"Apa kau melihat Hinata di kecelakaan tadi?"
"Tidak ada, Pak. Hanya ada Lee——yang tubuhnya tidak berbentuk lagi."
.
"Pak, sepertinya istri anda diculik pihak musuh."
"Apa?"
"Saya akan mencari posisi Nyonya Hinata."
.
Naruto menginjak pedal gas hingga mencapai kecepatan maksimal. Spedometer disebelah setir menunjukkan angka seratus delapan puluh, kecepatannya menyamai jatuhnya cemeti dewa dari cakrawala. Tidak tampak sedikitpun gurat ketakutan apabila mobilnya menabrak pembatas jalan, Naruto memainkan tangannya di atas setir dengan piawai.
Ban mobilnya berdecit di tikungan, bemper belakangnya nyaris menyerempet tiang lampu jalanan. Aoki yang mengemudi di belakang Naruto dibuat meringis berkali-kali, takut bila nyawa sang atasan terenggut oleh kendaraan besi seberat 1995 kilogram. Walaupun sejak tadi Sai sudah menasehatinya agar berhenti cemas——lantaran Namikaze Naruto adalah pengemudi terbaik yang pernah Sai kenal——Aoki tidak bisa menyurutkan ketakutannya.
Naruto kian menambah kecepatan walaupun tahu mobilnya tak lagi mampu maju lebih laju. Seratus delapan puluh kilometer perjam adalah batas yang Audi A8 L miliki. Kecepatan yang bahkan mampu menyambar orang dipinggiran jalan itu serasa tak cukup. Naruto harus menembus angka dua ratus agar tujuannya menuju Nagata tercapai dalam lima menit.
"Koordinat yang saya kirimkan tadi benar, Pak. Kemungkinan besar Nyonya Hinata berada di sana."
Suara Genta keluar dari lubang mikro airpods. Naruto menatap ponselnya yang menunjukkan titik koordinat keberadaan Hinata, titik hijau di sana belum bergerak sama sekali sejak sepuluh menit lalu. "Kau mati jika koordinatnya salah," ujarnya seraya mematikan sambungan, tidak tertarik untuk mendengar napas Genta yang seolah tercekik.
Netra Naruto menatap jalanan dan ponsel secara bergantian, was-was bila eksistensi Hinata lenyap sebelum ia sampai di sana. Perjalanan menuju Nagata memerlukan waktu paling cepat setengah jam, sementara setengah jam bukanlah waktu yang lama untuk melenyapkan nyawa seseorang. Naruto hanya takut bila ia terlambat dan mendapati tubuh istrinya terbujur kaku akibat peluru.
Napas Naruto memburu saat membayangkan bibir merah istrinya ternodai darah, persis seperti Shikamaru yang batuk darah. Wanita itu harus baik-baik saja sampai ia tiba, Hinata tidak boleh terluka sampai ia menggantung mati dalang kekacauan ini.
Hinata harus baik-baik saja.
Harus.
Naruto menelan ketakutannya dalam-dalam agar tidak kehilangan fokus dalam menyetir. 180 km/jam bukan kecepatan rendah yang mudah dikendalikan. Telat memutar setir satu detik saja, nyawanya akan berpindah ke alam baka. Pria itu tidak ingin kehilangan nyawanya secara sia-sia, terlebih sebelum memastikan keselamatan istrinya.
Mesin Audi——mobil anti peluru——yang dikendarai satu pengemudi itu memanas. Tiap bagian dalam mobil terpacu, selaras dengan detak jantung pemiliknya yang menggebu. Jalanan yang mulai diisi beberapa kendaraan tidak membuat Namikaze Naruto menurunkan kelajuan. Mobilnya bergerak zig-zag melewati belasan mobil yang menekan klakson——mengumpatinya keras-keras ketika ia menerobos lampu lalu lintas.
Aoki sempat tertinggal lantaran tidak kuasa mengimbangi kecepatan mobil atasannya. Padahal ia berada diperingkat dua di Hades bila ditanya mengenai kemampuan mengemudi——atasannya jelas diperingkat pertama, dan Sai berada diperingkat tiga.
Namun, bagaimana mungkin ia tertinggal sejauh ini?
Naruto tidak memiliki banyak waktu untuk menunggu Aoki dan Sai menyusul. Persnelingnya ditarik, setirnya berputar ke kiri, jarak dengan bawahannya kian terpaut ketika pedal gas diinjak. Rentetan bunyi klakson kembali terdengar saat mobilnya menyalip dengan kecepatan tinggi. Naruto melirik layar ponselnya lagi, titik hijau itu masih bergeming.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sacrifice [ END ]
FanficKehidupan Namikaze Naruto terbilang sempurna dimata orang-orang. Pria itu mapan, wajahnya tampan, karirnya cemerlang diusia dua puluhan. Namun, sebagaimana dunia yang memiliki siang dan malam, pria itu memiliki sisi kelam yang dipendam. Naruto menge...