Dia Rea, seorang gadis kelas sebelas yang menikah dengan kakak kelasnya karena sebuah perjodohan konyol. Jika kalian akan mengira, cowok yang kini menjadi suaminya akan menerimanya maka dugaan kalian salah besar.
"Kak ..." Rea menatap Bevan yang baru saja menutup pintu dengan kasar.
"Ini kan yang lo mau? Sekarang lo seneng udah jadi istri gue? Harusnya lo tahu, gue nggak pernah suka sama lo!" Bevan berteriak, beruntung kamar itu kedap suara.
Rea menggeleng pelan. "Nggak kak, itu nggak bener."
"Kalau nggak bener kenapa lo nerima perjodohan itu?!" Wajah Bevan masih terlihat marah.
Rea menunduk dengan air mata yang kini sudah turun. "Aku nggak bisa nolak kak, aku nggak mau bikin orang tua aku sedih."
Bevan tertawa sumbang. "Halah licik lo, lo pikir gue nggak tahu. Lo suka sama gue, jadi nggak mungkin lo bakal nolak perjodohan itu."
"Aku emang cinta sama kakak, tapi aku nggak serendah itu kak." Rea memberanikan diri untuk menatap Bevan.
"Diem lo! Kata-kata lo basi tahu nggak!" Bevan mendorong kasar tubuh Rea.
Rea terduduk di lantai dengan air mata yang mengalir. Gadis itu masih mengenakan gaun pernikahan dan belum berganti pakaian. Dulu Rea sempat berpikir jika dirinya pasti akan bahagia jika menikah dengan Bevan, tapi kenyataannya menjadi istri Bevan tidak sebahagia itu.
"Maaf kak." Rea menggigit bibir bawahnya, hanya itu yang bisa ia katakan.
"Lo tahu kan gue udah punya pacar? Gue mau lo nggak ngasih tahu ke Tania kalau lo itu istri gue." Nada suara Bevan terdengar dingin.
Rea hanya bisa mengangguk. "Iya kak."
"Sampek Tania tahu gue udah nikah, mati lo!" Bevan berlalu pergi menuju ke kamar mandi.
***
Setelah Bevan selesai mandi Rea masuk ke dalam kamar mandi. Rea mengguyur tubuhnya di bawah shower, rasa dingin kini menyatu dengan rasa sesak yang menyeruak di dadanya. Sebisa mungkin Rea mencoba untuk tersenyum.
"Aku berani jatuh cinta, berarti aku harus berani nanggung resikonya," gumam Rea.
'Jangan sedih Rea, kamu nggak boleh sedih.'
'Aku harus kuat, aku yakin suatu saat nanti aku bakal bahagia.'
Kini air mata Rea telah bercampur dengan air. "Aku nggak boleh nangis kayak gini, kenapa rasanya sesak banget."
"Aku cinta kamu kak." Rea memejamkan matanya sejenak.
***
Setelah mandi dan berganti baju Rea segera keluar kamar mandi. Rea dapat melihat Bevan yang sedang bermain ponsel sambil tersenyum. Sepertinya cowok itu sedang chatingan dengan Tania, Rea cukup sadar jika Bevan telah mempunyai pacar dan dia adalah Tania.
"Mau ngapain lo?!" Bevan menatap tajam Rea yang hendak duduk di sampingnya.
"Mau tidur kak." Rea mengurungkan niatnya untuk naik ke atas kasur.
"Tidur di bawah, enak aja lo tidur di atas. Nggak sudi gue tidur sama lo!" ketus Bevan.
"Tapi kak---"
"Kalau gue bilang tidur di bawah ya tidur di bawah!" Bevan melempar satu bantal ke lantai.
Rea mencoba untuk tersenyum. "Iya kak."
"Inget, lo jangan berani ngadu ke mama ataupun papa. Renald juga jangan sampek tahu, awas kalau lo sampek berani ngadu," ancam Bevan.
Renald adalah adik kandung Bevan, umurnya sama dengan Rea. Renald baik, dia manis dan juga humoris. Dia juga tak kalah tampan dengan Bevan. Rea perlahan membaringkan tubuhnya di lantai, dia tidur dengan membelakangi Bevan.
"Heh, lo denger gue nggak!" bentak Bevan.
"Denger kak." Suara Rea terdengar serak.
Bevan melemparkan selimut pada Rea. "Pakek, jangan sampek lo sakit dan bikin keluarga gue curiga."
Rea mendorong pelan selimut itu, ia enggan memakainya. Rea membiarkan dinginnya lantai menggerogoti tubuhnya. Mulai sekarang Rea harus terbiasa dengan rasa sakit, dia tidak boleh lemah.
'Kakak emang jahat, kakak juga nggak punya hati. Tapi aku masih tetep cinta sama kakak.' Rea menghapus air matanya dan perlahan memejamkan matanya.
Bersambung...
Btw, ceritanya sedih ya🤧 nangis aja nggak papa jangan di tahan😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpihan Luka
Ficción GeneralTentang perjodohan dan juga luka. ~~~ Menikah dengan kakak kelas yang selama ini di cintainya sama sekali tidak membuat Rea bahagia. Rea pikir perjodohan itu akan membawa kebahagiaan untuknya, namun yang Rea dapat hanya luka dan luka. Lelaki itu ber...