[ 6 September ]
.
Pemasokan senjata tempo hari berjalan dengan cukup lancar walau tanpa campur tangan Kiba. Semasa pria bertato itu masih hidup, seluruh rute pelayaran yang aman akan menjadi dekapan kelompok Hades——nama kelompok kriminal dibawah kekuasaan Naruto——terinspirasi dari nama dewa Yunani; Hades yang berarti dewa kematian.
Cal, koleganya yang sudah bertolak dari Jepang beberapa minggu sebelumnya, mengirimkan pesan lewat salah seorang pesuruh. Cal mengatakan bahwa terdapat sedikit kelalaian dalam pengiriman barang. Ada lima pistol, lima senapan, dan tujuh bom rakit yang hilang dari dalam peti. Naruto melayangkan permintaan maaf beserta ganti rugi, beruntung Cal tidak mempermasalahkannya sama sekali.
Tapi tidak dengan Naruto yang tidak bisa mentolerir sedikitpun kesalahan.
Naruto tahu ada pengkhianat di dalam kubunya. Tikus kecil itu jelas mencoba menusuknya dari belakang, dengan mencuri aset penjualan dan menciptakan kerugian yang tidak kecil. Pria itu sudah meminta Sai dan Shikamaru menyelidiki secara diam-diam agar tidak terjadi perpecahan dalam kelompok.
"We found him, Sir."
Bisikan Sai tidak mengubah reaksi Naruto yang diam. Pria berkulit pucat itu sedikit membungkuk ketika berbisik tepat di telinga kanan sang atasan. Naruto melirik ketika Sai sudah menegakkan tubuh. Jas hitam Sai berlumuran darah, sedikit robek di bagian lengan. Tanda bahwa sebelum datang, si blesteran Jepang-Amerika itu sempat terlibat perkelahian.
Naruto meletakkan berkas berisi kontrak dengan perusahaan DeiCorp, kaki jenjangnya beranjak dari duduk guna menuju tempat di mana pengkhianat mereka berada.
Ruang bawah tanah.
Ruangan itu luas, namun kurangnya cahaya membuat jangkauan pandang terbatas. Hanya terdapat beberapa lampu bercahaya remang di sudut ruangan, dan satu lampu putih tepat di tengah-tengah atap——di atas kursi tempat Hades mengeksekusi para pelaku desersi.
Naruto menuruni tangga bersama Sai, tiga orang bawahannya sudah menunggu di bawah lampu——mengelilingi kursi tempat seorang pria terikat oleh tali. Naruto duduk di kursi yang baru saja ditarik Sai, tepat di depan pengkhianat itu. Sembari sedikit mencondongkan tubuh ke depan, ia menyipitkan mata.
"Kau pelakunya?"
Shino meludahkan darah, wajahnya yang dipenuhi lebam mendongak——menatap sang atasan.
Ruangan gelap itu berbau anyir. Darah yang belum mengering benar membasahi lantai. Ada puluhan butir peluru, gigi manusia, serta potongan jari yang berserakan di mana-mana.
"Kerugian yang ditanggung tidak kecil, Shino."
Shino diam, rahangnya seolah patah akibat pukulan Sai beberapa menit lalu. Sementara Naruto menjulurkan tangannya ke samping, Sai meletakkan sebuah tang berkarat yang dilumuri darah kering.
"Kau ingin membayarnya dengan organ tubuhmu atau mengembalikan barang curianmu?" Bibir Naruto kembali terbuka, namun Shino tidak kunjung bersuara. "Aku tidak butuh pembelot bisu."
Dua orang bawahannya memegang bahu kanan dan kiri Shino, sementara satu bawahan yang lain menjambak rambut hitam si pengkhianat——menariknya dengan kuat hingga Shino terpaksa mendongak. Sai melepaskan tangan kanan Shino yang terikat, kemudian mencengkeramnya kuat-kuat sebelum meletakkannya di depan Naruto.
Tang itu menjepit kuku. Mata Shino tampak bergetar, namun bibirnya senantiasa bungkam. Barulah ketika Naruto menarik tang, teriakan penuh kesakitan Shino memenuhi ruang pengeksekusian. Pria itu menggelinjang di kursi dengan keadaan terikat, dua orang yang menahan bahunya mengokohkan posisi ketika satu kuku kembali jatuh di lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sacrifice [ END ]
FanfictionKehidupan Namikaze Naruto terbilang sempurna dimata orang-orang. Pria itu mapan, wajahnya tampan, karirnya cemerlang diusia dua puluhan. Namun, sebagaimana dunia yang memiliki siang dan malam, pria itu memiliki sisi kelam yang dipendam. Naruto menge...