21. Pendekatan

0 0 0
                                        

Vivi, Hani dan Cecil berjalan ke arah kantin. Perut mereka sudah mulai berdemo meminta untuk di isi.

"Kalau kita ke luar jam istirahat, gue jamin di kantin penuh." ucap Vivi.

"Jelas lah. Kan semua siswi istirahat juga kan." ujar Cecil.

"Tidak apa-apa ko. Karena ngantri adalah sebagian dari sabar. Kita bisa menguji kesabaran kita Cil, Vi." ucap Hani..

Vivi dan Cecil menatap Hani kesal. Ia selalu ceramah dimana pun berada.

"Terserah lo. Yuk ah kita ngantri." ucap Vivi sambil berjalan ke arah antrian di kantin.

Beberapa menit kemudian,

Mereka sudah mendapatkan pesanan makanan.

"Hoo makanan gue pasti lezat banget nih." ucap Vivi.

"Bukanya setiap hari lo makan itu ya Vi? Ya sama aj kali rasanya." ucap Cecil.

"Ya sih." ucap Vivi sambil menggarukan kepalanya yang tidak gatal.

"Yuk ah kita cari tempat duduk." ajak Cecil.

Mereka berjalan sambil mencari tempat duduk yang kosong dan muat untuk bertiga.

"Aduh gue lupa beli minuman lagi. Gue beli dulu ya. Oh ya Han, titip punya gue. Awas jangan di makan." ucap Cecil terburu-buru.

Hani menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabat nya yang kadang aneh.

"Lo gak usah syok gitu lihat Cecil. Dia mah suka lupa bin ajaib hahaa." tawa Vivi. Kemudian mereka duduk di kursi.

"Iya Vi. Oh ya aku seneng dech punya sahabat seperti kalian. Dulu saat aku tidak memiliki sahabat, aku hanya bisa melihat kalian dari jauh. Jujur ya aku pikir kalian tuh sombong bahkan cuek. Tapi ternyata kalian sangat menyenangkan." ucap Hani dengan mata yang berkaca-kaca.

"Lo gak boleh menilai orang dari cover nya Han. Tidak semua orang yang terlihat cover nya bagus isi nya juga bagus. Justru kadang ada tuh cover nya jelek tapi isinya bagus."

"Benar juga apa yang kamu katakan. Terimakasih ya sudah mau berteman dengan ku."

"You are welcome Han. Gue juga senang berteman dengan lo." ucap Vivi sambil tersenyum.

"Kyu ah kita makan duluan. Cecil juga sebentar lagi datang ko."

"Apa dia tidak marah kalau kita makan duluan?" tanya Hani.

"Gak akan." ucap Vivi.

Kemudian mereka menikmati makanan nya dengan khidmat tanpa obrolan.

Sedangkan Cecil sedang mengantri mendapat minuman ke sukaan nya.

"Gue kenapa si jadi pelupa banget. Kalau gue sudah pesen dari tadi kan gaak akan balik ke sini. Huft. Disini ngantri juga kan. Maless males." gerutu nya.

Beberapa menit kemudian.

Ia sudah mendapatkan minuman jus yang di suka.

"Mba. Lo kalau kerja tuh yang cepat donk. Jadi gue kan gak ngantri gini?" omel Cecil.

"Maaf mba."

"Ckckc." Dia pun mengambil jus itu dan berjalan ke arah Vivi.

Bruk.

Cecil bertabrakan dengan seseorang. Sehingga jus yang dia punya tumpah ke bajunya.

"Anjing. Baju gue basah semua. Woy kalau jalan tuh pake mata." hardik Cecil dengan suara lantang nya.

Cecil menatap ke orang yang sudah berani menabrak nya. Tampan si tampan tapi tatapan nya sangatlah dingin.

"Lo harus minta maaf sama gue. Seenak nya aja lo ya sudah nabarak gue. Lihat baju gue kotor dan basah gini. Tanggung jawab lo." ucap Cecil dengan suara nya melengking.

JODOH DALAM MIMPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang