8. brakk

36 45 3
                                    

Pagi harinya.

Di rumah Johan.

Keluarga nya sedang menikmati sarapan paginya dengan khidmat. Sebenarnya banyak sekali pertanyaan di kepalanya tentang keluarga teman papa nya yang tadi malam ia kunjungi. Akan tetapi lidah nya keluh untuk bertanya kepada mama dan papa nya. 

Setelah sarapan selesai,

"Sayang gimana Vivi menurut kamu?"  tanya Dina.

"Hah maksud mama?" tanya Johan bingung.

"Ya dia. Cantik kan?" tanya Dina lagi.

"Cewe ya cantik mah." jawab Johan sekenanya..

"Iya iya."

"Ya sudah aku mau berangkat mah pah.

 Assalamu'alaikum." pamit Johan. Ia berangkat menggunakan mobil kesukaan nya.

Sementara di tempat lain, Vivi tengah menunggu ojek langganan nya. Akan tetapi ojek nya belum datang juga. Sementara orang rumah sudah berangkat semua..

"Ishh gimana nih. Masa gak ada yang antar gue. Duh udah siang lagi. Gimana kalau nanty telat ya." gumam nya.

Sekarang Cecil tidak berangkat dengan Hani? Ia tidak sejalur dengan Vivi. Mana ia tega jika menyuruh sahabat nya untuk menjemput nya.

Tanpa menunggu babibu lagi, ia berangkat sekolah berjalan kaki.

"Duh masa cantik-cantik gini harus jalan kaki si. Ya ampun. Nyesel gue gak minta dia anterin papa." oceh nya.

Di pertigaan jalan.

Tin tin..

Ada suara klakson di sebelah Vivi. Ada sebuah mobil yang berhenti di sebelah nya.

"Siapa si berisik banget." omel Vivi.

"Jalan kaki?" tanya seseorang yang ternyata adalah Johan.

"Iya."

Johan membukakan pintu depan.

"Silakan masuk. Nanty telat." ucap Johan. Dan dengan terpaksa ia pun masuk ke dalam mobil gurunya.

Vivi duduk di sebelah Johan. Sedangkan dia fokus menyetir.

"Ada apa ngelihatin saya?" tanya Johan.

Deg.

'Pede sekali ini guru ya.' ucap nya dalam hati.

Kemudian Vivi menatap ke kaca jendela. Ia sangat menyukai jalan yang ada di luar mobil.

Tanpa ia rasa, mereka sudah sampai di tempat parkiran. Vivi melihat ke arah luar. Ternyata banyak siswi yang sudah banyak menunggu kedatangan nya. Shit. Bukan dirinya melainkan Johan si guru yang suka tebar pesona.

"Kenapa gak turun?" tanya Johan.

"Gimana mau turun. Nanty gue di serang fans nya bapak." ucap Vivi.

"Maksud nya?"

"Lihat di depan. Di sana banyak siswi yang suka sama bapak. Nanty kalau gue keluar bisa-bisa gue di serang lah." ucap nya sedikit kesal bukan karena takut.

"Owgh mau di sini sampai jam berapa?"

"Hah?"

"Apa disini terus sampai mereka pergi?"

"Ya gak mungkin lah."

Johan pun keluar tanpa ngomong apa pun. Dan setelah Johan pergi, benar saja para siswi yang ganjen itu ikut membuntuti Johan.

Dan selamat, Vivi akhirnya bisa keluar juga.  Sebelum kakinya melangkah, pundak nya di tepuk seseorang.

Vivi menolehkan kepalanya ke belakang. Di sana ada seorang cowo yang selalu mengejar nya.

JODOH DALAM MIMPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang