19 : Maybe an ending

1.7K 324 55
                                    

Hinata pingsan setelah Naruto pergi dari rumahnya kemarin siang. Wanita itu sudah mencoba melarikan diri secara diam-diam, namun terjerembab di gerbang hingga luka jahitannya kembali terbuka.

Akhirnya Hinata dilarikan ke rumah sakit Osaka. Namun disepanjang perjalanan, Hinata tidak sekalipun merintih ataupun mengeluh perihal darah yang merembes di perban. Wanita itu hanya diam dan memejamkan mata, seraya sesekali membayangkan bila yang berada disampingnya adalah Naruto——berhalusinasi bila yang selalu mengganti perbannya adalah Naruto——

——dan berharap, bahwa apa yang terjadi kemarin hanyalah mimpi belaka.

Hinata menatap jendela dari dalam kamarnya lagi. Jejak air matanya yang mengering masih terlihat. Bibirnya pun masih sama seperti kemarin, pucat pasi layaknya pasien rumah sakit. Penampilannya berantakan, tidak ada kesan anggun yang terpancar. Dan mungkin sebab itulah, Naruto menceraikannya.

Naruto pasti tidak suka melihatnya yang kacau seperti ini, hingga dengan teganya menandatangani surat perceraian itu.

Hinata mengedipkan matanya dengan perlahan, sadar bila terlalu lama melamun hingga bola matanya terasa perih. Selepasnya, ia menatap pantulannya di cermin. Benda persegi itu menampilkan seorang wanita——yang sebentar lagi menjadi janda——dengan penampilan kacau balau. Hinata tidak tahu ia turun berapa kilo selama lima hari terakhir, namun yang jelas, wajahnya lebih tirus dan tubuhnya menjadi kurus.

Kemarin, Izana dan Kou tiba-tiba datang ke kamarnya dan mengajaknya berbincang. Tentu Hinata sadar bahwa hal itu terasa janggal, seolah-olah mereka berdua sedang menahannya untuk tidak turun ke bawah. Tak lama kemudian, ia pun mendengar suara Naruto dibawah——yang ia pikir akan menjemputnya dari sini——dari penjara bertajuk kediaman Hyuga.

"Aku akan bunuh diri jika kalian menahanku lagi!"

Ancamnya saat itu, hingga akhirnya Izana dan Kou membiarkannya turun ke bawah. Namun, ekspetasi memang tak pernah berbanding lurus dengan realitas.

Yang Hinata harapkan begitu sampai dibawah adalah sambutan hangat, sebuah pelukan, dan kata-kata penenang dari suaminya. Hinata hanya berharap sesederhana itu, sesederhana ketika ia membayangkan tidur dirumah bersama Naruto.

Tetapi,

Pria itu menyiram air pada api yang berkobar——memadamkan harapannya secepat lecutan kilat. Kertas laknat yang berada diatas meja adalah iblis keji yang memutus hubungannya dengan Naruto, tepat ketika pria itu memilih bercerai dibandingkan menjelaskan segalanya.

Naruto masih berhutang ribuan penjelasan, fakta yang ditutupi sejak mereka menjalin pernikahan. Maka, bagaimana bisa ... pria itu menceraikannya?

Hinata membenamkan wajahnya pada lutut yang ditekuk, ingatan saat Naruto mengabaikan tangisnya kemarin membuatnya kembali dikecewakan. Hinata pernah mengatakan pada Naruto bahwa ia bukan seseorang yang suka diabaikan, tapi Naruto memberinya sesuatu yang lebih kejam daripada pengabaian.

Sebuah perceraian.

Naruto ... jahat sekali.

Apa itu berarti, pernyataan cinta Naruto saat itu hanyalah dusta agar ia tetap menjadi istrinya?

Agar ia bisa menumbalkan nyawa?

Hinata kembali menangis, tidak menyangka akan menjadi janda ketika baru dua bulan menjalani pernikahan.

Televisi di kamarnya berganti ke saluran berita, menyela acara drama pagi yang sebenarnya tidak ditonton Hinata. Wanita itu menyalakan televisi hanya agar tidak kesepian, namun sederet kalimat yang terpampang di layar membuat matanya melebar.

Namikaze Naruto ditangkap polisi atas kasus pembunuhan dan peredaran narkoba”

•••

Sacrifice [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang