Gadis itu memberanikan diri pergi ke rumah Namjoon. Tapi, berkali-kali ia memencet bel rumah anak laki-laki yang sering ditinggal sendiri oleh orang tuanya karena kepentingan bisnis, tidak juga Vee mendapat respon. Tiba-tiba perasaannya tidak enak. Pikirannya langsung terngiang pada cerita-cerita tentang anak remaja biasanya melakukan hal-hal buruk ketika patah hati membuat Vee gelisah.
Akhirnya ia nekat menerobos masuk ke rumah Namjoon. Beberapa kali Hoseok mengajak masuk ke rumah Namjoon membuat Vee hapal password rumah anak laki-laki yang membuatnya panas dingin setiap kali teringat apa yang sudah ia lakukan padanya.
Saat sudah berada di dalam rumah Namjoon, dia tidak menemukan anak laki-laki itu. Dia memanggil-manggil nama Namjoon, tapi tidak ada yang menyahutnya. Akhirnya dia berteriak ketika matanya menangkap sebuah tali tergeletak di dekat kamar Namjoon.
“NAMJOON!!! KIM NAMJOON!!”
“Kak Vee?” Namjoon tiba-tiba muncul dengan raut kaget.
PLAK!
“Aw sakit kak! Kenapa kakak memukul kepalaku?"
“Biar kau sadar! Supaya kau tidak melakukan hal-hal gila!"
Sambil memegangi kepalanya, Namjoon mengernyitkan dahinya tak mengerti maksud Vee. “Hal-hal gila apa kak?”
“Aku tahu kau sedang galau. Aku tahu kau baru putus dari pacarmu. Tapi jangan bunuh diri!"
Namjoon tidak mengerti, tapi kemudian dia melirik tali yang sudah tidak pada tempatnya.
“Aku sudah tidak punya gairah hidup, kak. Aku menyukaimu. Aku tidak bisa berhenti memikirkanmu bahkan ketika aku bersama pacarku, aku memanggil nama kakak. Aku melukainya makanya aku memutuskannya. Tapi setelah menyatakan perasaanku padamu, kau juga menolakku. Aku rasa aku ingin ma--““Ya! Jangan bodoh! Aku tidak menolakmu! Aku hanya tidak tahu harus bagaimana. Aku shock. Aku takut. Aku juga menyukaimu. Tapi kau masih kelas tiga SMA. Aku tidak pernah punya hubungan spesial dengan laki-laki selama ini. Laki-laki yang selalu dekat denganku hanya Hoseok dan ayahku. Lalu kau tiba-tiba—“
Kedua manik Namjoon berbinar. Dia memotong kalimat Vee. “Jadi kau juga menyukaiku?”
Sumpah demi apapun wajah Vee sebenarnya merah. Sekali malah. Dia malu untuk menjawab, tapi buat apa juga toh dia sendiri yang akhirnya menerjang kata tanya kenapa dan bagaimana. Jadi ia biarkan saja bibirnya mengucap jawab yang Namjoon inginkan. “Iya.”
“Jadi kau sebenarnya mau melakukan itu denganku?”
“Iya, tapi aku—“
Namjoon menggeleng cepat. Batinnya memaki anak kecil yang ada di dalam dirinya yang bagaimana bisa sekonyong-konyong mengatakan hal senonoh pada seorang gadis yang baru saja mengatakan ya padanya. Apalagi dia tahu Vee tidak pernah mempunyai hubungan spesial dengan laki-laki selain Hoseok dan juga ayah mereka.
Buru-buru Namjoon meraih kedua tangan Vee yang sedang meremas ujung bajunya karena sudah pasti gadis itu gugup. “Maaf saat itu aku terbawa emosi. Aku tidak akan melakukannya lagi kecuali kau sudah siap. Aku bisa menunggunya. Kau mungkin melihatku hanya sebatas anak SMA, tapi percayalah, aku sudah menyukaimu diam-diam sejak empat tahun yang lalu.”
Vee tidak bisa menyembunyikan keinginan bibirnya untuk tersenyum. Dia merasa Namjoon sangat manis saat ini.
Melihat Vee memgembangkan bibirnya, Namjoon merengkuh gadis itu dengan sangat erat. Vee bisa merasakan bagaimana Namjoon memeluknya dengan sangat hangat. Lalu tiba-tiba ingatannya kembali pada tali yang sudah ia singkirkan agar Namjoon tidak melukai dirinya. “Jangan pernah berpikir atau berniat bunuh diri lagi.”
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ORANGE
Fanfiction[21+] "Jika mencium jeruk saja membuatku jatuh cinta padamu, tak ada hal lebih lain yang akan membuatku berpaling." Namjoon mengatakannya dengan sangat lembut hingga membuat rintik deras hujan di luar seperti percikan air dari surga, menentramkan, m...