20. Rencana

0 0 0
                                        

Vivi sudah sampai di rumah nya. Hari ini merupakan kelelahan untuk dirinya. Berbagai macam hal terjadi pada nya. Ia menerang jauh.

Pertama ia perlakuan istimewa oleh Johan bahkan dirinya di cium dua kali oleh dirinya.

Ia menempelkanjarinya di bibir. Masih berbekas rasa ciuman tadi meski hanya di kecup.

Ia kembali teringat, membuat pipinya merona malu.

"Ah gue kenapa si? Apa gue mulai jatuh cinta sama pak killer ya?" gumam Vivi.

Ia berbaring ke sana kemari. Saat ia memejamkan matanya, ia terbayang wajah menyeramkan milik hantu.

"Aishh kenapa wajah jelek itu muncul si? Lagian yaa gue kan gak ganggu dia." ucap Vivi. Ia mencoba untuk menghapus ingatan tentang hantu tersebut.

Pagi hari nya.

Mbok Onah sedang menyiapkan sarapan pagi. Setelah selesai, ia meletakan di meja.

"Pagi bi." sapa Vivi. Ia sudah siap menggunakan baju sekolah nya.

"Pagi non. Sarapan sudah siap.."  ucap Mbok Onah mempersilakan.

"Papa dan mama belum pulang ya?" tanya nya sambil menikmati sarapan.

"Belum non sepertinya. Saya permisi ke dapur dulu non."

Sepeninggal Mbok Onah, Vivi duduk sambil termenung. Ia menatap sekeliling rumah nya. Besar dan megah tapi selalu sepi. Hanya ada dirinya dan pembantunya. Sementara kaka nya sibuk dengan kerjaan nya. Ia seperty hidup dalam kesendirian.

"Pagi Vi." sapa Mauren yang sudah siap dengan seragam kebanggan an nya.

"Pagi." jawab Vivi singkat tanpa menoleh. Ia sibuk mengunyah makanan nya.

"Pagi-pagi muka di tekuk padahal tadi malam udah kencan plus ciuman." celetuk Mauren dengan santainya..

"Uhuk uhuk." Vivi tiba-tiba tersedak makanan nya.

"Lo kenapa elah? Nih minum." kata Mauren menyodorkan minuman ke Vivi.

Gluk gluk.

"Lo tahu darimana?" tanya nya sambil memicingkan matanya.

"Em gak sengaja lihat.  Tapi lo tenang aja gue gak akan bilang sama mama dan papa." ucap Mauren kikuk. Ia menjadi salah tingkah sendiri saat mengingat Johan dengan berani mencium adik nya..

"Beneran ya? Awas kalau lo bilang. Bisa di nikahin besok gue sama mereka." ujar Vivi.  Mauren terkikik geli.

"Tapi lo sudah suka kan sama Johan?"

"Mana ada. Gue gak suka sama dia."

"Oh ya? Padahal dia ganteng loh. Ya sebelas dua belas sama Zen lah. Sudah paket kompit pokoknya." ujar Mauren sambil menyantap makanan nya.

"Ka Mauren, kalau makan jangan sambil ngomong." tegur Vivi.

"Padahal dia juga ngomong ko. Malah negur-negur gak jelas." gumam Mauren. Tapi masih di dengar oleh Vivi..

Setelah mereka sarapan, akhirnya kedua nya berangkat ke tempat masing-masing.

"Lo beneran gak mau nebeng?" tanya Mauren.

"Tumben nawarin. Pasti ada mau nya ya kan?" selidik Vivi.

Dengan cepat, Mauren menggelengkan kepala nya kuat.

"Mana ada. Ya sudah gue duluan ya. Bye bye. Selamat naik ojol atau suruh Johan jemput."

Brumm.

Mauren melajukan mobil nya dengan cepat.

JODOH DALAM MIMPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang