10. papa?

35 47 7
                                    

Keadaan Seno sekarang sudah membaik. Ia sudah di ijinkan pulang. Ia di jemput oleh Johan calon menantunya.

Di dalam mobil.

"Gimana pekerjaan kamu nak mengajar di sekolah?"

"Lancar om."

"Alhamdulillah. Jangan panggil saya om tapi papa ya."

"Iya om ehh pah." Mereka pun tertawa bersama..

Di rumah Seno. Nampak Vivi, Mauren sibuk mempersiapkan pesta kecil-kecilan untuk menyambut papa nya pulang. Sedangkan Gita mempersiapkan makanan bersama Dina.

"Aku baru tahu loh kalau mas Seno sakit juga karena Johan cerita Git. Maafkan aku ya."

"It's ok Din. Yang penting mas Seno kini sehat."

"Alhamdulillah. Tapi maaf ya mas Farhan gak bisa datang karena dari malam dia di luar kota."

"Gak papa ko. Kamu aja yang datang juga aku senang."

Mereka mempersiapkan makanan di meja.  Vivi memasang pita di depan pintu dan Mauren menghias lantai.

"Ka Zen gak datang?"

"Nanty dia datang kok. Tapi di kantor masih ada urusan." jawab Mauren dan Vivi mengangguk kan kepalanya..

Tin tin..

Suara klakson di halaman rumah terdengar.

"Pasty itu papa." teriak Vivi.

Mereka pun keluar untuk melihat Seno yang baru saja datang.

Seno keluar dari mobil dan di susul oleh Johan.

"Saya bantu pah?"

"Gak usah Jo. Papa bisa jalan sendiri."

"Papa." panggil Vivi. Ia berlari ke arah Seno.

"Pelan-pelan sayang papa baru saja sembuh." pekik Gita.

Dan Vivi hanya nyengir kuda. Ia melirik ke arah Johan kemudian melepaskan pelukan nya dari papa.

"Saya di suruh menjemput papa." jawab Johan. Ia sadar di tatap menyelidik oleh murid nya.

"Papa?" tanya Vivi heran. Kenapa gurunya memanggil papa nya dengan sebutan papa juga..

"Sayang. Papa ko yang nyuruh Johan untuk memanggil papa."

"Ish tapi pah."

"Udah udah. Gak usah ribut. Kan papa baru pulang dari rumah sakit jadi butuh istirahat. Mari kita masuk." ucap Mauren bijak. Mereka pun masuk ke dalam rumah.

Seno melihat rumah nya yang sudah di dekor. Sungguh mata nya menangkap takjub. Mereka sangat menghormati dan menyayangi nya.

"Ini hadiah karena papa udah pulang." ucap Vivi dengan senyum merekah nya. Seno bangga dengan anak nya yang paling ia sayang. Meski kadang manja dan susah di atur, tapi rasa sayang nya kepada keluarga sungguh sangat besar.

Seno mengusap kepala Vivi lembut. Mauren yang melihat kedekatan adik nya dengan sang papa, tidak cemburu. Justru malah ia ikut bahagia.  Meski kadang ia tidak akur dengan Vivi, tapi mereka sangat saling menyayangi.

"Maaf ya om. Saya baru datang." Ucap Zen merasa bersalah. Seno memberikan senyum tulus nya.

"Gak papa nak Zen. Yang penting kamu kan udah datang. Heee. Oh yaa sekarang jangan panggil om ya tapi panggil papa aja." ucapan Seno. Dan Zen tersenyum malu mendengar ucapan calon mertuanya.

"Iya pah." jawab nya.

"Kamu udah datang?" tanya Mauren. Dan Zen membalas nya dengan senyum.

'Lihat ka Zen aja murah senyum gitu. Beda dengan pak Johan. Senyum aja gak pernah tuh. Dasar pelit." gerutunya dalam hati.

JODOH DALAM MIMPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang