Perjalanan menuju rumah sakit terdekat memerlukan waktu lima menit dengan kecepatan penuh.
Naruto mendorong brankar tempat istrinya berbaring. Permukaan brankas itu dipenuhi noda darah, tidak jauh berbeda dengan kemeja putihnya yang berubah memerah. Jasnya sudah tanggal, digunakan untuk menekan darah yang keluar dari luka Hinata selama di mobil. Beberapa suster dan pengunjung rumah sakit yang melihat Hinata dibuat terkejut. Mereka menutup mata, bahkan menahan muntah saat darahnya tercecer di lantai. Tiga paramedis yang mendorong brankar bersama Naruto kian melajukan lari, enggan membuat perempuan muda itu kehabisan darah.
Naruto terpaksa menunggu di depan ruang Instalasi Gawat Darurat. Mati-matian ia membenamkan seluruh ketakutannya dalam diam, tidak mau siapapun tahu kecemasannya dengan mencoba memasang wajah tenang. Namun, sekuat apapun Naruto berusaha, ekspresinya justru terlihat semakin kalut. Nyawa Hinata yang berada ditengah jembatan kehidupan dunia dan alam baka tak henti membuatnya ingin mengeluarkan air mata.
Naruto mengukuhkan diri, ia tak boleh terlihat lemah seperti ini.
Pria itu duduk di kursi tunggu paling ujung, yang terdekat dengan pintu. Seraya menatap tangannya yang dipenuhi bekas darah, Naruto mengetatkan rahang.
Hinata harus selamat. Karena yang ia tembak adalah bagian dibawah tulang selangka, bukan dada tempat jantungnya bertahana.
•••
[ 15 Oktober, 10.11 pm ]
.
"Ino dan Yahiko masih selamat, Pak. Hanya saja mereka memerlukan banyak waktu untuk kembali beraktifitas."
"Empat lainnya meninggal?"
Ada sedikit jeda yang tercipta, lalu kembali terdengar suara Naomi yang sumbang. "Benar. Konan, Choji, Nagato, dan Kuroo tertembak di perut dan dada. Mereka meninggal saat dalam perjalanan ke rumah sakit."
Naruto menyandarkan punggung pada kursi tunggu. Kehilangan empat anggota utama adalah sebuah kerugian besar. "Shikamaru?"
"Dia berhasil selamat, Pak." Naomi berdeham pelan, lalu menatap rumah atasannya yang tenggelam dalam lautan api dari seberang jalan. "Saya sudah mengerjakan apa yang anda minta. 65 mayat musuh dibakar bersama tempat kejadian perkara. Mobil mereka dibawa ke Hannan untuk diledakkan, sedangkan pistolnya dikumpulkan untuk ditimbun."
Naruto termangu. Rumah yang ia bangun lewat keringat dan air mata luluh lantak dalam satu malam. Kerja kerasnya selama dua tahun untuk membangun tempatnya pulang ... sebentar lagi berubah menjadi puing bangunan.
Tidak apa-apa. Semua ini ia lakukan agar polisi tidak mampu menyelidiki lebih lanjut. Karena jika barang bukti utama——mayat-mayat——disingkirkan dengan cara dibakar, petugas keamanan tidak akan bisa mengetahui apapun. Dan bila semuanya berjalan lancar, berita 'terjadi adu tembak di rumah Namikaze Naruto' akan berubah menjadi 'rumah Namikaze Naruto yang terbakar'.
Besok, Naruto akan menghadapi hari yang panjang di depan wartawan.
"Bagaimana dengan saksi mata?" tanyanya, ia enggan memberi noda cacat pada rencananya.
"Sepuluh orang yang melihat penembakan di rumah anda sudah dibereskan. Mayatnya dibakar bersama mayat musuh." Naomi mengusap wajahnya dengan telapak tangan yang dinodai darah, jasnya juga dipenuhi cairan serupa sebab menyeret mayat ke dalam rumah. "Berkas penting, dokumen, serta seluruh barang-barang Nyonya Hinata sudah diamankan, Pak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sacrifice [ END ]
FanficKehidupan Namikaze Naruto terbilang sempurna dimata orang-orang. Pria itu mapan, wajahnya tampan, karirnya cemerlang diusia dua puluhan. Namun, sebagaimana dunia yang memiliki siang dan malam, pria itu memiliki sisi kelam yang dipendam. Naruto menge...