Hiashi merasa sangat bodoh karena menikahkan putrinya dengan seorang pembunuh semacam Namikaze Naruto.
Hiashi pergi ke luar negeri tiga tahun lalu untuk mencari Neji, sebab anak buahnya tidak menemukan putranya yang menghilangkan belasan tahun lalu. Hiashi turun tangan secara langsung dengan harapan dapat menemukan Neji. Namun, tiga tahun yang ia habiskan di sana tidak membuahkan apapun selain kesia-siaan.
Ia pulang ke Jepang dua minggu sebelum pernikahan putrinya. Saat itu, seorang pria berkuncir mendatangi kantornya guna membuat kesepakatan pernikahan——pernikahan bisnis dengan seorang pengusaha bernama Namikaze Naruto. Tentu ia tahu Namikaze Naruto. Pria itu adalah seorang pengusaha sukses yang bahkan terkenal ke luar negeri. Wajahnya tampan, kehidupannya mapan, dan usia Hinata sudah cukup untuk melangsungkan pernikahan.
Ia meminta asistennya untuk menyelidiki Namikaze Naruto lebih lanjut, dan hasil penyelidikannya tidak memiliki satupun tanda minus. Pria itu seratus persen sempurna luar dalam, tidak memiliki kecacatan yang bahkan sekecil garam. Oleh karena itu, ia langsung menyetujui rencana pernikahan itu.
Tapi,
Pukul empat tadi, asistennya membangunkannya dari peraduan untuk memberi kabar bahwa putrinya tertembak. Ia bergegas pergi ke Nagata yang memakan waktu 2 jam perjalanan. Dan dalam 2 jam tersebut, asistennya menceritakan sebuah dongeng yang tidak ia ketahui selama dua tahun terakhir——sebuah fakta kelam, bahwa kehidupan Namikaze Naruto dipenuhi jejak darah.
Pria itu ternyata menikah empat kali, dan semua istrinya berakhir dalam sebuah tragedi; keracunan, tertabrak mobil, serangan jantung, dan bunuh diri. Hiashi tidak tahu bagaimana mungkin ia ditipu hingga seperti ini, biodata yang dikirimkan asistennya terbukti tidak asli. Ada campur tangan orang lain untuk membuatnya terbelit. Lalu, semuanya berujung dengan Hinata yang terbaring di rumah sakit.
"Ayah, Naruto ada di mana?"
Hiashi mengusap puncak kepala putrinya. Wajahnya yang keriput terlihat kian tua dalam satu jam. "Sudah pulang. Biar ayah saja yang menjagamu."
Hinata mengernyit. "Dia tadi ingin menemaniku di sin——"
"Hinata. Dengarkan kata ayah dan jangan membantah. Naruto sudah pulang, dia tidak akan kembali kesini," ujarnya dengan nada penuh penekanan, putrinya menunduk dalam. "Ayah tidak perlu bertanya padamu untuk tahu penyebab kau dirawat."
"Tapi, Naruto——"
"Ayah salah memilihkanmu suami." Lagi-lagi Hiashi memotong, kedua mata berwarna serupa itu bersirobok. "Lebih baik kalian bercerai saja. Ayah tidak mau memiliki menantu seorang pembunuh."
•••
Markas Hades yang terletak di Yao mulai diisi pada pukul sembilan pagi. Anggota Hades yang berjumlah lebih dari seratus itu datang secara terpisah sesuai titah Naruto, hingga akhirnya proses kepindahan Hades selesai di jam 5 sore. Senjata-senjata yang awalnya disembunyikan di basement NamiCorp turut dipindahkan secara diam-diam dengan dikomandoi oleh Genta. Naruto tidak bisa hadir dan mengomando secara langsung, pria itu pergi ke rumah sakit Osaka untuk menjenguk seseorang.
"Kupikir kau mati."
Shikamaru merasa geli, namun sekujur tubuhnya serasa terbelah jika ia tertawa. "Kejam sekali. Setelah kemarin hampir menembak kepalaku, kau justru menjengukku dan menceritakan masalahmu dengan Hinata?"
Shikamaru masih terbaring di ranjang. Jarum infus menancap pada siku kiri bagian dalam, sedangkan hidungnya dimasuki selang oksigen. Luka-luka ditubuhnya jelas parah, sudah terlihat dari banyaknya perban yang membuat Shikamaru terlihat seperti mumi. Namun, Naruto tidak paham bagaimana bisa Shikamaru bersikap tidak sopan dikondisinya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sacrifice [ END ]
FanfictionKehidupan Namikaze Naruto terbilang sempurna dimata orang-orang. Pria itu mapan, wajahnya tampan, karirnya cemerlang diusia dua puluhan. Namun, sebagaimana dunia yang memiliki siang dan malam, pria itu memiliki sisi kelam yang dipendam. Naruto menge...