11. tercyduk

32 41 8
                                    

Hari lomba kebersihan kelas segera di mulai. Banyak siswa yang sibuk mengurusi kelas nya.

Begitu juga kelas nya Vivi. Ia dan teman-teman nya sibuk menyapu dan menghias kelas nya.

"Hm apa lagi yang kurang ya?" gumam Vivi saat meneliti seluruh kelas nya.

"Gimana kalau kita tambah renda-renda dengan pita? Biar tambah cantik gitu?" usul sang ketua.

"Boleh tuh kan bagus." jawab Cecil.

"Ya sudah gue aja yang beli pita dan perlengkapan lain nya." kata Vivi. Kemudian dia pun keluar untuk beli di koperasi.

Saat di jalan ia bertemu masa lalu nya. Siapa lagi kalau bukan Galang

"Vi." panggil nya. Akan tetapi Vivi tetap saja berjalan tanpa menggubris panggilan nya.

Akan tetapi Galang berhasil mencekal tangan Vivi.

"Sakit bego." hardik Vivi.

"Kenapa gue panggil jalan aja?"

"Apa guna nya gue berhenti hah?"

"Maafin gue. Gue ingin berdamai sama lo."

"Apa lo gak sadar udah nyakitin gue hah? Oh ya camkan perkataan gue ya. Bukan nya gue masih cinta atau belum move on, tapi gue udah enek liat lo." ucap nya ketus.

"Vi. Lo gak bisa apa ngomong nya begitu ke gue?"

"Gak." jawab Vivi masih ketus.

"Vi."

"Udah gak ada lagi kan yang di omongin. Mending lo jauh-jauh dari gue." usir Vivi.

"Tapi gue pengin deket  lagi sama lo dan njagain lo."

"Gak gue ijinin." ucap Vivi tambah ketus..

"Hm." suara deheman mengejutkan mereka. Kedua nya menoleh. Dan di sana sudah berdiri Johan sambil memasukan tangan nya ke saku celana.

"Ada apa ini?"

"Gak ada apa-apa kok. Saya permisi." pamit Vivi. Ia sedikit berlari meninggalkan mereka.

Entah mengapa perasaan Vivi tak karuan saat ada Johan yang melihat nya berduaan dengan Bara? Apa dia takut?

"Ada masalah sama Vivi?" tanya Johan.

"Gak ada pak. Saya cuma mau memperjuangkan cinta saya."

"Cinta?"

"Iya pak. Vivi mantan terindah saya. Makan nya setelah saya putuss karenaa..ya ada sesuatu makan nya saya ingin perjuangkan."

"Hm."

"Eh maaf pak malah curhat."

"Ya gak papa. Sekarang kamu kembali ke kelas dan lanjutkan acaranya."

"Baik pak."

Sepeninggal Galang, Johan memikirkan sesuatu tentang Vivi. Mantan terindah? Kemudian dia melangkahkan kakinya ke koperasi sekolah.

Di sana ia melihat Vivi yang masih sibuk memilih sesuatu.

"Pak. Tolong donk pilihkan warna yang pas untuk mendekor kelas." oceh Vivi.

Sebenar nya dari tadi ia sudah memilih, tapi menurut nya sungguh tidak bagus.

"Neng Vivi, kan tadi udah milih, warna pink atau merah sama aja cantik."

"Pink terlalu cewe dan merah terlalu pedas di mata." kesal nya.

"Emang cabe pedas neng?" gurau petugas koperasi.

JODOH DALAM MIMPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang