Dari biodata yang Naruto baca dalam perjalanan kemari, Hyuga Hinata tidak lebih dari seorang gadis yang dilahirkan di keluarga kaya. Perangainya lembut, penuh sopan santun. Wajahnya oval, sedikit berisi di bagian pipi. Bibirnya ranum mengilap, tidak tipis dan tidak tebal, sangat pas. Matanya besar, seperti boneka mahal. Bulu matanya lentik, alisnya sedikit tebal.
Naruto bukan pemuja wanita, namun tahu bila paras Hyuga Hinata tidak pantas dipandang sebelah mata.
Gadis itu lahir di Osaka pada bulan Desember. Tahun ini berusia 22 tahun, berselisih 4 tahun dengannya. Bergolongan darah A–, tinggi tubuhnya 161 sentimeter——sebuah ukuran tinggi badan yang ideal bagi perempuan. Berat badannya 55 kilogram, kulitnya seputih susu, tubuhnya proporsional layaknya model terkenal.
Namun, ada satu hal yang mengundang kernyit di dahi Naruto.
Biasanya, selalu ada jejak kotor di biodata tersebut——biodata mengenai calon istrinya——yang berisikan alasan mengapa mereka dinikahkan dengan 'pencabut nyawa' semacam dirinya.
Misalnya saja Shion. Di biodata yang diberikan Shikamaru, tertulis jelas bahwa Shion kerap menungging di ranjang yang berbeda. Berganti-ganti pasangan hanya untuk tidur bersama, mendatangi puluhan kelab sejak lulus SMA, dan mengaborsi kandungan sebanyak jumlah tangan manusia——dua kali.
Naruto enggan mengungkit dosa orang yang sudah tertidur di tanah, namun semua istrinya memang perempuan bermasalah. Selalu ada noda hitam yang tercetak di langkah mereka, yang kemudian dipindahkan Shikamaru ke dalam bentuk tulisan dalam kertas. Biodata, biodata mengenai calon istrinya.
Tapi, apa-apaan dengan Hyuga Hinata?
Semuanya bersih. Tidak ada jejak kriminal. Yang tercantum di lembaran kertas sebanyak tiga halaman hanyalah rentetan prestasi. Tidak ada satupun tinta penjejak dosa. Bahkan bila pun ada, mata biru Naruto tidak mampu melihatnya.
Permukaan meja bergesekan dengan cangkir, menimbulkan bunyi berdenting yang berhasil membangunkan Naruto dari lamunan singkat. Pria itu berdeham ringan, berusaha menghilangkan segala kebingungannya. "Jadi bagaimana, Hyuga-san?"
Hyuga Hiashi yang sudah berkepala lima mulai berbicara panjang lebar. Membicarakan putrinya yang seolah belum terjamah dunia, ikatan bisnis, juga keuntungan yang didapat apabila negosiasi mereka mencapai titik akhir yang memuaskan.
Naruto mendengarkan, Shikamaru mencatat setiap poin penting di otak. Keduanya duduk diam seraya menunggu Hyuga Hiashi menyelesaikan pidatonya. Pria paruh baya itu terlihat bersahaja, auranya tenang, keriput di wajah menambah kesan keteduhan. Bicaranya perlahan, tidak tergesa-gesa ataupun mendesak. Namun bagi Naruto, Hyuga Hiashi sama saja seperti mantan mertuanya yang lain.
Hanya pura-pura bersikap baik, tujuannya agar bisa melepas putri mereka yang pembuat onar, lalu mendapat keuntungan dari pernikahan.
"Apa putri anda menyetujuinya?" tanya Naruto, tiga detik setelah bibir coklat Hiashi terkatup.
"Tentu dia setuju." Hiashi tersenyum teduh, yang entah mengapa membuat Naruto muak.
Tak lama berselang, mulut Hiashi mengucapkan satu nama. Seorang perempuan berambut sepinggang muncul dari balik dinding, lantas duduk di sisi sang ayah.
Naruto tersenyum tipis saat Hiashi memperkenalkannya dengan Hyuga Hinata. Perempuan itu benar-benar mirip dengan biodata yang ia baca.
"Salam kenal, Hinata."
Sapaan Naruto dibalas senyum semanis madu, Hyuga Hinata mengangguk malu-malu dibalik parasnya yang ayu.
•••

KAMU SEDANG MEMBACA
Sacrifice [ END ]
FanfictionKehidupan Namikaze Naruto terbilang sempurna dimata orang-orang. Pria itu mapan, wajahnya tampan, karirnya cemerlang diusia dua puluhan. Namun, sebagaimana dunia yang memiliki siang dan malam, pria itu memiliki sisi kelam yang dipendam. Naruto menge...