Sumpah bukan maksud Jimin menguping atau apapun itu. Playlist handphonenya tiba-tiba mati dan aplikasi pemutar musiknya berhenti juga dengan sendirinya. Ia sudah buru-buru menyalakannya lagi, tapi yang ada handphonenya sepertinya macet. Dan lagi dia tak tahu sebenarnya apa yang terjadi dengan handphonenya karena matanya tertutup slayer.
Sementara dia bingung memencet-mencet layar handphonenya dengan mata tertutup, kupingnya mendengar desahan demi desahan kakak perempuan Hoseok.
Astaga apa yang dilakukan Namjoon sampai-sampai kak Vee mendesah begitu liar. Jimin dan pikirannya tak bisa berhenti berkeliaran akan hal-hal yang iya-iya. Suara kecipak basah, suara rintihan tertahan, suara tangisan terisak nikmat, suara memohon agar tak berhenti, dan suara Namjoon yang meskipun setengah berbisik tetap saja Jimin bisa dengar.
Rasanya Jimin mau gila waktu itu. Dia tak menyangka Namjoon kutu buku itu bisa membuat seorang perempuan melenguh habis-habisan. Tapi Jimin tak bisa berbuat apapun selain berpura-pura bahwa dia tak mendengar apa-apa. Dia goyang-goyangkan kepala seolah musiknya masih terputar dengan baik di telinganya. Padahal diantara kedua pahanya ada sesuatu yang mengeras.
Sialan! Sialan! Sialan!
Kenapa juga Jimin harus terangsang dengan kakak Hoseok yang sedang dicumbu oleh Namjoon. Tidak masuk akal dan sangat memalukan.
Bangsat memang Namjoon. Dia memanfaatkan Jimin agar orang tua Hoseok dan Vee tidak menaruh curiga pada mereka berdua. Pasti orang tua Vee beranggapan bahwa mereka bertiga sedang bercanda bermain seperti anak remaja yang waras. Tidak tahu saja kedua orang tua itu bahwa ada Jimin yang disandera dan anak perempuan mereka sedang dirasuki Namjoon yang penuh nafsu.
Apalagi setelah orang tua Hoseok berpamitan, Namjoon semakin menjadi-jadi. Suara desahan Vee tak ditahan lagi. Namjoon semakin liar menggerayangi Vee. Dan Vee semakin belingsatan dicumbui oleh Namjoon. Sementara Jimin semakin panas dingin tak bisa bergerak dengan isi dalam celananya yang ingin berontak.
Setengah mati Jimin mengatur napas agar ia bisa mengontrol diri dari rangsangan suara desahan Vee, tapi Jimin kalah. Apa yang dilakukan Namjoon pada Vee membuat otak Jimin memikirkan hal-hal yang tak seharusnya ia pikirkan.
Kepalanya mulai menyuruhnya membayangkan bibir Vee mencium biburnya, bibir Vee mencium lehernya, turun ke dada Jimin, ke perut, dan berakhir ke pangkal paha pemuda itu.
Tak kuasa menahan diri, Jimin mengelus lembut isi celananya dari luar, mengikuti suara erangan Vee. Ketika Vee mengerang pelan, Jimin akan menyentuh dirinya pelan. Ketika Vee melenguh cepat, Jimin pun akan menggerakkan tangannya cepat.
Dan tanpa sadar Jimin telah mengosongkan dirinya diam-diam ketika Vee menyambut orgasmenya dibawah tangan dan ciuman Namjoon.
Sialan dan memalukan, tapi sangat nikmat bagi Jimin.
Dan hari itu tak pernah bisa Jimin lupakan meskipun sudah lewat lebih dari dua minggu. Sejak itu juga, Jimin tak berselera melakukan apapun kecuali menyentuh dirinya sendiri dengan ingatan Vee yang dicumbu Namjoon.
Ketika di sekolah, saat Namjoon menyapanya, yang Jimin lihat bukan lagi Namjoon, melainkan wajah sayu Vee ketika Namjoon mengajaknya pulang usai pemuda kolektor piala sekolah itu selesai 'menghukum' gadisnya. Ketika disapa Hoseok, yang Jimin dengar bukan suara Hoseok, melainkan erangan-erangan Vee yang terpatri di telinganya. Dan ketika ia sendirian, khayalannya lebih gila lagi; dia menyetubuhi kakak Hoseok alias pacar Namjoon.
Jimin bukan pasrah begitu saja dengan kegilaannya. Pemuda itu juga berusaha untuk mengeyahkan ketidakwarasan otaknya. Dia mandi tengah malam, dia guyur kepalanya dengan air es, dia berendam dengan es batu sampai tubuhnya menggigil, tapi tak satupun berhasil menghilangkan pikiran-pikiran gila tentang Vee.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ORANGE
Fanfic[21+] "Jika mencium jeruk saja membuatku jatuh cinta padamu, tak ada hal lebih lain yang akan membuatku berpaling." Namjoon mengatakannya dengan sangat lembut hingga membuat rintik deras hujan di luar seperti percikan air dari surga, menentramkan, m...