KEJUTAN (LAGI)

20 0 0
                                    

"Memangnya harus ya ma?"

"Iya, Hoseok-ah... papa kalian membutuhkan mama..."

"Tapi aku juga membutuhkan mama di sini."

"Ada kakakmu. Dia akan ada kalau kau membutuhkannya."

"Mana mungkin dia merawatkku. Yang ada dia hanya akan mengurung diri dalam kamar berabad-abad tak peduli padaku."

PLETAK!

Sebuah tutup toples keripik mendarat tepat di kening Hoseok.

"Kan! Apa kubilang! Dia hanya akan melempariku dengan tutup toples keripiknya!"

"Vee, berbaik hatilah pada Hoseok."

"Ma, aku yang mencuci bajunya setiap kau pergi. Aku memasakkan nasi dan juga menghangatkan sayur untuknya. Tapi apa yang dia katakan? Aku tak akan mengurusnya?"

Vee sangat jengkel pada Hoseok. Adiknya itu kadang bisa sangat tak tahu terima kasih. Mungkin bukan tak tahu, tapi tak mau berterima kasih. Bisa-bisanya dia berkata bahwa Vee tak mau mengurusnya. Yang benar saja.

Lagipula Hoseok sudah bukan balita kemarin sore lagi. Harusnya sang mama sudah mendisiplinkannya agar dia bisa sedikit mandiri. Sebentar lagi dia akan lulus SMA dan sudah semestinya Hoseok bisa mengurus dirinya sendiri paling tidak hal-hal dasar seperti mencuci bajunya sendiri, membersihkan kamarnya sendiri, atau sekedar memasak nasi dan menghangatkan sayur. Tapi mama dan papanya terlalu memanjakan Hoseok hingga adik laki-lakinya itu terlalu bergantung.

"Kau tak perlu mengurusku! Urus saja urusanmu sendiri seperti biasanya. Dasar perempuan egois!"

"Apa kau bilang?" Vee sudah siap melempar toplesnya pada Hoseok, tapi mamanya sudah menghalangi Vee.

"Letakkan toplesmu. Pergi saja ke kamar. Jangan ribut dengan adikmu. Aku akan menyuruh bibi Emma untuk datang dan mengurus Hoseok."

Bagus. Lebih baik begitu. Dan Vee melangkah cepat ke kamarnya. Tak mau ambil pusing dengan kehebohan Hoseok. Dia harus fokus hari ini karena akan ada presentasi kerja yang harus ia siapkan.

"Aku janji aku tidak akan merepotkan bibi Emma. Aku akan menyuruh mereka membawa makanan dari rumah mereka sendiri. Aku hanya perlu beli minuman bersoda dan menyiapkan game-game terbaru. Dan lagipula ada Namjoon. Dia akan menertibkan anak-anak yang suka ribut jadi tetangga kita tidak akan protes."

Apa?

Namjoon?

Niatnya untuk fokus pada materi presentasi hari ini buyar seketika. Hoseok menyebut nama Namjoon dan pikiran Vee mulai kacau.

Sialan.

🍊

Seharian Vee berusaha mempertahankan fokusnya pada pekerjaan. Dan sejauh ini gadis itu berhasil bertarung dengan kekacauannya sendiri.

Dia rindu Namjoon.

Benar gadis itu merindukan kekasihnya itu.

Dua minggu setelah kejadian di balkon, mereka hanya bertemu sekali dan itu ketika Namjoon pulang dari tempat les. Vee menemuinya dan mereka hanya menghabiskan waktu untuk makan malam. Setelahnya Namjoom sibuk dengan persiapan try out ujian masuk universitas yang diselenggarakan oleh kampus dimana ayah Namjoon sebagai penyokong dana yayasan tersebut.

Vee bangga pada Namjoon. Meskipun pemuda itu bisa saja masuk ke universitas Tokyo dengan sangat mudah karena sang ayah adalah orang dalam, namun Namjoon menolak jalur cepat itu. Namjoon berprinsip bahwa dia takkan menyalahgunakan hak istimewa dari keluarganya. Dia akan selalu menggunakan usahanya sendiri.

THE ORANGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang