12 : I'm Sorry

2K 332 46
                                    

"Kau sudah dengar kabarnya dari Yahiko dan Konan?"

"Sudah." Naruto menempelkan ponselnya di telinga kanan. Netranya menatap Hinata yang masih berada di dalam kamar mandi, kemudian kembali memusatkan atensinya pada laptop di meja. "Kita harus memikirkan pemindahan markas Hades ke Yao. Besok lusa sudah bisa ditempati," ujarnya pada Shikamaru. Ia mengamati struktur bangunan markas Hades yang ditampilkan di layar laptop. "Aku dan Sai akan mengeceknya besok."

"Tumben sekali tidak mengajakku."

"Selesaikan saja pekerjaanmu di Nami."

Tut

Naruto bisa sedikit melonggarkan diri dari jeratan pekerjaan. Dituntut keadaan untuk mengurus dua bisnis tentu tidak mudah. Saat siang, ia lebih banyak menghabiskan waktunya di Nami Corp. Dan menjelang senja, ia mengerjakan seluruh kontrak ilegal di Hades. Semuanya harus dikerjakan dengan teliti dan rapi, sebab jika ia melewatkan satu detail saja, polisi mungkin menggeledah rumahnya atas tuduhan mengenai tindakan ilegal.

Pria itu menutup laptop saat Hinata muncul dari balik pintu. Ia masih belum menjelaskan apa pun kendati hubungannya dengan Hinata telah membaik. Gadis itu memang sempat menyinggung perihal kasus pencurian tempo hari, mengenai bagaimana ia bisa memiliki pistol dan mengapa tidak ada satupun berita mengenai kejadian itu. Terlebih, rumah yang dirampok adalah rumahnya——rumah Namikaze Naruto yang terkenal. Seharusnya sudah ada puluhan artikel dan wartawan yang menunggu di depan rumah, namun Hinata mengaku tidak melihat satupun.

Tentu, karena polisi bahkan tidak tahu masalah ini.

Ia menjawab pertanyaan Hinata hanya dengan satu kata——"nanti."——jawaban yang sama seperti saat Hinata bertanya tentang luka tembak di bahunya. Sebuah jawaban tak pasti sebab mungkin ia tidak akan pernah menjawabnya sama sekali.

Naruto harus banyak-banyak bersyukur sebab istrinya menurut, tidak mempermasalahkannya lagi dan mulai kembali tersenyum padanya. Hinata juga seolah tidak terganggu oleh fakta bahwa ia sudah membunuh seseorang, seseorang yang gadis itu ketahui sebagai seorang pencuri.

Namun, entah bagaimana reaksi Hinata bila tahu ia pernah menembak 4 jantung perempuan tak berdosa.

"Melamunkan apa?"

Sentuhan lembut di bahu membuat pria itu tersentak, kemudian menggeleng pelan saat Hinata duduk di sampingnya. "Kau."

"Aku?"

"Hm."

Hinata tertawa pelan seraya menyelipkan helaian rambutnya ke belakang telinga, ucapan Naruto tak pelak membuat jantungnya berdebar. "Sedang mengerjakan apa?" tanyanya saat melihat ada laptop di atas meja. Jarang-jarang Naruto mengerjakan pekerjaannya di rumah, apalagi sambil menyalakan televisi. "Apa aku mengganggumu?"

"Aku sudah selesai. Kau bisa duduk di sini untuk menonton telenovela kesukaanmu." Naruto berujar lembut. Channel televisi yang semula menampilkan acara berita larut malam berganti menjadi acara telenovela yang selalu ditonton Hinata.

Keduanya duduk berdampingan, ada jarak sepanjang satu jengkal yang menjadi pemisah. Hinata sebenarnya ingin menggeser paha agar menjadi lebih dekat dengan suaminya, namun ragu karena takut bila Naruto tidak nyaman.

Perdebatannya dengan Naruto tempo hari tentu masih terbayang dengan jelas. Hinata tidak mungkin lupa atas ucapan menyakitkan Naruto——yang mengatakan bahwa tidak ada harapan dari ikatan hina semacam pernikahan bisnis. Pernikahan ini dilaksanakan demi kepentingan bisnis ayahnya dan Naruto, hanya untuk menjalin hubungan baik, selain itu ia tidak memiliki apapun untuk digantungkan.

Tempo hari, Naruto memang membuatnya ketakutan. Namun di ending, Naruto memberinya kejutan mendebarkan lewat dua kata.

Aku cemburu

Sacrifice [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang