18. Wahana

0 0 0
                                        

Mereka sudah sampai di tempat yang dituju. Di sana terlihat berbagai makanan, permainan dan aksesoris.

Mata Vivi langsung berbinar saat melihat berbagai macam mainan terpampang jelas di matanya.

"Wah ini tempat apa nama nya? Banyak banget permainan nya." tanya Vivi sangat antusias.

"Ini nama nya pasar malam. Itu bianglala, kora-kora dan yang seperti ombak itu nama nya ombak asmara." jelas Zen. Ia sangat tahu semua permainan di sini.

"Kamu paham bener soal permainan disini Zen?" tanya Mauren..

"Hee. Aku waktu remaja sering kesini sayang."

"Oh ya? Ko kamu tidak cerita sama aku."

"Iya kan itu dulu. Kalau sekarang mah baru kali ini."

"Hm. Kamu gak bohong?" tanya Mauren dengan tatapan menyelidik.

"Mana ada. Bohong kan dosa."

"Iya juga si." ucap Mauren akhirnya. Ia juga gak mau selalu mendebatkan hal yang gak pasty.

"Ah aku mau nyoba semua nya. Seperty nya menarik." ucaP Vivi sambil jingkrak.

"Ah yang benar Vi? Nanti lo muntah-muntah lagi. Lo liat dech anak kecil itu, dia juga habis naik bianglala tuh pas turun huweek huwek." goda Mauren.

"Mana aada. Dia kan anak kecil. Kalau gue kan udah gede." kata Vivi membela diri.

"Hoo. Ok dech. Lo naik ini semua, kalau lo gak muntah gue akan traktir apa pun yang lo inginkan di tempat ini. Gimana?" tantang Mauren.

Vivi yang suka tantangan, ia pun menganggukan kepala nya setuju. Lagian yaa dia juga senang mendengar kata traktir dari kaka nya.

"Ya sudah sana dech kalian pacaran aja. Biar gue sama pak Johan." usir Vivi.

"Ya elah yang mau pacaran tapi gak mau di ganggu. Bisa aja lu Vi usir kita."

"Hush sana ah." usir Vivi lagi..

"Jagain adik gue yang paling bandel ya Jo." ucap Mauren.

"Iya." jawab singkat padat dan jelas..

"Huft." Mauren menghela nafas nya. Kemudian menggandeng tangan Zen untuk pergi.

"Pak Johan, lebih asyik naik apa duluan?" tanya Vivi sambil menatap Johan.

"Terserah."

"Ih ko terserah si. Padahal semua kan asyik. Em gimana kalau kita coba naik biang lala dulu?" ucap Vivi..

"Udah tahu mana yang dinaikin dulu malah tanya." gumam Johan. Yang ia pikirkan adalah wanita memang ribet.

Terutama Vivi, ia seperty bodyguard untuk murid nya. Vivi bertingkah seusianya yang ceria, antusias dan selalu penasaran.

"Bang. Mau naik." ucap ini." ucap Vivi ke penjaga karcis..

Setelah mendapatkan karcis nya, mereka naik bersama.

Mata Vivi berbinar bahagia. Ia belum pernaik naik wahana ini. Ia melihat sudut kota yang memancarkan kerlap kerlip lampu.

"Waw gue baru pertama kali naik ini. Lihat pak Johan. Apa itu rumah gue yang paling bersinar?" tanya Vivi sambil menunjuk salah satu rumah.

"Bukan. Itu rumah pak Bupati." jelas Johan.

"Oh ya? Jadi rumah pak Bupati lebih besar ya. Terus rumah gue yang mana? Apa yang itu? Atau itu?" tunjuk Vivi.

Johan menatap Vivi yang memancarkan wajah bahagia dan sangat senang.

Entah apa yang ia rasakan saat ini, apa dirinya bahagia saat bersama Vivi?

JODOH DALAM MIMPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang