk pelan bahu Bevan.
"Ya nggak lah Pa, masa iya aku cemburu sama dia." Tentu saja Bevan tidak terima di bilang cemburu oleh papanya.
"Ah masa? Yakin nggak cemburu," bisik Bagus.
"Nggak," balas Bevan.
"Lagi Ren, lauknya mana masa nasinya doang." Rea tampak cemberut.
"Ini lauknya." Renald menunjuk sendok yang hanya berisi nasi.
"Nggak ada, itu cuma nasi doang." Rea menatap Bila. "Mama, lihat coba Renald ngerjain aku."
"Renald jangan jail," tegur Bila.
Renald menyengir lebar. "Bercanda doang Ma."
Rea tersenyum penuh kemenangan karena Bila membelanya. Renald kembali menyuapi Rea, jujur saja ia lebih senang melihat Rea selalu tersenyum daripada Rea selalu menangis karena ulah Bevan.
'Cih, nggak punya tangan kalik. Makan aja di suapin, potong aja tuh tangan kalau nggak guna,' batin Bevan.
"Kalau gue nyuapin lo, terus gue kapan makannya?" tanya Renald.
"Sini biar aku yang suapin," balas Rea.
Renald tersenyum lebar. "Pasti tambah enak deh makanannya kalau lo yang nyuapin."
"Yee modus aja kamu Ren," ujar Bagus.
Bevan meletakkan kasar sendoknya lantas berdiri. "Aku udah selesai."
***
Setelah banyak berdebat dengan Renald, Bevan akhirnya bisa berangkat ke sekolah bersama dengan Rea. Tadi Bevan dan Renald sempat hendak berkelahi, beruntung Rea segera memisahkan mereka.
Rea terpaksa ikut Bevan agar Bevan dan Renald tidak bertengkar. Sedaritadi Rea hanya diam dan menatap jendela. Rea yakin, Bevan pasti akan menurunkan dirinya di pinggir jalan.
"Heh denger, gue nggak suka lo deket sama Renald." Bevan melirik Rea sekilas.
"Renald suami aku, wajar kalau aku deket sama dia." Rea masih menatap jendela.
"Harus berapa kali gue bilang, suami lo itu gue! Jangan deket-deket Renald, gue nggak suka!" sentak Bevan.
Rea menoleh. "Abang cemburu? Abang suka sama aku?"
"Gila! Nggak mungkinlah gue suka sama lo," elak Bevan.
"Ya udah, abang jangan ganggu hubungan aku sama Renald," ucap Rea.
"Lo itu istri gue, gue nggak bakal biarin lo deket sama Renald!" balas Bevan.
'Lo nggak boleh bahagia, gue nggak bakal biarin lo bahagia sama Renald,' batin Bevan.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpihan Luka
Ficção GeralTentang perjodohan dan juga luka. ~~~ Menikah dengan kakak kelas yang selama ini di cintainya sama sekali tidak membuat Rea bahagia. Rea pikir perjodohan itu akan membawa kebahagiaan untuknya, namun yang Rea dapat hanya luka dan luka. Lelaki itu ber...