•19•

48.9K 2.8K 149
                                    

Up 2x janji dulu kalau kalian bakal komen yang greget.

~~~


Bevan mengajak Tania ke gudang, cowok itu beralasan jika dirinya di suruh untuk mengambil sesuatu di gudang. Sebenarnya Bevan berbohong kepada Tania, cowok itu ingin menjalankan rencana buruknya.

"Kita ke gudang mau nyari apa sih?" Tania menatap ke sekeliling gudang yang terlihat sepi dan gelap.

Bevan perlahan menutup pintu gudang dan menghampiri Tania. "Nggak tahu deh, aku juga lupa di suruh ngambil apa."

"Bevan jangan bercanda." Tania hendak berbalik badan tapi Bevan tiba-tiba memeluknya dari belakang.

"Tania, aku cinta sama kamu," ucap Bevan.

"Lepasin, Bevan kamu apa-apaan sih?" Tania berusaha untuk memberontak.

Pelukan Bevan semakin erat. "Tan, aku nggak mau pisah dari kamu. Aku akan jadiin kamu milik aku seutuhnya."

"Bevan jangan gila! Please lepasin." Tania mulai di landa rasa takut.

Bevan perlahan membalikkan tubuh Tania, gadis itu tampak ketakutan. Tubuh Tania bergetar, ia memang mencintai Bevan tapi ia tidak mau masa depannya di renggut oleh Bevan.

Air mata Tania perlahan mulai turun, gadis itu terus menggeleng. Tania berusaha untuk memberontak, tapi tenaganya tidak cukup kuat. Tania menyesal karena telah mempercayai Bevan.

"Hei jangan nangis, aku nggak bisa lihat kamu nangis." Bevan memegang kedua bahu Tania erat agar gadis itu tidak kabur.

"Nggak! Lepasin aku!" Tania berusaha untuk mendorong tubuh Bevan.

"Cepat atau lambat kamu akan jadi milik aku Tania." Bevan mulai meraih kancing baju Tania.

Terdengar suara pintu di dobrak, ternyata pelakunya adalah Renald. Renald berlari dan langsung menarik tubuh Bevan, cowok itu memukul Bevan membuat Bevan tersungkur.

Semuanya bermula kala Renald curiga dengan Bevan yang kembali dekat dengan Tania. Renald mempunyai filing yang tidak enak, akhirnya Renald memutuskan untuk mengikuti mereka berdua.

"Lo udah gila hah?!" sentak Renald.

Bevan mencoba untuk berdiri. "Lo nggak perlu ikut campur!"

"Bre*gsek lo Bang!" Renald memukuli Bevan habis-habisan.

Tania terduduk di lantai dan memeluk lututnya erat, gadis itu benar-benar takut. Setelah menghajar Bevan, Renald membantu Tania untuk berdiri.

"Ayo bangun." Renald melepas jaketnya dan memakaikannya pada Tania.

Bevan berusaha untuk bangun walaupun tubuhnya terasa sakit. "Tania ..."

"Jangan berani maju selangkah lagi! Atau gue akan bilang ini semua ... Ke mama sama papa." Renald menuntun Tania keluar gudang.

Bevan menggeram kesal. "Sial!"

***

Saat pulang dari sekolah Rea langsung masuk ke dalam kamar Renald. Ia duduk di pinggir kasur sambil melamun, tentu saja dirinya tahu apa yang hampir saja di lakukan Bevan kepada Tania.

'Secinta itu kakak sama kak Tania?' batin Rea.

Bevan membuka kasar pintu kamar Renald. Cowok itu menghampiri Rea dan mencengkram tangannya. "Ikut gue!"

Rea menggeleng. "Aku nggak mau kak."

"Gue bilang ikut gue!" sentak Bevan.

Rea menunduk takut dan mencoba untuk menarik tangannya. "Kak lepasin tangan aku."

"Ayo cepet ikut gue!" Bevan menarik kasar tangan Rea.

Rea terpaksa mengikuti Bevan, sepertinya Bevan benar-benar marah. "Kak, kita mau kemana?"

"Masuk!" Bevan mendorong tubuh Rea agar gadis itu memasuki kamarnya.

Bevan mengunci pintu kamar dan perlahan mulai mendekati Rea yang terlihat ketakutan. Bevan sangat membenci Rea, ia benar-benar muak dengan gadis itu. Rea telah menghancurkan hidup Bevan dan membuat Bevan berpisah dari Tania.

"Lo kenapa sih hancurin hidup gue, gue punya salah apa sama lo?!" sentak Bevan.

"Harusnya aku yang nanya, kakak kenapa terus-terusan nyakitin aku? Aku salah apa sama kakak?!" Selama ini Rea lah yang selalu tersakiti.

"Kakak? Lo manggil gue kakak?" Bevan mencengkram bahu Rea. "Jujur sama gue, lo pura-pura amnesia kan?"

Karena terlalu takut Rea lupa untuk berpura-pura amnesia. "Aku ... Aku ..."

"Jawab!" desak Bevan.

"Iya, aku pura-pura amnesia. Sekarang kakak puas?!" Detik itu juga tangis Rea pecah.

Bevan menyeringai. "Gue udah duga itu, gimana ya kalau mama, papa, sama Renald tahu kalau lo ternyata---"

"Kak please jangan kasih tahu mereka ... hiks," mohon Rea.

"Oke, asal ada syaratnya." Bevan tersenyum penuh arti, lihat saja permainan yang akan di mainkannya.

Bersambung...

Serpihan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang