Aku seperti bodoh yang menunggu malam di waktu pagi
Dan pantas disebut idiot yang tidak mengerti akan harum
▂▂▂▂
┊ ┊ ┊
┊ ┊ ┊
♡ ┊ ┊
⋆。˚ ┊ ♡
┊⋆。˚
♡
⋆。˚Namjoon benar-benar menepati kata-katanya. Dia tidak pernah datang ke rumah Vee lagi.
“Apa kau sudah melihat Vee keluar hari ini?”
“Belum, ma. Kakak aneh sekali akhir-akhir ini. Ya aku tahu dia jarang keluar rumah, tapi bukan tipenya mengurung diri di kamar. Dia tidak pergi keluar, tapi dia selalu keliling di dalam rumah, iya kan?”
Ibunya yang sedang memasak mengangguk. “Benar. Mama juga sedang mengkhawatirkannya. Tapi kakakmu itu tidak akan cerita kalau dipaksa. Jadi kita hanya bisa menunggunya membuka dirinya sendiri. Oh ya Namjoon juga tidak pernah lagi kesini, kenapa?”
“Sepertinya karena masalah dengan pacarnya. Saat Namjoon minta putus, dia dipukuli oleh teman-teman pacarnya.”
“Astaga. Kau harus sering-sering mengeceknya ke rumah.”
“Aku juga ingin, tapi Namjoon sepertinya sedang menghindari semua orang. Tapi mama tidak usah khawatir, aku terus chattingan kok dengannya.”
Karena mendengar percakapan antara mama dan adiknya, Vee merasa semakin tersiksa. Setelah insiden tak terduga keduanya dengan Namjoon, diam-diam dia menyesalinya. Dia merasa sangat konyol dan tidak masuk akal. Dia seharusnya marah karena meski dia menyukai Namjoon, tetap saja seharusnya ia marah karena perlakuan tak senonoh anak itu. Tapi yang ia dapati malah dirinya dirundung sesal yang membiru karena dia menolak keinginan Namjoon saat itu.
Namun, meski begitu, Vee juga tidak bisa terang-terangan mengatakan perasaanya karena perbedaan umur mereka yang membuat Vee berpikir apa yang akan dikatakan orang tua dan adiknya jika mereka tahu Vee menyukai anak SMA.
Aku bisa gila kalau begini caranya.
Vee memutuskan mandi demi menghilangkan penat pikirannya. Dan saat dia menggosok bagian lengannya, dia melihat pergelangan tangannya masih biru akibat tangan Namjoon yang meremasnya sangat kuat saat ia meronta mencoba menghentikan perbuatan Namjoon.
Sial sudah. Dia merasa benar-benar tidak masuk akal sekarang. Dibawah guyuran shower, melihat pergelangan tangannya yang juga kulitnya sedikit terkelupas, air matanya keluar dengan sendirinya. Dia merasa aneh. Tidak pernah ia seperti ini. Dan Vee sangat benci perasaan dan keadaannya saat ini.
Gadis yang tak sembarangan menaruh hati seumur hidupnya itu akhirnya merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya. Hal yang wajar memang, tapi ingatan akan siapa yang ia sukai lah yang membuatnya merasa tertekan. Bagi orang lain mungkin hal ini adalah hal yang wajar, tapi tidak untuk Vee. Meski dia belum berniat untuk menikah seperti teman-teman seumurannya, dia tetaplah gadis yang memiliki angan bisa menemukan seseorang yang ia sukai yang juga memiliki perasaan yang sama dengannya.
Tapi kenapa harus Namjoon? Kenapa harus dengan anak SMA?
Batinnya terus mengeluhkan kata tanya kenapa. Sedangkan pikirannya terus berkutat dengan kata bagaimana jika ia menerjang saja stereotype hal-hal yang berhubungan dengan percintaan.
Apa yang akan terjadi ? Bagaimana pendapat mama, papa, dan bahkan Hoseok ?
As much as my heart flutters, I’m worried
The destiny is jealous of us
Just like you I’m so scared
When you see me, when you touch me
Tiba-tiba telinganya mendengar sepenggal lirik Serendipity milik Jimin dari kamar Hoseok yang bersebelahan dengannya. Jimin adalah junior Hoseok yang selalu datang ke rumah setiap kali ia ingin latihan menari. Hoseok memang terkenal dengan freestyle dancenya di sekolah, jadi wajar dia dijadikan tempat latihan gratis oleh teman-teman atau adik-adik kelasnya.
Sial! Kenapa sih Park Jimin harus menyanyi di saat seperti ini?
Vee sudah berniat mengomeli teman adiknya itu karena membuat telinganya tak nyaman. Gadis itu butuh ketenangan sekarang. Tapi, niatnya terhenti karena alunan lembut suara Jimin meredakan emosinya yang naik turun sejak kejadian Namjoon menyerangnya. Lamat-lamat ia resapi penggalan lirik yang Jimin nyanyikan ulang-ulang itu.
Hatinya terus menyebut nama Namjoon ketika Vee resapi lagu Jimin. Ketika Jimin menyanyikan bagian dimana ia meminta untuk mencintai seseorang yang dimaksud dalam lagunya, benak Vee mengingat Namjoon. Ketika Jimin bersenandung di bagian ia meminta untuk menyentuh seseorang itu, tubuh Vee jelas menginginkan Namjoon.
Tanpa sadar, entah bagaimana, untuk pertama kalinya, Vee menyentuh dirinya sendiri. Di bawah percikan shower, ia sentuh dirinya dan meminta Namjoon untuk datang seperti yang ia lakukan tanpa sadar beberapa waktu lalu di dalam kamarnya. Sayang, Namjoon tak datang. Vee bahkan berbisik memohon agar imajinya tentang Namjoon datang menguat, namun sia-sia. Perasaan bersalah pada Namjoon karena sudah melukai laki-laki itu lebih kuat dari keinginannya berimajinasi tentang Namjoon. Membuat Vee akhirnya menyerah dan mengakhiri apapun yang ia coba mulai tadi.
Dengan semua pikiran dan pertimbangan, Vee bergegas menyelesaikan acara mandi penuh kegalauannya. Dia menyerah. Dia tak mau berkutat dengan kekhawatirannya akan perasaannya pada Namjoon. Dia mengalah pada kata hatinya yang terus menerus menginginkan Namjoon. Persetan dengan skandal. Masq bodoh pikirnya dengan perbedaan umur. Kalau memang sama-sama suka kenapa tidak, batinnya.
-tbc,

KAMU SEDANG MEMBACA
THE ORANGE
Fanfiction[21+] "Jika mencium jeruk saja membuatku jatuh cinta padamu, tak ada hal lebih lain yang akan membuatku berpaling." Namjoon mengatakannya dengan sangat lembut hingga membuat rintik deras hujan di luar seperti percikan air dari surga, menentramkan, m...