4. bertemu

35 50 4
                                    

Di dalam kelas Vivi.

Ia nampak sedang melamun. Tatapan nya kosong. Bahkan ia tidak menyadari jika sahabat nya sudah ada di samping nya.

"Vi. Vi. Ko lo melamun? Jangan-jangan lo ke sambet hantu di sini yaa?" oceh Cecil sambil menggoyang-goyangkan lengan Vivi.. Tapi sahabat nya tidak bergeming.

"Dia kenapa?" tanya Hani yang sudah 1 kelas dengan mereka.

"Gak tahu." jawab Cecil..

"Gue gak papa." jawab Vivi seketika. Mereka pun terkejut.

"Omg. Hantu yang udah nyurupin lo udah pergi. Sumpah ya gue takut banget tadi Vi." cerocos Cecil heboh.

"Apa an si lo. Sapa coba yang ngalamun. Gue lagi bete nih." ucap Vivi sambil menggoyang-goyangkan kakinya.

"Apa ada masalah? Cerita aja Vi ke kita. Siapa tahu kita bisa bantu." ucap Hani lembut.

"Hm. Gimana ya cerita dari awal. Perusahaan bokap gue lagi ada masalah. Makan nya gue bingung."

"Serius? Ya ampun. Butuh bantuan bokap gue gak?" tanya Cecil serius.

Vivi menggelengkan kepalanya.

"Terus?" tanya Hani.

"Jalan satu-satu nya adalah di jodohkan."

"What?" pekik Cecil keras. "Lo di jodohkan? Emang sekarang jaman nya Siti Nurbaya apa?" Vivi hanya menggelengkan kepalanya. Dan Hani ikut terkejut.

"Kenapa bisa sampai ada perjodohan Vi? Kan kamu masih kecil."

"Gue gak tahu. Papa tega banget masa demi perusahaan anak nya yang jadi korban." kata nya lirih. Ia menundukkan kepalanya. Dan ke dua sahabat nya pun menenangkan Vivi..

_________

Di kantor Seno.

Dia nampak melamun akhir-akhir ini. Sampai ada beberapa meeting pun ia batalkan. Ia nampak kurus kali ini dan matanya cekung. Sungguh memprihatinkan jika melihat keadaan Seno sekarang.

Tok tok. Suara ketukan pintu terdengar.

"Masuk." ucap nya. Kemudian masuk lah sekretaris nya.

"Maaf pak. Pak Farhan ingin bertemu.."

"Di suruh masuk. Dan ambilkan 2 jus." ucap nya.

"Baik pak."

Sepeninggal sekretaris nya, Farhan teman kuliah nya pun masuk. Ia sedikit terkejut melihat sahabat nya yang berantakan.

"Ya ampun Seno. Tadi aku kira siapa." pekik Farhan heran. Ia duduk di sofa. Seno menatap sahabat nya kemudian ikut duduk di sebelah nya.

"Ada apa?" tanya Seno.

"Aku ingin mampir aja si. Tapi pas denger kamu ada masalah sama Gita, aku kwatir."

"Hm kamu tahu sendiri lah gimana istri aku."

"Iya ya. Gita jarang marah ya. Tapi kalau sekali marah ya gitu. Menakutkan." canda Farhan. Tapi Seno hanya tersenyum kecut.

"Hm."

"Oh ya Sen. Gimana dengan perjodohan anak kita?"

"Anak aku menolak. Mauren udah punya pacar. Kalau Vivi, ya kamu tahu lah kalau dia masih sekolah mana tega aku."

Mendengar jawaban Seno, Farhan nampak berpikir.

"Bagaimana kalau aku bantu tanpa perjodohan?"

"Maksud kamu, mau minjemin tanpa cuma-cuma?"

JODOH DALAM MIMPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang