6. guru baru

33 46 1
                                    

Pagi hari nya.

Tok tok tok. Suara ketukan memenuhi kamar Vivi. Ia begitu berisik saat mendengar pintu kamar nya di ketuk keras.

"Siapa?" tanya Vivi.

"Ini gue. Lo lama amat gak keluar-keluar." tanya Mauren.

Vivi sudah rapi dengan seragam nya. Akan tetapi ia sedang membenarkan tatanan rambut nya. Ia menatap pantulan wajah nya. Hidung nya, bibir nya, alis nya dan matanya sungguh sempurna. Vivi tersenyum lebar menatap wajah nya.

Kemudian dia mengenakan tas dan berjalan ke luar.

Ceklek. Pintu pun di buka. Ia melihat kaka nya yang tengah berkacak pinggang.

"Ada apa?" tanya Vivi.

"Lo tahu, gue nungguin lo sampai lumutan. Tapi lo malah lama banget di dalam." omel Mauren. Vivi berjalan mendahului kaka nya.

"Siapa yang nyuruh nungguin gue si." kata Vivi cuek.

"Ish lo adik yang gak tahu punya hati ya. Lo tahu sendiri kan kalau lo belum turun, mana ada acara makan di mulai." cerocos Mauren.

Vivi diam saja tanpa menanggapi ocehan kaka nya. Ia berjalan ke arah ruang makan. Matanya menangkap seseorang yang asing.

"Pagi." sapa Vivi dan Mauren.

"Pagi." jawab mereka semua.

Mauren duduk di sebelah pria itu. Sedangkan Vivi duduk di sebelah mama nya.

"Oh ya sayang. Kenalkan ini Zen, pacar Mauren." kata Gita memperkenalkan orang di asing itu.

"Zen Aditama Prayoga." ucap nya sambil menyodorkan tangan nya. Dan di sambut baik oleh Vivi.

"Oh. Kenalkan gue Vivi." jawab Vivi.

"Masih Smk?" tanya Zen. Dan di angguk ki oleh Vivi.

"Ayo nak Zen di makan. Anggap saja kaya di rumah sendiri." ajak Gita. Dan di tanggapi oleh Zen dengan senyuman ramah nya.

Mereka pun makan dengan khidmat tanpa ada obrolan. Setelah acara sarapan, Seno menanyakan sesuatu yang membuat Zen dan Mauren tersedak ludah nya.

"Kapan kalian akan melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius."

"Hmm. Papa." panggil Mauren.

"Kenapa sayang?" tanya Seno balik.

Mauren menatap Zen malu. Pasal nya mereka belum lama pacaran dan sekarang di tanyai kapan akan serius?

"Sayang. Kan lebih cepat lebih baik. Bukan begitu Zen?" tanya Seno.

"Iya om." jawab Zen tegas.

Seno tahu jika Zen anak yang baik. Makanya ia setuju jika anak nya menjalin hubungan dengan nya. Apa lagi jika Zen anak dari teman nya. Padahal Seno tahu sudah lama tentang Zen, akan tetapi ia merahasiakannya.

"Ya sudah sebaiknya kita berangkat sekarang. Ini sudah siang." kata Gita. Mereka pun berangkat ke masing-masing tempat. Vivi berangkat sendiri menggunakan ojek online.

______

Di sekolah Vivi.

Dia sudah sampai di sekolah nya. Saat berjalan, ia melihat Johan guru olahraga nya sedang mengobrol dengan om nya. Dia terpaksa untuk melewati kedua gurunya.

"Permisi." sapa Vivi.

"Eh Vivi. Baru berangkat?" tanya Hendrayan.

"Eh iya pak. Saya permisi." jawab Vivi.

JODOH DALAM MIMPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang