"A--aku,"
Ingin rasanya melompat saja dari kamar dan menghilang ke pulau Pangeran Edward. Jantung Vee seolah dipacu oleh kuda dengan kecepatan cahaya. Sudah tak bisa dijelaskan lagi bagaimana cepatnya.
Detik-detik dia merasa bahwa Namjoon lah yang harus memberi penjelasan pada Hoseok adalah detik terlama yang pernah ia rasakan. Vee bukannya tak bisa mengatakan sesuatu, tapi dengan piyama yang basah dan raut wajah tak beraturan, mana mungkin Hoseok akan percaya padanya. Lagipun, sudah pasti Hoseok melihat dengan jelas bahwa Namjoon menciumnya.
"Aku, mengajari Kak Vee cara berciuman."
Gila!
Apa yang Namjoon katakan?
Yang benar saja Namjoon mengatakan yang sebenarnya pada Hoseok.
Namjoon cari mati.
Reflek, Vee mencubit punggung Namjoon demi menyuarakan protesnya. Herannya, Namjoon tak berjingkat atau apapun padahal Vee yakin bahwa cubitannya lumayan keras.
"Apa? Kau mengajari kakakku berciuman?" Hoseok kembali bertanya dan Vee berharap Namjoon bisa meralat perkataannya dengan alasan salah bicara atau apapun yang bisa menjelaskan bahwa apa yang mereka lakukan tak seperti yang Hoseok pikirkan meski Vee tak tahu pasti apa yang ada di dalam pikiran Hoseok.
"Iya. Aku mengajarinya ciuman."
"Untuk apa?"
"Dia ingin bertemu dengan Rap Monster."
"Apa? Namjoon bicara apa sih? Apa hubungannya dengan Rap Monster?" Vee melirik bingung pada Namjoon dalam hati.
"Rap Monster? Apa hubungannya dengan kalian berciuman?" Hoseok semakin penasaran.
"Jadi--"
"Hey, jadi tidak duelnya? Anak-anak sudah menunggu di awah." Tiba-tiba salah satu teman Hoseok datang.
"Iya jadi. Aku sedang mencari Namjoon."
"Oh sudah waktunya? Baiklah ayo kalau begitu." Tanya Namjoon berusaha mengalihkan atensi Hoseok.
"Kau dan Jimin duluan saja. Aku menyusul nanti. Aku ingin berbicara dulu dengan Namjoon dan kakakku."
"Oke kalau begitu."
Vee tidak jadi menghembuskan napas lega karena ternyata Hoseok masih mau mengintogerasinya.
"Jadi--?"
"Ya aku mengajarinya berciuman karena siapa tahu dia bisa bertemu dengan Rap Monster dan you know--" Karang Namjoon.
"Mana mungkin kakakku bisa bertemu dengan Rap Monster?"
Namjoon menggaruk kepalanya. "Hemm sebenarnya bisa... karena... tapi jangan beritahu anak-anak dibawah ya?"
Hah apasih yang mau dikatakan Namjoon?
Batin Vee lagi."As long as there is a good transaction." Hoseok sialan.
"Aku akan mengenalkanmu pada adik Akira."
"Oke deal. Sekarang beritahu aku tentang informasi rahasia yang kau sembunyikan."
"Aku adalah sepupu Rap Monster."
"Apa?!" Baik Vee dan Hoseok kaget bersamaan.
"Ka-kau? Kau sepupu Rap Monster?"
"Yah begitulah..."
Hoseok meninju lengan Namjoon. "Wuahhhh kenapa kau tak pernah memberitahuku?"
Vee yang sangat ingin bertanya kebenarannya hanya berani membuka mulutnya tanpa bergerak sedikitpun karena piyama bagian bawahnya masih basah.
"Well, aku hanya tidak ingin jadi bahan pembicaraan." Jelas Namjoon.
Semoga saja semua ini hanya kebohongan belaka. Vee bisa semakin gila kalau Namjoon benar-benar sepupu Rap Monster.
"Tapi kenapa kau mau mengajari kakakku ciuman? Apa yang kau dapat darinya kalau kau membuatnya mahir ciuman saat bertemu dengan Rap Mosnter nanti?"
Hoseok terus mengejar Namjoon. Vee ingin sekali menoyor kepala adiknya agar enyah dengan cepat.
"Dia membantuku menulis cerpen."
"Hah? Cerpen?
"Iya. Kau tahu kan tugas Sakura sensei? Membuat cerpen bertema perekonomian negara? Aku sudah mencoba menulis, tapi sumpah otakku tak cocok menulis cerpen. Dan aku tahu kalau kak Vee punya hobi menulis fiksi so well yeah here we are..."
"Ahhh kau benar. Aku juga belum mengerjakannya. Dan aku juga berniat menyuruh kak Vee membantuku."
Ya Tuhan. Sekarang sudah jelas transaksi bukan hanya diantara Namjoon dan Hosoek. Sebentar lagi Hoseok akan membuatnya membayar agar Hoseok tutup mulut tentang ciuman dengan Namjoon agar bisa mencium Rap Monster.
"Well kau tahu kan kak kalau mama tidak akan setuju kau menemui Rap Monster dan berniat menciumnya? Tapi aku akan merahasiakan ini kalau kau membantuku menulis cerpen seperti kau membantu Namjoon. Okay?"
Sialan. Hoseok sialan.
"Ya okay." Tapi tak ada yang bisa Vee lakukan selain mengiyakan saja permintaan adik laki-lakinya itu.
"Oke. Ayo kita kembali ke bawah." Ajak Hoseok pada Namjoon.
Namjoon mengangguk, "Aku akan menyusulmu sebentar lagi. Aku perlu memeriksa tulisan kakakmu."
"Oke. Jangan lama-lama. Sebentar lagi giliran kita duel."
Hoseok pergi. Vee segera pergi ke kamar mandi demi mengganti baju dan melepas vibrator sialan yang masih menancap di bawah sana.
"Maafkan aku..." Namjoon mengikuti Vee.
"Seharusnya kau cepat pergi sebelum Hoseok memergoki kita lagi."
"Aku tidak bisa pergi sebelum memastikan kau baik-baik saja." Ucap Namjoon.
"Aku baik-baik saja. Tapi tolong jangan menyelinap lagi ke sini. Aku tidak mau Hoseok tahu tentang hubungan kita."
Vee bisa mendengar napas berat Namjoon.
"Iya. Aku akan berusaha menyembunyikan hubungan ini."
Entah kenapa Namjoon memasang raut sedih. Vee sudah menjelaskan diawal jika dia tak mau hubungannya diketahui keluarganya. Terutama ketika Namjoon masih sekolah.
Sebelum pergi, Namjoon memeluknya dan mengecup keningnya. "Text me."
-tbc,

KAMU SEDANG MEMBACA
THE ORANGE
Fanfiction[21+] "Jika mencium jeruk saja membuatku jatuh cinta padamu, tak ada hal lebih lain yang akan membuatku berpaling." Namjoon mengatakannya dengan sangat lembut hingga membuat rintik deras hujan di luar seperti percikan air dari surga, menentramkan, m...